"Ini film lama kan? Kalau saya sendiri sih disini tuh komentarnya tentang Wiranto. Film ini kesannya seperti memberi gambaran bahwa Wiranto itu pro mahasiswa, padahal kan tahu sendiri dia bagaimana?" ucap AD (20) saat saya temui.
"Kalau saya sih lebih melihat ke arah sisi suku saya waktu itu ya, kebetulan saya orang Tionghoa, dan pada waktu 1998 itu banyak memang keluarga saya yang panik dan hampir terlibat, sukur aja sempat mengungsi. Cuman ya, memang agak membuat luka lama aja sih bagi beberapa orang, kalau saya sendiri kan tidak mengalami, tapi kalau orang yang bersangkutan menonton film in ikan, seperti trauma kembali," ucap PA (20) saat saya temui.
"Lebih melihat suatu peristiwa itu dengan beberapa sudut pandangan aja sih, masih bagus ada yang mengangkat kejadian ini sebagai film, walau tidak sepenuhnya benar dan 100% sama namun sudah mewakili bagaimana kejadian itu dari tokoh, properti, dan segi cerita. Kita juga harus paham kalau kejadian ini harus diperingati dan dijadikan pembelajaran biar tidak terulang kembali. Selain itu juga apresiasi banget buat sutradaranya udah berani angkat kasus ini walau kayaknya film ini tidak begitu populer," ucap V (23) saat saya temui.
Daftar Pustaka
Amindoni, A. (2019). 'Kucumbu Tubuh Indahku': "kampanye LGBT" dan trauma tubuh yang menuai kontroversi. Retrieved 25 July 2021, from https://www.bbc.com/ indonesia/majalah-48250837
Kurniawan, Y., & Noviza, N. (2018). Peningkatan Resiliensi pada Penyintas Kekerasan terhadap Perempuan Berbasis Terapi K e l o m p o k P e n d u k u n g . Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 2(2), 125. doi:10.21580/ pjpp.v2i2.1968
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H