Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Fenomena Selebgram di Indonesia

29 September 2017   13:47 Diperbarui: 30 September 2017   06:25 5618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini, perkembangan penggunaan media sosial di kalangan anak muda semakin meningkat. Salah satu media sosial yang paling populer saat ini adalah instagram. Instagram merupakan sebuah aplikasi berbagi foto yang memungkinkan pengguna mengambil foto, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk milik Instagram sendiri. Perkembangan penggunaan instagram ini memicu timbulnya fenomena microcelebrity yang biasa disebut dengan istilah selebgram. 

Microcelebrity adalah serangkaian kegiatan yang dimana khalayak dikonstruksi sebagai sebuah basis penggemar, popularitas menjadi hal yang dikonstruksi melalui manajemen tertentu dan self-presentation menjadi barang konsumsi umum. Microcelebrity dalam Instagram disebut dengan selebgram.

Seseorang yang dikategorikan sebagai selebgram adalah seseorang yang memiliki banyak pengikut atau followers pada akun instagram miliknya dan mendapat like banyak pada setiap foto yang diunggah pemilik akun. Fenomena microcelebrity ini juga merupakan tonggak perubahan penggunaan akun instagram. Kini, media sosial instagram tidak lagi hanya digunakan sebagai ruang berekspresi para penggunanya, namun menjadi ruang periklanan dan pembentukan citra diri seseorang.

Dengan adanya fenomena ini, kini semakin bermunculan selebriti baru di media sosial yang memiliki pengikut/ followers banyak dan jumlah likers yang banyak pula. Akun-akun seperti @d_kadoor, @rachelvenya, @dorippu, @gitasav, @cindercella, @awkarin yang sebenarnya bukan merupakan selebriti yang dikenal di media massa, tetapi selebriti di dunia instagram. Tentu fenomena ini mengundang potensi pengiklan yang akan memasarkan produknya melalui akun-akun selebgram tersebut. Dengan begitu, muncul kemudian istilah endorse. 

Tentu saja hal ini menjadi menarik untuk melihat fenomena kemunculan selebgram, dan endorse, dalam kacamata ekonomi politik media terutama kaitannya dengan perubahan nilai pesan dan audiens dalam bisnis ini. Para penjual mengincar para selebgram ini untuk membantu memasarkan barang dangannya dengan harapan para audiens akan lebih tertarik melihat barang-barang yang seolah digunakan oleh para selebgram. 

Maka, fenomena ini mengundang para owner online shop untuk menyerbu para selebgram yang memiliki pengikut/ followers banyak. Bagi para owner online shop, jumlah followers itu dianggap akan berbanding lurus dengan minat pembelian terhadap barang mereka. Foto yang diunggah oleh para selebgram sekaligus menjadi review suatu produk sehingga para pengikut/ followers mereka akan percaya pada produk tersebut.

Tentu fenomena ini akan merugikan beberapa pihak, terutama para calon konsumen. Konsumen disini sebagai pihak pasif yang seharusnya mereka menggunakan instagram untuk sharing foto dan lain sebagainya, tetapi justru sekarang menjadi object beriklan. Seharusnya para Selebriti Instagram lebih bijak lagi dalam menggunakan media sosial terutama Instagram dan menggunakannya dengan semestinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun