Cuaca di Riau sangat panas belakangan ini. BMKG memperkirakan musim kemarau yang kering di Riau pada tahun 2023. Suhu mencapai 35,7 derajat Celsius pada 9 Februari 2023 dan diprediksi kembali normal dalam dua hari. Hal serupa juga terjadi di Pulau Sumatera, seperti di Kepulauan Riau dan Medan, meskipun belum mencapai suhu ekstrem 38 derajat Celsius. Menurut Kepala BMKG Riau, Ramlan, udara panas terjadi terutama di pagi dan siang hari, dengan suhu maksimum antara pukul 12.00 hingga 13.00 WIB, namun masih dalam batas wajar untuk Riau.
8.Suhu 34 Derajat Celcius, Ini Penyebab Mengapa Kota-kota di Riau Terasa Lebih Panas.
BMKG Stasiun Pekanbaru mencatat suhu rata-rata Provinsi Riau pada Rabu (23/3/2016) mencapai 34 derajat Celsius, yang masih dianggap normal. Namun, udara terasa sangat panas disebabkan oleh posisi Matahari di garis khatulistiwa, minimnya awan yang mengurangi penghalang sinar Matahari, serta minimnya angin dan hujan di siang hari. Hal ini diperparah dengan adanya kebakaran lahan dan hutan di beberapa kawasan, seperti yang terdeteksi di Rangsang.
9. 60 Titik Panas Muncul di Riau,Terbanyak di Kabupaten Ini,Suhu Udara Makin Panas,Peluang Hujan Minim
BMKG Stasiun Pekanbaru melaporkan peningkatan titik panas di Riau dan Pulau Sumatera pada 27 Juli 2021, dengan Riau mencatat 60 titik, terbanyak di Kabupaten Indragiri Hulu. Provinsi lain di Sumatera juga mengalami peningkatan titik panas. Meskipun demikian, visibilitas di Riau masih normal, namun suhu udara mencapai 34 derajat Celsius dengan kelembapan udara rendah, meningkatkan risiko kebakaran. Peluang hujan sangat minim, menyulitkan penanganan kebakaran. Musim kemarau kering di Riau telah menurunkan curah hujan dan meningkatkan suhu udara hingga 34 derajat Celsius dengan kelembapan udara 50 hingga 95 persen.
10. Suhu di Riau Terasa Sangat Panas, Bisa Mencapai 35 Derajat, Begini Penjelasan BMKG
BMKG memperingatkan bahwa Riau telah memasuki musim kering, menyebabkan suhu panas hingga mencapai 35 derajat Celcius selama Ramadhan. Meskipun ada potensi hujan di beberapa wilayah seperti Pelalawan dan Inhu, sebagian besar Riau jarang hujan. Kondisi kering dan panas ini meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. Warga, seperti Supardi dan Desma, merasakan dampaknya dengan aktivitas di luar rumah terganggu dan lebih banyak berdiam di rumah karena suhu yang panas.
Seperti yang terlihat pada data tersebut karhutla sering terjadi di Provinsi Riau. Dengan demikian, kebakaran hutan di Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor seperti kondisi bahan bakar yang rentan terhadap kebakaran, faktor iklim seperti suhu, kelembaban, angin, dan curah hujan, serta faktor sosial budaya masyarakat dan juga fenomena el nino. Kebakaran hutan memiliki dampak yang merusak terhadap lingkungan, termasuk kerusakan flora dan fauna, tanah, dan air. Untuk menghadapi permasalahan tersebut, diperlukan upaya mitgasi guna mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh hubungan antara iklim dan kebakaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H