Provinsi Riau merupakan provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah-timur pulau Sumatra. Wilayah pesisirnya berbatasan dengan Selat Malaka dan berada antara 01 derajat 31'-02 derajat 25' Lintang Selatan atau antara 100 derajat-105 derajat BT (Bujur Timur). Luas wilayahnya mencapai 8.915.016 Ha (89.150 Km2). Provinsi Riau terdiri dari 21 kabupaten dan 3 kota. Provinsi Riau terletak di pulau Sumatra, Indonesia, dan memiliki batas dengan Provinsi Kepulauan Riau di sebelah utara, Provinsi Jambi di sebelah selatan, Provinsi Sumatra Barat di sebelah barat, dan Provinsi Sumatra Utara di sebelah timur. Selat Malaka juga menjadi salah satu batas alam yang memisahkan Riau dengan negara tetangga, yaitu Malaysia.
Cuaca, menurut Kartasapoetra (2004), adalah keadaan atau perilaku atmosfer yang berubah-ubah dari waktu ke waktu. Udara memiliki sifat yang sangat dinamis, di mana suhu dan kelembaban udara dapat berubah secara terus-menerus. Intensitas cahaya yang mencapai permukaan bumi juga berubah, tergantung pada penyebaran dan ketebalan awan. Kecepatan dan arah angin juga dapat berubah dengan cepat dalam waktu yang singkat, seperti dalam hitungan jam atau hari. Kondisi atmosfer yang berubah-ubah dengan cepat ini disebut sebagai cuaca.
Di sisi lain, menurut Kartasapoetra (2004), iklim merujuk pada rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama. Iklim adalah fenomena alam yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk radiasi matahari, suhu, kelembaban, awan, hujan, evaporasi, tekanan udara, dan angin. Faktor-faktor ini berperan dalam membentuk iklim di suatu wilayah dan membedakannya dari iklim di wilayah lain. Misalnya, matahari menjadi faktor pengendali iklim yang sangat penting, karena merupakan sumber energi bagi bumi yang mempengaruhi pergerakan udara dan arus laut. Selain itu, faktor-faktor seperti distribusi daratan dan air, pola tekanan tinggi dan rendah yang semi-permanen, massa udara, pegunungan, arus laut, dan badai juga berperan sebagai pengendali iklim.Dengan demikian, cuaca mengacu pada keadaan atmosfer yang berubah-ubah dalam waktu singkat, sementara iklim merujuk pada rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang lebih lama.(Miftahuddin, 2016)
Perubahan iklim yang terjadi saat ini memiliki dampak yang signifikan bagi lingkungan, dan ketidakpedulian manusia terhadap perlindungan alam semakin memperburuk situasi tersebut. Salah satu contoh dampak yang sering terjadi adalah kebakaran hutan
Secara umum, kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia dapat disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu kondisi bahan bakar, cuaca, dan faktor sosial budaya masyarakat. Kondisi bahan bakar yang rentan terhadap kebakaran meliputi jumlah bahan bakar yang melimpah di lantai hutan, kadar air yang relatif rendah (kering), dan ketersediaan bahan bakar yang berkelanjutan. Faktor iklim, seperti suhu, kelembaban, angin, dan curah hujan, juga memiliki peran penting dalam menentukan tingkat kerawanan kebakaran hutan. Suhu yang tinggi akibat paparan sinar matahari langsung dapat menyebabkan bahan bakar mengering dan menjadi mudah terbakar. Kelembaban yang tinggi, terutama pada hutan dengan vegetasi yang lebat, dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Angin juga mempengaruhi proses pengeringan bahan bakar dan kecepatan penyebaran api, sementara curah hujan mempengaruhi kadar air dalam bahan bakar. (Rasyid, 2014)
Definisi kebakaran hutan menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 195/Kpts-II/1996 adalah kondisi di mana hutan terkena api dan menyebabkan kerusakan pada hutan serta hasil hutan yang berdampak pada kerugian ekonomi dan lingkungan. Kebakaran hutan merupakan salah satu dampak dari tekanan yang semakin tinggi terhadap sumber daya hutan. Dampak yang terkait dengan kebakaran hutan atau lahan meliputi kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, seperti kerusakan flora dan fauna, tanah, dan air.
Selain itu ada juga fenomena lain yang menyebabkan terjadinya pengingkatan iklim yaitu el nino. El Nio adalah fenomena global yang terjadi ketika suhu permukaan air laut di bagian timur Pasifik meningkat. Fenomena ini terjadi secara periodik dengan interval 2-7 tahun dan berlangsung selama 12-15 bulan. Salah satu ciri khas El Nio adalah peningkatan suhu permukaan air laut di wilayah Pasifik dengan pola yang berulang. Selain itu, terdapat perbedaan tekanan udara yang meningkat antara Darwin dan Tahiti. (Taufiq & Marnita, 2011)
El Nio memiliki dampak yang signifikan terhadap iklim di Indonesia. Salah satu dampaknya adalah berkurangnya curah hujan dan terjadinya musim kemarau yang panjang. Hal ini dapat menyebabkan kekeringan dan mempengaruhi sektor pertanian, sumber daya air, dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Perubahan pola curah hujan yang terjadi selama El Nio juga dapat mempengaruhi suhu udara secara keseluruhan. (Safitri, 2015)
Adapun artikel ini dibuat dengan tujuan untuk menyajikan informasi tentang kejadian pengaruh iklim terhadap kebakaran hutan yang diungkapkan melalui berbagai sumber media massa. Di bawah ini disajikan framing teks yang menggambarkan berbagai laporan media massa mengenai iklim di Riau yang menyebabkan karhutla:
1. Berikut Prakiraan Cuaca di Riau dan Jumlah Titik Panas di Sumatra
BMKG Pekanbaru merilis prakiraan cuaca untuk Riau pada Kamis (5/10/2023), menunjukkan potensi hujan ringan hingga lebat dengan petir dan angin kencang. Hujan akan terjadi sepanjang hari dengan intensitas tidak merata di berbagai wilayah Riau. Potensi hujan ringan hingga sedang di beberapa wilayah pada pagi, siang, sore, dan dini hari. BMKG juga memperingatkan tentang hujan lebat, petir, dan angin kencang terutama pada pagi, siang, dan sore hari di beberapa wilayah Riau. Suhu udara Riau berkisar antara 23.0 -- 33.0 C dengan kelembapan udara 50 -- 99%. Arah angin dari Tenggara -- Selatan dengan kecepatan 10 -- 30 km/jam. Tinggi gelombang di perairan Provinsi Riau berkisar antara 0.50 -- 1.25 m (Rendah).