Suatu senja yang sepi….
Kepak merpati…
Berusaha mencari sarang un tuk pulang….
Diam dipintumenunggu uluran tangan…
Takdir…..
Akhirnya datang juga masa itu... arena waktu tempat bersatunya rindu kita. setelah sekian lama aku hanya memandangmu dari kejauhan. Menggenggam pilu, melihat bertabur bintang dengan binar megah mengelilingimu.
Cinta... aku tidak bisa menyentuhmu, bahkan sekedar berlenggang mengiring langkahmu. Kecuali nanti setelah janji biru benar-benar ditepati.
Kadang aku muak pada mereka. Makhluk-makhluk yang menjadi penghalang pertemuan kita. Muak.... karena mereka masih saja diberi kesempatan bernafas, menari dan melukis mimpi. Padahal mereka terlalu sering mencaci dan menghitamkan yang putih.
Tertegun dalam jebakan rindu. Bosan dan malas melaksanakan tugasku. Namun demi kasihku padamu kembali kujalani semua ini.
Maka... inilah hari persandingan kita. Rembulan dan matahari... dan biarkan mereka menikmati pesta kehancuran semesta.
Semua melebur menjadi satu, satu dan abadi….. Aku telah berjanji maka aku akan bersatu dengan
kamu apapun yang terjadi. Percayalah padaku. Serahkan semua padaku. Aku sudah menunggu saat ini lama sekali. Mungkin pada zaat belum terbentuk dunia ini, kita yang telah terpisah terpencar dalam alam semesta. Kembali dipertemukan.
Abadi dan saling mencari…, mencari dan mencari, pasangan jiwa…
Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa langit selalu biru, bunga selalu mekar, mentari selalu bersinar, tapi dirumu disampingku sudahlah cukup
oleh : angel lie dan Binta-Al-mamBa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H