[caption caption="Fahri Hamzah dan Setya Novanto. Sumber foto: Liputan6.com"][/caption]Fahri Hamzah tak bisa "poligami". Ia tak bisa menjadi sekutu setia Setya Novanto, sekaligus tetap menjadi bagian dari PKS. Fahri Hamzah harus memilih salah satu setelah PKS melalui Badan Penegak Disiplin Organisasi (BPDO) mengevaluasinya terkait pembelaannya kepada Setya Novanto.
Adalah Surahman Hidayat, seorang ulama yang sangat disegani di PKS, menjadi ketua Dewan Syariah selama beberapa periode, yang ditentang oleh Fahri Hamzah di depan umum. Karena Surahman Hidayat kebetulan ditunjuk menjadi pimpinan Majelis Kehormatan Dewan yang telah mengeluarkan keputusan bahwa Setya Novanto bersalah.
Simak cuplikan wawancara Surahman Hidayat dengan beritagar.id berikut.
---
Wakil Ketua DPR yang juga dari PKS, Fahri Hamzah berbeda dengan pendapat Anda. Dia justru membela SN?
Fahri itu bukan PKS. Fahri ya Fahri. Anda mau tahu PKS itu siapa? Yaitu Ketua Majelis Syuro, Wakil Majelis Syuro, Presiden DPP (Dewan Pimpinan Pusat), Ketua Dewan Syariah Pusat, dan Ketua MPP (Majelis Pertimbangan Pusat). Itu yang dinamakan PKS.
Lho Fahri memangnya bukan anggota PKS?
Anggota, tapi dia mewakili pribadi. Kalau kita bicara PKS kan institusi, ini saya jelaskan supaya pas juga di media.
Bukankah Fahri Hamzah adalah representasi PKS di DPR. Apalagi dia merupakan wakil ketua alias pimpinan DPR...
Namun dia itu adalah seorang Fahri, kan begitu. Dia harus loyal ke partai sebagai apa pun.
---
Maka dari itu, partainya tidak mau dimadu. Kemana loyalitas Fahri Hamzah? Kepada partainya atau Setya Novanto?
Tapi Fahri Hamzah sudah terlanjur jadi pahlawan bagi pendukungnya. Termasuk pkspiyungan yang sudah berubah nama jadi portal piyungan. Fahri juga didukung oleh pendukung portal piyungan tentunya. Fahri digambarkan lantang membela kebenaran. Nah, kebenaran yang mana kalau Setya Novanto saja dibela?
Belakangan Fahri koar-koar di media soal kasus Freeport. Tapi kemarin dia malah bela Setya Novanto yang melobi Freeport supaya mengatur saham supaya bisa tetap menambang di Indonesia. Paradoks bukan?
Tapi kita lihat saja, apakah PKS berani tegas dengan Fahri? Banyak juga lho netizen yang mendukung Fahri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H