Mohon tunggu...
Maria Angela Patrice
Maria Angela Patrice Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

Hi there! every single word written here is created with intention. I hope you all sending lots of love here and let's explore insightful ideas together!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tidak Hanya Sebatas Hiburan, Sastra Anak Bisa Jadi Kunci untuk Belajar Toleransi Loh!

2 Desember 2024   10:23 Diperbarui: 2 Desember 2024   11:02 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat berbicara mengenai sastra anak, sebagian besar dari kita mungkin berpikir atau bahkan membayangkan cerita-cerita dongeng klasik yang memiliki ending bahagia, atau puisi-puisi pendek yang lucu dan ringan. Namun, di balik itu semua, sastra anak menyimpan kekuatan yang jauh lebih besar daripada hal itu. 

Sastra anak dapat menjadi suatu jembatan dalam dunia pendidikan yang sangat efektif, terutama dalam memupuk nilai-nilai toleransi dan multikulturalisme.

Di tengah dunia yang semakin kompleks dan beragam ini, mengajarkan kepada anak untuk dapat menghormati suatu perbedaan bukan lagi menjadi pilihan, tetapi sebuah kebutuhan. Namun sayangnya, tidak semua pendekatan dapat diterapkan dengan cara yang natural dan menyenangkan bagi sebagian besar anak-anak. Di sinilah sastra anak memainkan peran yang krusial. 

Melalui kisah-kisah yang sederhana namun penuh makna, sastra anak mampu menyampaikan pesan-pesan toleransi dengan cara yang halus namun mengenai.

Mengapa Toleransi Penting Ditanamkan pada Anak?

Kita hidup di masyarakat yang semakin majemuk. Perbedaan ras, agama, suku, bahasa, budaya, latar belakang dan bahkan perspektif seseorang menjadi hal yang dominan dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, perbedaan ini sering kali menjadi sumber permasalahan jika tidak disikapi dengan bijaksana. Mengajarkan toleransi sejak dini kepada anak-anak adalah cara terbaik untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi realita ini. 

Menurut Hikmah (2022), sastra anak mampu menjadi jembatan untuk mengenalkan nilai-nilai multikulturalisme. Dalam dunia pendidikan, pendekatan berbasis sastra ini sangat relevan, terutama di era Society 5.0 yang menuntut individu untuk tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi. 

Sastra anak membantu anak-anak memahami bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan dihormati dan dirayakan. 

Sastra anak memiliki keistimewaan dalam menyampaikan nilai-nilai multikultural. Kumpulan cerita dan kisah yang kaya akan budaya, tradisi, dan nilai-nilai lokal dapat menambah wawasan pengetahuan anak mengenai keberagaman. Yangsen dan Sukarismanti (2023) mengemukakan bahwa sastra anak, khususnya yang berbasis cerita rakyat Sumbawa, menyimpan banyak nilai-nilai penting yang relevan untuk pendidikan karakter dan multikulturalisme. 

Contohnya, dalam cerita rakyat Sumbawa, sering kali disisipkan pesan mengenai pentingnya kerja sama meskipun terdapat perbedaan latar belakang budaya. 

Kisah-kisah semacam ini tidak hanya sekedar menghibur hati namun juga mendidik anak untuk menghormati tradisi kebudayaan lain. Selain itu, keberadaan tokoh-tokoh dalam cerita rakyat tersebut, seperti pemimpin yang bijak atau tokoh yang memiliki simpati dan empati, memberikan contoh konkret bagi anak-anak untuk mengetahui bagaimana hidup dengan harmonis meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda. 

Selain cerita, puisi juga menjadi bentuk sastra anak yang tak kalah efektif dalam mengajarkan toleransi. Puisi, dengan keindahan bahasanya, mampu menyampaikan pesan-pesan moral yang dalam. Menurut Sudigdo dan Pamungkas (2022), kumpulan puisi karya siswa sekolah dasar di Yogyakarta menunjukkan betapa anak-anak dapat menggambarkan keberagaman budaya melalui tulisan-tulisan sederhana mereka. 

Lewat puisi, anak-anak diajak untuk tidak hanya memahami keberagaman namun juga turut merasakannya. Misalnya, puisi yang menceritakan kehidupan seorang anak di daerah terpencil mengajarkan anak lain untuk memahami bagaimana rasanya hidup dalam kondisi yang berbeda dari mereka. Proses ini membantu anak-anak mengembangkan empati dan memperluas cara pandang mereka terhadap dunia. 

Hermawan dan Anjariyah (2023) menegaskan pentingnya penggunaan sastra lokal sebagai media literasi multikultural. Sastra lokal, seperti cerita rakyat, legenda, atau dongeng daerah, mengandung kekayaan budaya yang dapat menjadi sumber pembelajaran bagi anak-anak secara tidak langsung. 

Sebagai contoh, legenda-legenda dari daerah-daerah maupun pulau-pulau di Indonesia sering kali menceritakan bagaimana masyarakat setempat menjaga hubungan harmonis dengan alam dan sesame manusia. 

Nilai-nilai ini sangat relevan di masa sekarang, di mana konflik dan kerusakan lingkungan sering terjadi akibat ketidaktahuan atau ketidakpedulian terhadap keberagaman. Dengan mengenalkan anak-anak pada sastra lokal, kita tidak hanya mengajarkan mereka untuk menghormati budaya lain tetapi juga mencintai budaya mereka sendiri. 

Tidak hanya toleransi, sastra anak juga dapat menjadi media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter lain, seperti kepemimpinan, gotong royong, keberanian, dan tanggung jawab. Dalam kajiannya, Anafiah et al. (2022) menunjukkan bagaimana ajaran Tamansiswa “Ngerti, Ngrasa, Nglakoni” dapat diterapkan melalui sastra anak.

 Prinsip ini mengajarkan anak untuk tidak hanya memahami nilai-nilai baik tetapi juga merasakannya dalam hati dan menerapkannya dalam tindakan. 

Misalnya, cerita tentang seorang anak yang dengan berani membantu temannya yang kesusahan memberikan contoh konkret kepada pembaca muda tentang bagaimana menjadi pribadi yang peduli dan bertanggung jawab. Dengan cara ini, sastra anak tidak hanya berfungsi sebagai media untuk mengajarkan toleransi tetapi juga membangun karakter yang kuat. 

Salah satu alasan mengapa sastra anak efektif dalam mengajarkan toleransi adalah karena cerita memiliki kemampuan untuk menghubungkan pembaca dengan karakter di dalamnya. Ketika anak-anak membaca tentang tokoh dari latar belakang yang berbeda, mereka diajak untuk membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang lain. 

Hermawan dan Anjariyah (2023) menjelaskan bahwa proses ini sangat penting dalam menumbuhkan empati. Empati adalah dasar dari toleransi. Anak-anak yang mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain akan lebih mudah untuk menerima perbedaan. Oleh karena itu, memperkenalkan anak-anak pada berbagai jenis cerita, baik yang berasal dari budaya mereka sendiri maupun budaya lain, sangatlah penting. 

Membaca sastra anak untuk tujuan pendidikan tidaklah sulit, tetapi tentu saja memerlukan beberapa strategi yang tepat. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan: 

1. Memilih Buku yang Relevan

Pilihlah buku cerita atau kumpulan puisi yang mengangkat tema keberagaman atau persahabatan lintas budaya. Buku-buku seperti ini dapat membantu anak memahami bahwa perbedaan adalah hal yang alami dan indah. 

2. Mengadakan Diskusi Setelah Membaca

Setelah membaca cerita bersama anak, ajak mereka berdiskusi tentang apa yang mereka pelajari dari cerita tersebut. Tanyakan pendapat mereka tentang tokoh dalam cerita dan bagaimana mereka melihat konflik yang terjadi. 

3. Menggunakan Media Digital

Di era digital ini, banyak cerita anak yang tersedia dalam bentuk video atau buku elektronik. Media ini bisa menjadi alternatif yang menarik untuk memperkenalkan sastra anak kepada generasi muda. 

4. Melibatkan Anak dalam Proses Kreatif

Dorong anak-anak untuk membuat cerita mereka sendiri tentang toleransi. Proses ini tidak hanya melatih kreativitas mereka tetapi juga membantu mereka memahami konsep toleransi secara lebih mendalam.

5. Mengenalkan Sastra Lokal

Perkenalkan anak pada cerita-cerita dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan cara ini, mereka dapat belajar tentang keberagaman budaya di Indonesia dan menghargainya. 

Sastra anak merupakan jendela kecil yang dapat memberikan akses ke dunia yang luas. Melalui cerita-cerita yang sederhana, masing-masing dari cerita tersebut membawa kesan dan pesan bagi pembacanya terlebih pada anak-anak. 

Anak-anak diajak untuk memahami, merasakan, dan menghargai perbedaan yang ada di sekitar mereka. Lebih dari sekedar hiburan, sastra anak adalah alat pendidikan yang dapat membentuk generasi yang lebih toleran, empati, dan siap menghadapi tantangan di masa mendatang.

REFERENSI

Hikmah, Siti. (2022). Pendidikan Sastra Berbasis Multikultural di Era Society 5.0. Jurnal Ilmiah Pendidikan Holistik (JIPH), 1, 11-30.

Yangsen, B. R., & Sukarismanti. (2023). Eksplorasi Nilai-Nilai Multikultural dalam Sastra Anak Sumbawa sebagai Revitalisasi Pendidikan Nilai dan Karakter. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra, 9(2), 871-885.

hermawan, W., & Anjariyah, D. (2023). Penguatan Nilai Multikultural Sastra Lokal sebagai Media Literasi Anak. Journal of Education Research, 4(4), 1918–1926.

Anafiah, Siti., & Sudigdo, Anang., & Masjid, Akbar. (2022). Sastra anak: media penumbuhan karakter kepemimpinan melalui ajaran Tamansiswa Ngerti, Ngrasa, Nglakoni (Tri Nga). Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 6. 13-22.

Sudigdo, A., & Pamungkas, O. Y. (2022). Multiculturalism in Children’s Literature: A Study of a Collection of Poems by Elementary School Students in Yogyakarta. Daengku: Journal of Humanities and Social Sciences Innovation, 2(3), 266-278.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun