Hari ulang tahun karyaku pun tertunda. Jika aku sial, maka hari itu tak akan pernah datang. Lagi-lagi, karena mentalitas.
Karya hanyalah menggambarkan hasil. Inilah yang umumnya diagungkan, diingat, dan disebarluaskan. Padahal yang menentukan harga dari suatu karya adalah proses penciptaannya.Â
Sulit menginspirasi orang lain dengan memperlihatkan hanya karyanya saja. Tapi lukamu yang berdarah-darah untuk berkarya itulah yang menampar orang banyak.Â
Menampar di sini dalam arti menjadi bahan bakar bagi orang lain untuk berusaha lebih baik. Walaupun bisa juga malah jadinya menimbulkan populasi yang melihat segala proses itu sebagai 'kurang kerjaan'.
Tidak semua manusia, secantik atau setampan apapun, memiliki kepercayaan diri yang absolut. Bagi yang merasa penampilannya biasa saja sering mengungkapkan "ah yang tertarik sama aku mah dikit". Se-sedikit apa?Â
1% dari 7 milyar manusia? 0.1% dari populasi manusia saja masih sangat banyak! Sementara untuk membuat kita bahagia lahir batin hanya diperlukan satu orang.Â
Apa bedanya dalam berkarya? Orang lain pengagumnya banyak sekali, sementara kita hanya sedikit. Bukankah 'sedikit' itu hanya menggambarkan keadaan?Â
Kalaupun karyamu hanya dihargai oleh seorang saja, bagaimana kalau ia menghargai dengan sepenuhnya? Bagaimana kau tahu kalau karyamu itu mempengaruhi dia seutuhnya?Â
Jika seorang dokter yang kuliah begitu lamanya, di-training begitu melelahkannya dan sepanjang karirnya ia hanya menyelamatkan satu manusia saja, apakah iya itu tidak pantas disyukuri?Â
Satu manusia yang ditolong oleh karyamu bisa jadi adalah calon pemimpin masa depan yang luar biasa. Atau seorang ilmuwan yang mengubah dunia dengan temuannya. Banyak atau-atau lain lagi yang bisa kita bayangkan... Satu ulang tahun karyamu bisa jadi adalah ulang tahun mereka yang merasa tertolong oleh buah pikiranmu.
Rumah produksi kecil milik sahabatku itu memang terasa hanya perwujudan dari cita-citanya sendiri. Tapi di dalamnya banyak orang yang kemudian mendapat kesempatan kedua untuk belajar sesuatu yang baru.Â