Oleh : Angel Eka Rizki
ABSTRAK
Pada zaman sekarang banyak sekali kasus anak remaja yang memiliki gangguan mental dan banyak dari orang tua, keluarga, teman dan orang lain sekitarnya tidak menyadari bahwa orang yang mereka temui dan mereka cinta mengalami gangguan mental, ketidaksadaran dari orang sekitar dapat memperburuk gangguan mental pada remaja bagi yang mengalaminya seperti melakukan karena mereka tidak memahami isi hati dan pikiran remaja yang sedang mengalaminya dan berakibatkan self harm, bunuh diri dan lain-lainnya yang dapat merusak dan merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Kesehata mental bagi pemuda sangat penting dalam menentukan kualitas suatu bangsa
Kata kunci: Remaja, kesehatan mental
PENDAHULUAN
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar kita. Perlu diketahui bahwa kesehatan mental ini dapat dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan seseorang hingga pada akhirnya akan memiliki dampak besar untuk perilaku serta kepribadiannya.Â
Banyak orang berpikir bahwa orang yang sehat adalah orang yang jarang sakit secara fisik. namun perlu kira ketahui orang sehat adalah orang yang sehat dari kedua aspek yaitu secara jasmani dan rohaninya. Seperti yang dikatakan oleh pepatah latin, "Mens Sana In Corpore Sano" yang berarti di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Apabila remaja memiliki gangguan mental health hal ini sangat berdampak besar bagi kehidupan mereka.Â
Gangguan mental yang terganggu pada remaja dapat mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk. Adanya gangguan mental dapat merusak interaksi atau hubungan orang lain dan dapat menurunkan prestasi atau produktivitas di sekolah dan kerja.Â
Menurut survey yang dilakukan oleh World Health Organization atau WHO, sekitar 20 persen anak-anak dan remaja di dunia mengalami gangguan permasalahan mental. Lebih dari 800.000 orang setiap tahunnya mati karena bunuh diri. Bunuh diri sendiri menjadi penyebab terbesar ke-2 kematian yang terjadi pada usia 15-29 tahun.Â
Banyak dari orang tua mengabaikan kesehatan mental pada anak remaja mereka dikarenakan orang tua lebih fokus terhadap kesehatan fisik anak remajanya daripada kesehatan mentalnya, tanpa disadari ini dapat memperparah gangguan mental dan menghambat perkembangan untuk bertumbuh kembang pada anak remaja. Mental yang sehat dapat menciptakan tubuh dan jiwa yang sehat.
PEMBAHASAN
Berdasarkan jenis kelamin, gannguan mental terhadap anak remaja perempuan lebih memiliki kesehatan mental yang buruk hingga 30.5% dari 29 responden sedangkan anak laki-laki sekitar 27.0% dari 31 responden memiliki kesehatan mental yang buruk. Pada kelompok remaja perempuan tinggi hal ini dikarenakan terutama yang tumbuh lebih cepat, lebih tertekan dibandingkan remaja putra. Perbedaan gender ini mungkin terjadi karena ada hubungannya dengan perbedaan biologis yang terkait dengan pubertas.Â
Faktor-faktor yang mempengaruhi ganguan mental yang pertama faktor individu yaitu kematangan otak dan konstitusi genetic (anatara lain tempramen), Kedua faktor pola asuh orang tua di masa anak dan pra-remaja, Ketiga faktor lingkungna yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing. Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secra wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak berkembang dengan optimal jika ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan. Dengan demikian ada selalu faktor risiko yang berkaitan dengan gangguan mental, yaitu;Â
1. Faktor risiko, (a. faktor individu) - faktor genetik/constitutional; contoh ganguan mental mempunyai latar belakan yang cukup nyata seperti gangguan tingkah laku, kepribadian dan psikologi lainnya. - kurangnya kemampuan keterampilan sosial seperti, menghadapi rasa takut, rendah diri dan rasa tertekan. Kondisi ini cenderung memicu timbulnya perilaku risiko tinggi bagi remaja. (b. Faktor psikososial) - keluarga seperti ketidak harmonisan antar orang tua dan anak, pola suh orang tua yang tidak empatik dan cenderung dominasi, gangguan mental pada orang tua. - sekolah seperti bullying pengaruh kuat dari kelompok teman sebaya, serta dampaknya gagal dalam akdemik. Dan kondisi ini merupakan faktor risiko yang cukup serius bagi remaja. - situasi kondisi kehidupanbahawa terdapat hubungan yang erat dengan gangguan mental seperti kemiskinan, pengangguran dan perceraian orang tua dan penyaikt kronik pada remaja. Alkohol dan penggunaan narkoba dan aktivitas seksual telah menyebabkan depresi pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Dan gejala depresi dapat diperburuk dikarenakan masalah penampilan dan gangguan makan. (Papalia & Feldman, 2014).Â
Menurut status pernikahan atau pasangam bagi yang belum memiliki pasangan lebih memiliki kesehatan mental yang lebih baik, dikarenakan mental mereka tidak mudah mengalami patah hati yang menimbulkan depresi, sehingga mereka dapat menghibur diri mereka dengan kegiatan unik yang menyenangkan dan mempelajari hal-hal baru yang belum sempat mereka lakukan sebelumnya. Ada beberapa ciri-ciri dari gelaja gangguan mental yaitu ;Â
1. Perubahan drastis dalam kebiasaan makan, seperti makan terlalu banyak atau terlalu sedikit.
2. Delusi, paranoia, atau halusinasi.
3. Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman.
4. Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui.
5. Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
6. Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.
7. Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
8. Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
9. Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.
10. Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat dilupakan.
11. Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
12. Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan masalah dalam hubungan dengan orang lain.
13. Merasa bingung, pelupa, marah, tersinggung, cemas, kesal, khawatir, dan takut yang tidak biasa.
14. Merasa sedih, tidak berarti, tidak berdaya, putus asa, atau tanpa harapan.
15. Merokok, minum alkohol lebih dari biasanya, atau bahkan menggunakan narkoba.
16. Mendengar suara atau mempercayai sesuatu yang tidak benar.
17. Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti merawat anak atau pergi ke sekolah atau tempat kerja.
18. Rasa lelah yang signifikan, energi menurun, atau mengalami masalah tidur.
19. Perubahan gairah seks.
20. Tidak mampu memahami situasi dan orang-orang.
Jika memiliki ciri-ciri diatas segera mendatangi psikolog atau psikiater untuk diterapi dan diobati agar tidak memperburuk kondisi mental para remaja.
Ada beberapa pencegahan permasalahan gangguan mental pada remaja yaitu; 1. Memberikan perhatian yang intensif secara individual. Pada programprogram yang berhasil, remaja muda dipasangkan dengan seorang dewasa yang bertanggung jawab. 2. Pendekatan kolaboratif yang melibatkan banyak agensi di seluruh komunitas. Filosofis dasar dari komunitas adalah pentingnya menyediakan program dan layanan. 3. Identifikasi dan penanganan awal. Merangkul anak-anak dan keluarganya sebelum anak-anak mengembangkan berbagai masalah, atau masih berada di tahap awal dari masalahnya, adalah strategi yang berhasil. 4. Memelihara pikiran yang positif. 5. Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah. 6. Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik. 7. Menjaga kecukupan tidur dan istirahat. 8. Mencari bantuan profesional jika diperlukan.
     Â
KESIMPULAN/ PENUTUP
Kesehatan mental merupakan faktor penting yang harus dalam diri setiap individu, karena dengan kesehatan mental dalam menjalakan hidup ada kesimbangan. Remaja merupakan generasi penerus bangsa maka dari itu generasi remaja harus menjaga kesehatan remaja.Â
Peran dari keluarga, teman, guru dan terutama orangtua, orang tua harus menyadari dan peka terhadap anak remaja mereka, sangat begitu penting dalam kehidupan remaja sehingga menjadi support system untuk mencegahnya ganguan mental, ketika mereka mengetahui hal ini maka dapat menangani, mencegah dan mengurangi adanya gangguan mental pada remaja. Dan pentingnya juga bagi kita untuk memahami seseorang memberikan aturan lebih longgar tetapi tetap terkontrol karena sudah mulai mandiri dan jangan lupa untuk memberika pujian,spresiasi,kasih sayang, dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungan. Karena tidak semua orang suka dikritik atau dihakimi karena banyal mental para remaja yang belum siap akan hal itu, tapi ketika diapresiasi dan meberikan solusi dapat membantu para remaja semangat untuk mejadi lebih baik.
DAFTAR REFERENSI
Prasetyo, Angga Eko. (2021). EDUKASI MENTAL HEALTH AWARENESS SEBAGAI UPAYA UNTUK MERAWAT KESEHATAN MENTAL REMAJA DIMASA PANDEMI. Journal of Empowerment. SSN 2580-0620 (Print)ISSN 2597-9809(Online). https://jurnal.unsur.ac.id/je/article/view/1757/1532
Agustina, Dewi & dkk. (2022). GAMBARAN KESEHATAN MENTAL REMAJA PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI KELURAHAN NELAYAN INDAH. Journal Pengabdian Kepada Masyarakat. DOI:10.31604/jpm.v5i2.609-616.
Diananda, Amita. (2019). PSIKOLOGI REMAJA DAN PERMASALAHANNYA. Journal ISTIGHNA. DOI:10.33853/istighna.v1i1.20
Audreyla, Shierine. (2019). MENTAL HEALTH, SEBERAPA PENTINGNYA ITU?. https://communication.binus.ac.id/2019/01/22/mental-health-seberapa-pentingnya-itu/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H