Mohon tunggu...
Angelina Kombo
Angelina Kombo Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

suka tidur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kepercayaan di Indonesia

6 Desember 2022   11:32 Diperbarui: 6 Desember 2022   11:39 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepercayaan merupakan suatu hal yang dianut untuk menuntun kita ke jalan yang benar. Semakin berkembangnya zaman, maka semakin berkembang dan bertambah banyak kepercayaan-kepercayaan yang ada. Begitu pula dengan kepercayaan dari zaman praaksara hingga zaman sekarang. Zaman praaksara merupakan masa dimana manusia belum mengenal tulisan . Zaman ini terdiri dari zaman Paleolithikum, Mesolithikum, Neolithikum, Megalithikum, dan Perunggu.  Zaman Paleolithikum, Mesolithikum, Neolithikum, dan Megalithikum sering disebut juga sebagai zaman batu karena zaman batu merupakan masa manusia menggunakan alat-alat batu/belum mengenal logam dan melakukan ritual-ritual kepercayaan mereka (Tsabit, 2010). Pada zaman praaksara masih belum banyak kepercayaan yang ada. Kepercayaan yang ada pada saat zaman praaksara adalah animisme dan dinamisme, tetapi masyarakat pada masa tersebut lebih banyak menganut kepercayaan animisme. Animisme merupakan kepercayaan yang memercayai bahwa saudara atau teman yang sudah meninggal masih ada di sekitar mereka, sedangkan dinamisme merupakan kepercayaan yang memercayai bahwa ada kekuatan gaib dalam suatu benda (Yuda, 2021).

Zaman Paleolithikum atau zaman batu tua merupakan zaman pertama dari zaman praaksara. Pada zaman ini, manusia belum memiliki kepercayaan sama sekali karena mereka fokus dalam hal berburu untuk bertahan hidup. Zaman ini diperkirakan ada sejak munculnya manusia purba pertama. Manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah Meganthropus, Pithecanthropus, dan Homo. Meganthropus memiliki tulang pipi yang tebal, otot kunyah yang kuat, tonjolan yang mencolok pada kening, tidak memiliki dagu, perawakan tegap. Pithecanthropus memiliki perawakan yang tegap (tidak setegap Meganthropus), Alat-alat pengunyah yang tidak sekuat Meganthropus, belum memiliki dagu, dan hidung yang lebar. Manusia purba dari genus homo, yaitu Homo wajakensis, Homo soloensis, dan Homo floresiensis. Homo merupakan manusia yang sudah lebih berkembang dan pintar dibandingkan dengan manusia purba sebelumnya. Mereka sering berburu dan mengumpulkan makanan untuk bertahan hidup. (Ratna, 278:40, 44-49).

Semua makanan manusia purba sepenuhnya bergantung pada alam. Karena berburu menjadi kegiatan utama yang dilakukan untuk bertahan hidup, maka manusia purba memiliki sifat nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan mengikuti gerak binatang buruan dan sumber air. Manusia purba belum mengenal kehidupan sedenter atau menetap. Perpindahan yang dilakukan oleh hewan buruan disebabkan oleh perubahan iklim yang ekstrem, bencana alam, ancaman dari sesama hewan, gangguan manusia (perburuan), dan tumbuhan yang lebih mudah hidup di daerah-daerah yang beriklim panas. Manusia purba berburu tidak dengan menggunakan tangan kosong, tetapi mereka memiliki alat yang masih sangat sederhana. Alat-alat yang ditemukan di Indonesia untuk membantu dalam berburu adalah kapak perimbas, alat serpih (flakes), dan alat tulang. (Ratna, 278:49-51).

Zaman praaksara dilanjutkan oleh zaman Mesolithikum. Zaman Mesolithikum atau zaman batu tengah merupakan zaman dimana manusia purba memiliki kehidupan yang lebih berkembang dari zaman sebelumnya. Pada zaman ini, manusia purba dapat melakukan perburuan dan mengumpulkan makanan dengan cara yang lebih berkembang, dimana terdapat pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan. Manusia purba juga mulai mengenal kebiasaan bertempat tinggal secara tidak tetap di gua yang tidak jauh dari sumber air atau sungai. Manusia berburu menggunakan alat yang lebih bervariasi lagi pada zaman tersebut, dimana alat-alat tersebut tersebut dari batu, tulang, dan kulit kerang, Di Indonesia, alat-alat yang ditemukan pada zaman Mesolithikum adalah serpih bilah (flakes), alat tulang (pebble), dan kapak genggam Sumatera. Selain hal tersebut, manusia purba juga telah kepercayaan mereka, tetapi masih kepercayaan awal. (Ratna, 278:52-56)

Kepercayaan awal yang dimiliki oleh manusia purba adalah animisme dan dinamisme. Kepercayaan tersebut ada karena kondisi atau keadaan alam pada masa itu. Mereka tidak mengerti mengapa makanan berkurang, bagaimana bisa rasa sakit muncul dan menyebabkan kematian, dan masih banyak lagi hal-hal yang belum dimengerti oleh manusia tersebut. Dengan keadaan yang mereka alami, mereka mulai mengembangkan suatu pemikiran dengan daya pikir mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam pikiran mereka. Dengan hasil pemikiran mereka, muncullah kepercayaan, yaitu animisme dan dinamisme. (Nana, 181:119). Pada zaman Mesolithikum belum terdapat aturan-aturan yang ada pada zaman sekarang, seperti UUD yang mengatur mengenai kepercayaan yang dapat dianut di Indonesia. 

Zaman berikutnya setelah zaman Mesolithikum adalah zaman Neolithikum atau zaman batu muda. Zaman Neolithikum merupakan masa, dimana manusia purba sudah mulai bercocok tanam, meskipun masih dasar. Manusia purba juga sudah tinggal menetap di tempat tinggal sederhana. Alat-alat yang digunakan juga semakin berkembang, seperti beliung persegi yang ditemukan di hampir seluruh kepulauan Indonesia, kapak lonjong yang ditemukan hanya di daerah timur Indonesia (Sulawesi, Sangihe-Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua), alat-alat obsidian yang ditemukan di beberapa tempat saja, seperti Leles, Jambi, Leuwiliang, sekitar Danau Tondano, dan Flores Barat, mata panah yang ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, gerabah yang ditemukan di Kendenglembu, Klapadua, Serpong, Kalumpang dan Minaga Sipakka, sekitar bekas Danau Bandung, dan Paso, alat pemukul dari kulit kayu yang ditemukan di Kalimantan dan Jawa Tengan, dan perhiasan yang ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Barat. (Ratna, 278:56-60).  Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia dapat berkembang dengan akal budi yang diberikan oleh Tuhan, meskipun pada zaman ini manusia purba belum mengenal adanya Tuhan. Pada zaman Neolithikum, kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang. 

Pada masa tersebut, manusia purba memercayai bahwa terdapat roh-roh yang melekat pada setiap benda-benda alam, seperti batu-batu besar, pohon, danau, langit, bulan, dan matahari. Mereka juga memercayai bahwa roh-roh tersebut dapat memengaruhi jiwa manusia. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, mereka memberikan sesajen dalam upacara-upacara ritual. Mereka juga percaya pada arwah atau roh-roh nenek moyang mereka. Agar arwah nenek moyang mereka tetap melakukan perbuatan baik, maka mereka melakukan suatu ritual pemujaan untuk arwah nenek moyang mereka. (Nana, 181:119-120). 

Zaman Megalithikum merupakan zaman selanjutnya di masa praaksara setelah zaman neolithikum. Zaman ini biasa juga disebut dengan zaman batu besar. Kebudayaan yang terdapat pada zaman Megaltihikum merupakan hasil budaya yang timbul pada zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam. Pada masa ini, kepercayaan animisme dan dinamisme semakin berkembang, tetapi kepercayaan animisme lebih berkembang dibandingkan kepercayaan dinamisme. Berdasarkan temuan-temuan arkeologis, kepercayaan yang ada lebih dominan berkaitan dengan tradisi pemujaan terhadap roh-roh dan arwah nenek moyang. 

Kepercayaan animisme terus berkembang hingga sekarang. Terdapat beberapa suku bangsa di Indonesia yang masih melakukan tradisi atau ritual pemujaan untuk arwah dan roh-roh nenek moyang mereka. Jelas hal ini tidak sesuai dengan firman Tuhan yang telah tertulis di Alkitab. Penyembahan terhadap arwah dan roh-roh nenek moyang termasuk dalam dosa peenyembahan berhala. Pada Keluaran 20:4-6, yang berbunyi, "Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku." 

Allah menghendaki kita untuk tidak menyembah berhala karena Allah merupakan Allah yang cemburu. Hukum taurat kedua merupakan komitmen hati yang Tuhan minta pada setiap manusia, dimana setiap manusia harus menyembah hanya pada satu Allah, yaitu Allah Tritunggal. Allah tidak tidak bisa menerima kehadiran allah lain dalam kehidupan anak-anak-Nya. Allah membenci penyembahan berhal ayang dilakukan oleh anak-anak-Nya. Sebagai anak Tuhan, kita tidak boleh dan jangan sampai melakukan penyembahan berhala secara terang-terangan atau di pikiran karena Allah tidak suka jika ada menggantikan posisi-Nya, sebab Allah adalah Allah yang cemburu.

Zaman penutup dari Zaman praaksara adalah zaman Perunggu. Pada zaman ini, manusia memiliki keterampilan yang semakin meningkat, sehingga dapat melakukan suatu jenis usaha tertentu, seperti membuat alat yang terbuat dari logam, rumah kayu, gerabah, perhiasan, dan lain-lain. Manusia sudah tahu cara mengelola hidup dengan baik. Manusia sudah mulai berdagang yang dilakukan dengan cara tukar-menukar atau barter yang diperlukan oleh tiap-tiap pihak. Alat-alat yang dihasilkan semakin berkembang dari awal zaman praaksara hingga akhir zaman praaksara. Alat-alat tersebut adalah alat-alat dari logam perunggu, alat-alat dari besi, dan gerabah. (Ratna, 278:64-65). Semua yang berkembang dapat terjadi karena manusia memiliki akal budi yang telah Tuhan berikan, sehingga manusia bisa mengelola ciptaan yang telah Tuhan ciptakan dan juga Tuhan memelihara manusia dari zaman ke zaman hingga sampai sekarang dan selama-lamanya.

Pada zaman sekarang, kepercayaan yang ada semakin berkembang dan bertambah banyak. Indonesia telah melegalkan 6 agama, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Setiap warga Indonesia wajib untuk memeluk agama salah satu dari keenam agama tersebut. Memeluk salah satu agama yang telah dilegalkan merupakan salah satu syarat untuk menjadi warga negara Indonesia. Di Indonesia, terdapat UUD 1945 yang mengatur atau menjamin kebebasan beragama oleh setiap warga Indonesia. Jaminan kebebasan beragama tertulis pada UUD 1945 pasal 28E ayat 1, "Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali." Kebebasan beragama merupakan bagian dari hak asasi manusia (HAM) yang bersifat fundamental dan tidak dapat diganggu gugat (Victorio, 2019). 

Kebebasan beragama atau kemerdekaan dalam beragama merupakan hak setiap individu bebas untuk memilih dan memeluk agama atau kepercayaan yang diyakini, serta memiliki hak untuk menjalankan atau menerapkan ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianut. Setiap orang tidak boleh memaksakan orang lain atau dipaksa oleh pihak manapun untuk menganut suatu agama atau kepercayaan. (Nur, 242:57-58).  Negara juga mengambil peran dalam hal kebebasan beragama, dalam arti negara juga menjamin mengenai kebebasan beragama yang ada. Hal ini tertulis pada UUD 1945, "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama." Menganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia yang mewajibkan seluruh warga Indonesia wajib memiliki agama. Sesuai dengan sila pertama pada pancasila yang memiliki makna seluruh warga memiliki keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan negara bersandar kepada ketuhanan (Assyifa, 2022).

Untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, maka pemerintah mengambil kebijakan untuk membuat suatu konsep yang disebut tri kerukunan umat beragama. Tri kerukunan umat beragama atau trilogi kerukunan umat beragama terdiri dari kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar umat beragama dan pemerintah. Meskipun sudah terdapat trilogi kerukunan umat beragama, tetap saja ada permasalahan mengenai agama. Salah satu kasus yang sering kali muncul, yaitu agama a menolak pembangunan rumah ibadah agama b. Hal tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebagai anak Tuhan kita harus bisa mengatasi dan mencegah hal tersebut agar tidak terjadi dan dapat menciptakan trilogi kerukunan umat beragama yang sebenarnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita, tentu kita menemukan orang yang memiliki kepercayaan dan agama yang sama dengan kita. Tugas kita sebagai anak Allah adalah untuk tidak merendahkan orang tersebut, memiliki rasa toleransi tinggi, berpikiran lebih dewasa, tidak menganggap bahwa agama yang ia miliki yang paling spesial, dan mengintropeksi diri masing-masing. 

Roh Kudus akan ikut mengambil peran dalam hal-hal yang akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Roh Kudus akan turun ke dalam diri orang percaya, serta tinggal dan menetap di dalam diri orang percaya tersebut. Jika kita benar-benar hidup sesuai dengan tuntunan Roh Kudus, Roh Kudus akan mengubah manusia dan sifatnya yang dulunya berdosa di hadapan Allah menjadi manusia yang mengalami lahir baru. Perubahan sifat yang dialami oleh manusia tentu tidak terjadi dalam hitungan detik karena manusia masih memiliki natur untuk berbuat dosa. Roh Kudus akan menuntun kita ke jalan yang benar dan perlahan-lahan mengubah kita menjadi pribadi lebih baik dan menjadi serupa dan segambar dengan Allah. (Ernest, 2020). Perlahan-lahan kita akan mengalami transformasi spiritual berkat bimbingan Roh Kudus. Transformasi spiritual tentu tidak terjadi dalam sekejap. Saat dalam proses transformasi spiritual, manusia akan mengalami lahir baru atau pembaharuan. Manusia akan hidup serupa dengan Kristus. Selanjutnya, orang percaya memiliki hasrat suci kepada Allah yang berasal dari perubahan natur orang percaya tersebut. Kita harus bersyukur atas apa yang telah Roh Kudus lakukan terhadap kita, sehingga bisa mengenal Allah dengan baik dan mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik. 

Dari zaman praaksara hingga zaman sekarang, Tuhan tetap memelihara manusia dengan baik. Tuhan memberikan akal budinya kepada manusia, sehingga manusia bisa mengelola alam di sekitarnya dengan baik. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun. Tuhan selalu melindungi ktia dan menolong kita setiap saat, meskipun kita tidak menyadari hal tersebut. Sebab Alkitab berkata pada Yesaya 46:4, "Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." Tuhan akan selalu memelihara kita bahkan saat di masa kita sudah tua dan hanya bisa berbaring, tetapi Tuhan akan menggendong kita dan memberi kita kekuatan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Tsabit. STRATEGI PEMANFAATAN MUSEUM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI ZAMAN PRASEJARAH. Jan. 2010, journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article/download/1092/1002. Accessed 2 Dec. 2022.

Aini, Assyifa. "Makna Pancasila Sila Ke 1-5 Dan Contohnya Lengkap, Yuk Ketahui!" INews.ID, 2 Sept. 2022, www.inews.id/news/nasional/makna-pancasila-sila-ke-1-5-dan-contohnya-lengkap-yuk-ketahui#:~:text=Sila%20yang%20pertama%20berbunyi%20%E2%80%9CKetuhanan. Accessed 5 Dec. 2022.

"Kebebasan Beragama Atau Berkeyakinan Di Indonesia." LBH "Pengayoman" UNPAR, 29 Sept. 2021, lbhpengayoman.unpar.ac.id/kebebasan-beragama-atau-berkeyakinan-di-indonesia/. Accessed 5 Dec. 2022.

Pardede, Jimmy. Hukum Ke -2 : Jangan Membuat Bagimu Patung... Jangan Sujud Menyembahnya... -- GRII Bandung. 14 July 2013, griibandung.org/reformed-theology/10-hukum-taurat/hukum-ke-2-jangan-membuat-bagimu-patung-jangan-sujud-menyembahnya/. Accessed 5 Dec. 2022.

Pembelajaran 1.Kehidupan Masyarakat Indonesia Pada Masa Pra-Aksara.

"Perlindungan Terhadap Kebebasan Beragama | Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia." Www.mkri.id, 23 July 2015, www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11505#:~:text=Konstitusi%20Indonesia%2C%20yakni%20UUD%20. Accessed 5 Dec. 2022.

Prinada, Yuda. "Perbedaan Animisme Dan Dinamisme: Sejarah, Pengertian, & Contohnya." Tirto.id, 19 Feb. 2021, tirto.id/perbedaan-animisme-dan-dinamisme-sejarah-pengertian-contohnya-garT. Accessed 14 Nov. 2022.

Ratna Hapsari, and M Adil. Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA : Kelompok Wajib. 1, [Schulerband] Kelas X. Jakarta Penerbit Erlangga Jakarta Penerbit Erlangga, 2014, pp. 40--69.

Rochmadi, Nur, and Siti Hanifah. PPKn SMA Kelas X. Jakarta Timur, Yudhistira, 2017, pp. 57--58.

Sharne, Ernest Emmanuel. "Tinjauan Terhadap Peranan Roh Kudus Dalam Pertumbuhan Spiritual Orang Percaya." Repository.seabs.ac.id, 2020, repository.seabs.ac.id/handle/123456789/881. Accessed 5 Dec. 2022.

"Sinode Gereja Kristus Yesus - Penyembahan Berhala." Www.gky.or.id, 10 July 2015, www.gky.or.id/gema.jsp?gemaId=557&title=Penyembahan%20Berhala.

Situmorang, Victorio H. "Kebebasan Beragama Sebagai Bagian Dari Hak Asasi Manusia." Jurnal HAM, vol. 10, no. 1, 19 July 2019, 10.30641/ham.2019.10.57-67.

Sudarno, Jaja, and M.Si. "Tri Kerukunan Umat Beragama." Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, 21 June 2017, bengkulu.kemenag.go.id/artikel/42737-tri-kerukunan-umat-beragama. Accessed 5 Dec. 2022.

Supriatna, Nana. Aktif Dan Kreatif Sejarah 1 Untuk Kelas X SMA/MA Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung, Grafindo Media Pratama, 2017, pp. 119--120.

Alkitab: Keluaran 20:4-6

Alkitab: Yesaya 46:4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun