Mohon tunggu...
Angelina Christianawati
Angelina Christianawati Mohon Tunggu... -

Suka bangeeet anthurium, ikan koki. Pembaca setia kompasiana. Suka duren. Janda dua anak. Tinggal di Harapan Indah, Bekasi. Jawa Barat. Nasionalis Tulen. Marhaen Sejati.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Haji Satu Kali Mantan Napi Kompasianer Cemerlang dan Skandal Suap Tahanan Kota

13 Maret 2013   11:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:51 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel aku di sini yang berjudul Mantan Napi Koruptor yang Jadi Penulis dan Kompasioner Cemerlang itu mendapatkan tanggapan dari Pak Haji Agus Sutondo. Tulisanku ini membuatnya galau, padahal aku cuma ingin menunjukkan kepada khalayak ramai tentang kemampuan menulis Pak haji Agus Sutondo yang cemerlang itu. Tapi tak tahu kok tiba-tiba semua membahas tentang aksi korupsinya dulu.

Galaunya itu ditunjukkan dengan memikirkan tulisan tadi sampai berkomentar di tengah malam, hampir pada pukul satu malam. Mungkin tulisan aku ini dipikirkan masak-masak dan ruwet, seruwet Bulak Kapal di Bekasi. Biasanya bikin tulisan sehari bisa berkali-kali, kali ini sehari cuma sekali. Aku merasa bersalah juga nih sama Pak Haji Agus Sutondo telah mengurangi semangat menulisnya itu. GBU.

Ohya Pak Agus Sutondo itu sudah naik haji waktu menjabat jadi anggota DPRD. Sambil menikmati uang APBD-nya itu. Dari mana dapat duit naik hajinya itu? Ya tentu dari gajinya. memangnya dari mana? Hehehe. Ini info A1 dari Marhanenis Bekasi yang dulu pernah tinggal di Depok. Sayang sebelum bisa naik haji dua kali seperti Haji Muhidin atau kayak Haji Sutimin tiga kali, Pak Agus Sutondo keburu ketangkep dulu. Kata temanku yang udah pernah ke Mekkah, kalau di ritual haji ada yang namanya mabrur, artinya kata temanku ini: diterima Tuhan. Nah, Haji pertamanya enggak tahu mabrur apa tidak. Hanya Tuhan yang tahu. Kompasioner bisa menilai sendirilah.

Pak Haji Satu Kali Agus Sutondo ini berkomentar panjang sekali di sana, sepertinya untuk bahan satu tulisan itu lumayan juga. Intinya bahwa tulisan aku semacam pembunuhan karakter. Padahal pembunuhan karakter semacam itu sering kali dilakukan oleh Pak Haji Satu Kali Agus Sutondo. Di negeri Tumaritis yang Pak Haji cintai ini bersalah atau tidak itu TAK PENTING, karena yang terpenting adalah pembunuhan karakter terlebih dahulu. Yang penting hajar dulu. Kasihan banget Pak Hotasi Nababan seperti itu. Sekarang terbukti tak bersalah. Tapi nama sudah hancur karena sudah dibuli.

Pak Haji Sekali Mabrur atau Tidak Agus Sutondo membantah tentang pemecatan dari PDIP. Menurutnya itu karena pengunduran dirinya yang tidak sepakat dengan Ketua Umum PDIP waktu itu Ibu Megawati Soekarno Putri. Bisa dilacak kebenarannya silakan ke DPP PDIP yang berada di Lenteng Agung. Atau tak perlu jauh-jauh, kunjungi pengurus PDIP yang berada di Depok. Akan didapatkan informasi ini. Alasan pragmatisnya adalah karena tidak menjadi nomor urut satu dalam daftar caleg PDIP 2004-2009.

Pak Haji Satu Kali Agus Sutondo membantah bahwa dirinya adalah koruptor karena sudah diputus bebas dan ini mengaitkannya dengan anggota partai lain yang juga melakukan hal yang sama. Pak Haji Satu Kali Agus Sutondo mencontohkan seperti Wakil Walikota Bogor yang diputus bebas. Semua tahu kok ada putusan yang membebaskan Wakil Walikota Bogor itu. Pak Haji Agus Sutondo tidak bisa menunjukkan putusannya. Katanya hilang. Coba Kompasioner pikirkan masuk akal tidak dokumen sepenting itu bisa hilang? Sebenarnya masuk akal sih tapi kan biasanya juga hal-hal yang masuk akal dipertanyakan kemasukakalannya dalam setiap tulisan Pak Haji Sekali Agus Sutondo.

Mungkin kali ini Pak Haji Agus Sutondo sedang mengcopy putusan dari mantan napi koruptor yang lain untuk bisa ditampilkan di Kompasiana. “Ini buktinya”, katanya dengan tertawa puas. Mungkin...Kok pake mungkin-mungkin? Lah emangnya gak boleh pake mungkin-mungkin? Bukankah selama ini Pak Haji Agus Belum Dua Kali Sutondo semuanya sekadar “mungkin”.

Pak Haji Agus Sutondo ini pernah mendekam dalam tahanan dan bisa menjadi tahanan kota. Untuk menjadi tahanan kota itu ia harus patungan dengan koruptor lain agar bisa setor ratusan juta kepada aparat. Padahal suap itu dilarang oleh agama. Apalagi dilakukan oleh orang yang telah berstatus haji. Ini harus diusut tuntas.

Aku teringat: TUHAN tidak pernah tidur, TUHAN tahu apa yang tidak diketahui oleh hambanya, TUHAN telah menunjukan pada kita semua bahwa terlibatnya mantan Napi di Kompasioner dalam skandal suap tahanan sel menjadi tahanan kota adalah bagian dari rencana TUHAN. Ada adagium si pemfitnah bersiap-siap menerima akibatnya. Siapa menabur hujan dia akan menuai badai.

Dan ditulisan lainnya Pak Haji Agus Sutondo ini berasa menjadi korban fitnah sehingga perlu dikasihani. Padahal fitnah yang ia semburkan banyaknya minta ampun. Entah tulisannya itu benar atau tidak semua dimakan sama kompasioner lainnya tanpa saringan. Korban fitnah dan korban pembunuhan karakter oleh Kader PKS adalah peran yang dimainkan Pak Haji Agus Sutondo sekarang. Padahal siapa yang jadi korban fitnah dan korban pembunuhan karakter itu selama ini? Kasihan sekali Kader PKS pun sekarang jadi bulan-bulanan bahwa aku adalah kloningan dari kader PKS. Sekarang tuduhan lagi-lagi mengarah ke Kader PKS bahwa yang melakukan pitnah dan pembunuhan karakter padanya itu Kader PKS yang sering jadi bulan-bulanan di tulisannya itu.  Aku bukan kader PKS. Pak Agus Sutondo enggak ingat yah, kalau yang jadi korban fitnah dari kader PDIP atau partai lainnya juga ada. Masak Pak Agus enggak ingat sih? Apa perlu aku konfirmasi ke orangnya?

Untuk kader PKS aku minta maap, sekarang kalian yang menjadi korban tuduhannya. Aku cuma mau mengatakan yang sebenarnya saja.

Ini baru halaman kesatu. Masih banyak halaman-halaman lain yang akan terbuka. Terutama etika bisnisnya Pak Haji di Depok. Apalagi urusan daging-daging empuk. Ehem... Mau tahu? Tunggu saja. Anakku sudah rewel minta emam.
***
Bekasi
Baca Juga:
1. http://media.kompasiana.com/new-media/2012/03/24/waspadalah-orang-gila-berkeliaran-di-kompasiana-admin-tolong-tangkap-mereka-448840.html

2. http://media.kompasiana.com/new-media/2012/03/15/setelah-titi-terbitlah-agus-sutondo-442400.html

3. http://media.kompasiana.com/new-media/2012/03/13/kompasianer-putus-asa-dan-hilang-akal-sehat/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun