Mohon tunggu...
Maria Angela Patrice
Maria Angela Patrice Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

Hi there! every single word written here is created with intention. I hope you all sending lots of love here and let's explore insightful ideas together!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tidak Hanya Sebatas Hiburan, Sastra Anak Bisa Jadi Kunci untuk Belajar Toleransi Loh!

2 Desember 2024   10:23 Diperbarui: 2 Desember 2024   11:02 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk Toleransi (Sumber: E-book Menghargai Perbedaan Pendidikan Toleransi untuk Anak)

Kisah-kisah semacam ini tidak hanya sekedar menghibur hati namun juga mendidik anak untuk menghormati tradisi kebudayaan lain. Selain itu, keberadaan tokoh-tokoh dalam cerita rakyat tersebut, seperti pemimpin yang bijak atau tokoh yang memiliki simpati dan empati, memberikan contoh konkret bagi anak-anak untuk mengetahui bagaimana hidup dengan harmonis meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda. 

Selain cerita, puisi juga menjadi bentuk sastra anak yang tak kalah efektif dalam mengajarkan toleransi. Puisi, dengan keindahan bahasanya, mampu menyampaikan pesan-pesan moral yang dalam. Menurut Sudigdo dan Pamungkas (2022), kumpulan puisi karya siswa sekolah dasar di Yogyakarta menunjukkan betapa anak-anak dapat menggambarkan keberagaman budaya melalui tulisan-tulisan sederhana mereka. 

Lewat puisi, anak-anak diajak untuk tidak hanya memahami keberagaman namun juga turut merasakannya. Misalnya, puisi yang menceritakan kehidupan seorang anak di daerah terpencil mengajarkan anak lain untuk memahami bagaimana rasanya hidup dalam kondisi yang berbeda dari mereka. Proses ini membantu anak-anak mengembangkan empati dan memperluas cara pandang mereka terhadap dunia. 

Hermawan dan Anjariyah (2023) menegaskan pentingnya penggunaan sastra lokal sebagai media literasi multikultural. Sastra lokal, seperti cerita rakyat, legenda, atau dongeng daerah, mengandung kekayaan budaya yang dapat menjadi sumber pembelajaran bagi anak-anak secara tidak langsung. 

Sebagai contoh, legenda-legenda dari daerah-daerah maupun pulau-pulau di Indonesia sering kali menceritakan bagaimana masyarakat setempat menjaga hubungan harmonis dengan alam dan sesame manusia. 

Nilai-nilai ini sangat relevan di masa sekarang, di mana konflik dan kerusakan lingkungan sering terjadi akibat ketidaktahuan atau ketidakpedulian terhadap keberagaman. Dengan mengenalkan anak-anak pada sastra lokal, kita tidak hanya mengajarkan mereka untuk menghormati budaya lain tetapi juga mencintai budaya mereka sendiri. 

Tidak hanya toleransi, sastra anak juga dapat menjadi media yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter lain, seperti kepemimpinan, gotong royong, keberanian, dan tanggung jawab. Dalam kajiannya, Anafiah et al. (2022) menunjukkan bagaimana ajaran Tamansiswa “Ngerti, Ngrasa, Nglakoni” dapat diterapkan melalui sastra anak.

 Prinsip ini mengajarkan anak untuk tidak hanya memahami nilai-nilai baik tetapi juga merasakannya dalam hati dan menerapkannya dalam tindakan. 

Misalnya, cerita tentang seorang anak yang dengan berani membantu temannya yang kesusahan memberikan contoh konkret kepada pembaca muda tentang bagaimana menjadi pribadi yang peduli dan bertanggung jawab. Dengan cara ini, sastra anak tidak hanya berfungsi sebagai media untuk mengajarkan toleransi tetapi juga membangun karakter yang kuat. 

Salah satu alasan mengapa sastra anak efektif dalam mengajarkan toleransi adalah karena cerita memiliki kemampuan untuk menghubungkan pembaca dengan karakter di dalamnya. Ketika anak-anak membaca tentang tokoh dari latar belakang yang berbeda, mereka diajak untuk membayangkan bagaimana rasanya menjadi orang lain. 

Hermawan dan Anjariyah (2023) menjelaskan bahwa proses ini sangat penting dalam menumbuhkan empati. Empati adalah dasar dari toleransi. Anak-anak yang mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain akan lebih mudah untuk menerima perbedaan. Oleh karena itu, memperkenalkan anak-anak pada berbagai jenis cerita, baik yang berasal dari budaya mereka sendiri maupun budaya lain, sangatlah penting. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun