ANGELINA BERLIANTI SALFADILA/191241147
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
    Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan
nyamuk bernama Aedes Aegypti. Penyakit ini menjadi salah satu isu kesehatan
masyarakat di Indonesia, dan tingkat penyebarannya di Indonesia termasuk tertinggi di
antara negara-negara Asia Tenggara. Penyebab DBD adalah virus dengue yang
ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Ketika nyamuk Aedes
Aegypti menggigit manusia, virus masuk ke dalam tubuh. Nyamuk Aedes Aegypti
umumnya berukuran kecil dengan tubuh berwarna hitam pekat, memiliki dua garis
vertikal putih di punggung dan garis-garis putih horizontal pada kaki. Nyamuk ini aktif
keluar dan menggigit pada pagi hingga sore hari, meskipun kadang-kadang mereka
juga menggigit pada malam hari. Nyamuk Aedes Aegypti lebih sering ditemukan di
dalam rumah yang gelap dan sejuk dibandingkan di luar rumah yang panas.
    Faktor seseorang terkena demam berdarah dengue di antaranya tinggal atau
bepergian ke daerah tropis. Tinggal atau berada di daerah tropis dan subtropis
meningkatkan risiko terkena virus dengue. Daerah yang berisiko terkena DBD meliputi
Asia Tenggara, pulau-pulau di Pasifik Barat, Amerika Latin, dan Afrika. Selain itu,
memiliki riwayat terinfeksi virus dengue sebelumnya juga bisa meningkatkan risiko
mengalami gejala yang lebih parah ketika terkena DBD. Usia di bawah 15 tahun juga
memiliki risiko lebih tinggi terkena demam dengue dan demam berdarah dengue.
Seperti yang diketahui, gejala demam berdarah pada umumnya yang di rasakan yaitu
demam mendadak, sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan muntah,
manifestasi perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah, kulit ruam kemerahan, dan
nyeri otot, tulang sendi, dan munculnya bintik kemerahan di kulit penderitanya.
Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD) di antaranya mengkonsumsi cairan
untuk mencegah dehidrasi, baik melalui cairan oral maupun intravena. Minuman yang
bisa dikonsumsi, antara lain air putih, susu, madu, jus buah terutama jambu merah atau
jambu biji karena bisa meningkatkan trombosit, cairan isotonik, obat pereda demam,
beristirahat total, mengonsumsi makanan dengan gizi lengkap dan seimbang,
pemantauan tekanan darah oleh dokter, transfusi darah jika sudah parah atau
kehilangan banyak darah.
     Untuk mencegah DBD, ada beberapa langkah pencegahan yang dapat
dilakukan, seperti menguras tempat penampungan air, menutup wadah-wadah
penampungan air, mengubur barang-barang bekas, menjaga kebersihan rumah,
menggunakan lotion atau obat nyamuk, melakukan penyemprotan nyamuk atau
fogging, menggunakan kelambu saat tidur. Peran Kesehatan Masyarat untuk
meningkatkan kesadaran kepada Masyarakat akan bahaya DBD adalah membantu dan
mengingatkan masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk dengan cara rutin
membersihkan lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan, penyuluhan tentang
bahaya DBD jika terkena dan cara mencegah, dan pemantauan juga pemeriksaan
pemberantasan jentik nyamuk.
   Menurut saya sebagai individu yang pernah terkena dan mengalami DBD
mencegah lebih baik dari pada mengobati karena saat saya mengalami DBD ada
beberapa gejala yang di sebutkan tapi tidak saya alami yaitu tidak terdapat ruam atau
bercak merah di tubuh saya dan itu sangat berbahaya jika kita tidak tanggap dan peka
terhadap apa yang kita rasakan, muntah bening seperti air, pusing hebat, dan suhu tubuh
yang naik turun. Untuk pemulihan ketika saya terkena DBD saya rajin mengkonsumsi
jus jambu merah atau biasa di sebut jambu biji, perbanyak minum air putih,
mengkonsumsi madu, dan makan daging bebek.
KATA KUNCI : Aedes, Aegypti, Berdarah, Demam, Nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA
Fadli, Rizal. 2024. Demam Berdarah. https://www.halodoc.com/kesehatan/demam-
berdarah?srsltid=AfmBOooaPE6Nqe4AfTitVjWzQJJJoJRVunZA5jxbN0BcO
YfWSXRzx0dI [online]. (diakses tanggal 12 September 2024).
Kemenkes. 2022. Demam Berdarah Dengue.
https://ayosehat.kemkes.go.id/topik/demam-berdarah-
dengue#:~:text=infeksi%20virus%20Dengue.-
,Pengertian,antara%20negara%2Dnegara%20Asia%20Tenggara [online].
(diakses tanggal 12 September 2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H