Mohon tunggu...
Angela Modo
Angela Modo Mohon Tunggu... Lainnya - Hi!

You write with you heart, you edit with your brain. Too many ingredient ruin the story stew

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prosesi Menyambut Hari Raya Nyepi di Bali

6 Maret 2018   09:43 Diperbarui: 6 Maret 2018   09:51 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya, hari  besar agama dirayakan secara meriah, namun lain halnya dengan Nyepi. Ketika hari Nyepi, umat Hindu yang merayakannya wajib mematuhi empat brata penyepian atau Catur Brata Penyepian yakni amati geni (tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelangunan (tidak mendengarkan hiburan). Jadi suasana akan betul-betul sunyi pada hari itu.

Majelis tertinggi umat Hindu di Bali, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), mengeluarkan pedoman pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940 yang jatuh pada hari Sabtu, 17 Maret 2018. Dilansir dari CNNIndonesia , Ketua PHDI Provinsi Bali menyampaikan, pedoman tersebut merupakan hasil rapat pengurus harian dan anggota Forum Welaka atau kelompok pemikir PHDI Bali tentang rangkaian kegiatan ritual Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940.

Disebutkan dalam pedoman tersebut, Nyepi diawali dengan mengadakan prosesi Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Segala sarana persembahyangan yang ada di Pura, diarak ke pantai, sumber mata air dan danau yang disucikan selama tiga hari, yakni 14-16 Maret 2018. Masing-masing desa adat dapat memilih salah satu dari tiga hari yang telah ditentukan. Adapun prosesi ini memiliki makna menyucikan benda yang disakralkan oleh umat Hindu.  

Prosesi berikutnya adalah Bhatara Nyejer, atau berdoa di Pura atau Bale Agung di masing-masing kawasan. Sehari menjelang Nyepi ada prosesi Tawur Kesanga atau Mecaru (persembahan kurban) yang akan berpusat di Pura Besakih. Kemudian akan dilanjutkan dengan prosesi Ngerupuk yang identik dengan pawai ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh merupakan patung berbentuk raksasa jahat yang bakal diarak menjelang hari Nyepi. Ngerupuk memiliki makna mengusir roh jahat Bhutakala.

Oleh petugas keamanan adat atau biasa disebut dengan pecalang, prosesi Catur Brata Penyepian akan diawasi secara ketat di bawah koordinasi pengurus desa adat setempat. Meski dalam waktu sehari satu pulau akan berhenti beraktivitas, banyak turis yang tetap berdatangan demi merasakan suasana khusyuk tersebut dan 18 Maret 2018, aktivitas di Pulau Dewata akan kembali seperti biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun