Terkadang pasti kita akan mengingat sebuah kesalahan yang pernah kita lakukan dan akan merasa sangat bersalah. Seperti contohnya menyinggung perasaan orang lain, dan pasti kita akan menyalahkan diri sendiri. dari kejadian itu kamu mengakui jika kamu salah karena memang kamu bersalah dan merasa bertanggung jawab. Hal itu mungkin akan membuat kamu marah terhadap ketidakmampuan mu terhadap sesuatu, dan kamu pasti merasa tidak mampu untuk menghadapi dunia. Maka hal ini cenderung membuat kamu menyalahkan diri sendiri atas kekurangan yang kamu miliki sehingga kamu merasa tidak ada ruang untuk memaafkan diri sendiri.
Satu hal yang harus diingat, kita semua pasti akan melakukan sebuah kesalahan di masa lalu, masa sekarang, atau mungkin di masa depan. Hidup ini dipenuhi dengan rangkaian kesalahan, pertanyaannya "apakah kamu akan bertahan dengan keadaan seperti itu?" dan disinilah kamu akan mengetahui bagaimana caranya agar bisa menerima diri sendiri dan berdamai dengan tuntutan dunia.
Cara kamu memandang hidup adalah akumulasi dari peristiwa yang sebelumnya pernah terjadi. Ketika hidupmu penuh dengan kecerian, maka pandangan hidupmu mayoritas akan dipenuhi keceriaan. Tetapi bagaimana jika kita hidup berfokus pada kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan? Pasti kita akan hidup dengan perasaan tertekan. cobalah kamu melihat sekeliling mu, seperti itulah dunia kita sekarang. Semua orang ingin bergerak cepat dan kesempurnaan dituntut dimana-mana. Seperti contohnya kamu melihat temanmu yang memiliki kehidupan sempurna di social media, dan kamu mengingingini kehidupan seperti itu tetapi jika kamu melihat dirimu sendiri, kamu hanyalah seseorang yang berjuang dengan kesalahan yang telah kamu perbuat. Orang-orang yang tidak sempurna akhirnya akan dihadapkan dengan dunia yang menginginkan kesempurnaan. Dan bagaimanakah kita bisa bertahan menghadapai ini?
permasalahannya, kamu tidak terima jika kamu tidak bisa keep up dengan dunia, kamu merasa butuh menjadi yang lebih baik, kamu merasa harus menjadi yang terbaik, tetapi jika kamu sadar bahwa kamu bukan orang yang seperti itu maka kamu akan marah dan tidak terima. Kamu tidak terima jika kamu tidak bisa menjadi apa yang orang minta, padahal tidak ada yang bisa seperti itu. Tidak ada yang bisa memenuhi keinginan dunia dan tidak ada manusia di dunia yang sempurna.
Bagaimana cara mengatasinya?
Kita harus terima diri bahwa kita tidak bisa memenuhi tuntutan dunia, terima diri apa adanya beserta kelebihan dan kekurangannya. Dalam psikologi hal ini disebut sebagai penerimaan diri (self acceptance) kondisi dimana seseorang menerima dirinya sendiri dalam segala kondiri termasuk kekurangan dan kelemahannya.
Menurut Seltzer (2008) ada tiga cara menerima diri sendiri, yaitu:
- Sayangi diri dan memafkan diri
Kemampuan menyayangi diri datang ketika kita mampu berfikir bahwa kita pantas dicintai terlepas dari segala kelemahan kita. Ketika hal ini tertanam di dalam diri, maka kita akan lebih mudah melepaskan rasa bersalah ketika kita melakukan sebuah kesalahan dan lebih mudah untuk memaafkan diri sendiri.
- Ingat bahwa tidak semua hal dalam diri kita bisa langsung diperbaiki atau di tingkatkan.
Semua hal membutuhkan proses. Bahkan ada hal-hal dalam diri kita yang tidak dapat kita perbaiki atau diubah karena setiap manusia mempunyai keterbatasan. Maka dari itu, penerimaan diri datang untuk mengingatkan kita bahwa hidup ini bukan sekedar berusaha menjadi sempurna.
- Berhenti menilai dirimu sendiri sebagaimana kamu menilai hasil ujian di sekolah atau di kampus.
Berhentilah menilai diri sendiri seperti di sekolah, karena setiap orang punya starting point yang berbeda. Ketika kamu belum mengetahui suatu hal, itu merupakan hal yang wajar di dunia. Kita semua mempunyai titik mulai yang berbeda.
Dan pada akhirnya kita perlu sadari juga bahwa di tengah hidup ini yang serba cepat, serba sempurna, dan serba menuntut, susah untuk kita  menerima diri apa adanya apalagi dengan segala kekurangan kita. Namun pada akhirnya, yang kita punya hanya diri kita sendiri. Kamu hanya bisa bergantung pada satu orang di dunia ini yaitu diri kamu sendiri. Dan jangan lupa untuk katakan "terima kasih" kepada dirimu sendiri karena telah berjuang hingga pada titik ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H