Makhluk paedagogik ialah makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. Manusia adalah makhluk paedagogik, karena memiliki potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi. Manusia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu. "(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah." (QS. Al-Rum 30)
- Â Manusia Sebagai Makhluk Penghendak
Hasil buah fikiran manusia sebagai orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Jika seseorang mengetahui dan mengerti ilmu, maka orang tersebut akan menindaklanjuti ilmu yang ia miliki menjadi perbuatan yang real di masyarakat.
- Manusia Sebagai Makhluk Perasa
Sebuah perasaan manusia terkadang tidak akan pernah membohongi diri sendiri. Sebagai hasil dari pemikiran manusia itulah manusia menginginkan untuk melakukan hal yang nyata demi memetik sebuah hasil yang dapat dirasakan. Manusia sebagai makhluk perasa inilah yang menjadikan cermin diri untuk meningkatkan kekuatan iman kita kepada Allh Subhanahu wa Ta'ala. Sejauh mana tingkat fikir dan tindak kita sehingga membuahkan hasil maksimal untuk dirasakan kebaikannya.
HAKIKAT MANUSIA
- Al-Insn
Al-Insn terbentuk dari kata yang berarti lupa. Kata al-insn dinyatakan dalam al-Quran sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Penggunaan kata al-insn pada umumnya digunakan pada keistimewaan manusia penyandang predikat khalifah di muka bumi, sekaligus dihubungkan dengan proses penciptaannya. Keistimewaan tersebut karena manusia merupakan makhluk psikis disamping makhluk pisik yang memiliki potensi dasar, yaitu fitrah akal dan kalbu. Potensi ini menempatkan manusia sebagai makhluk Allah SWT yang mulia dan tertinggi dibandingkan makhluk-Nya yang lain.
- Al-Basyar
Al-Basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Kata Al-Basyar dinyatakan dalam al-Quran sebanyak 36 kali yang tersebut dalam 26 surat.9 Kata-kata tersebut diungkap dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjukkan manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Pemaknaan manusia dengan Al-Basyar memberikan pengertian bahwa manusia adalah makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya, seperti makan, minum, perlu hiburan, seks dan lain sebagainya. Karena kata Al-Basyar ditunjukkan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali, ini berarti nabi dan rasul pun memiliki dimensi Al-Basyar.
- Al-ns
Kata al-ns menunjukkan pada hakikat manusia sebagai makhluk social dan ditunjukkan kepada seluruh manusia secara umum tanpa melihat statusnya apakah beriman atau kafir. Penggunaan kata al-ns lebih bersifat umum dalam mendefinisikan hakikat manusia dibanding dengan kata al- insn. Kata al-ns juga dipakai dalam Al-Quran untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia senantiasa berada dalam keadaan labil. Meskipun telah dianugerahkan Allah SWT dengan berbagai potensi yang bisa digunakan manusia untuk mengenal Tuhannya, namun hanya sebagian manusia saja yang mau mempergunakannya, sementara sebagian yang lain tidak, justru mempergunakan potensi tersebut untuk menentang ke-Mahakuasa-an Tuhan. Dari sini terlihat bahwa manusia mempunya dimensi ganda, yaitu sebagai makhluk yang mulia dam yang tercela.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H