motorik kasar maupun halus, aspek sosial-emosional, maupun aspek kognitif.
       Masa kanak-kanak awal disebut dengan usia emas atau golden age karena pada usia tersebut anak mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga harus dioptimalkan. Perkembangan pada anak terjadi dalam berbagai aspek, baik secara fisik,       Salah satu aspek yang penting untuk dilatih dan dikembangkan adalah aspek motorik kasar. Secara pendidikan, anak perlu diberikan bantuan yang tepat dan pemberian latihan yang aman dan menyenangkan agar anak senang untuk belajar mengembangkan kemampuan tersebut. Maka, latihan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar sangat penting diberikan bagi anak usia dini khususnya bagi anak-anak yang berada di bangku Taman Kanak-Kanak (TK). Pemberian latihan motorik kasar seyogyanya dilakukan di bawah bimbingan para pendidik, sehingga pelatihan yang dilakukan dapat terlaksana dengan optimal. Kemampuan motorik kasar yang optimal akan mendukung anak menjadi individu yang lebih percaya diri dan mendukung terbentuknya konsep diri yang positif.
       Salah satu mahasiswa psikologi Universitas Negeri Malang, Angela Merici Alda, turut andil dalam membantu mengembangkan kemampuan motorik kasar anak yang berada di bangku TK. Kegiatan ini dilaksanakan di TK Muslimat NU 10 Al Khoiriyah, Krebet, Senggrong, Malang pada tanggal 16 Desember 2023 yang lalu. Sekilas informasi, TK ini berdiri sejak tahun 1985 dengan berpedoman pada nilai-nilai Islami sebagai dasar untuk mengembangkan karakter peserta didik. Penerapan nilai karakter dilakukan melalui pembiasaan rutin yang diterapkan selama anak berada di lingkungan sekolah. Di samping itu, model pembelajaran  kelompok yang berpusat pada sudut pengaman diterapkan dalam TK Muslimat NU 10 Al Khoiriyah. Saat ini TK tersebut memiliki 2 tenaga pendidik dengan 11 siswa TK A dan 11 siswa TK B. Kurikulum pembelajaran yang diterpkan adalah K13/KTSP didukung dengan buku-buku pembelajaran seperti beragam buku pedoman, buku supervise, dan buku pendukung sarana-prasarana.
       Bentuk kegiatan yang dilaksanakan adalah bermain mengenali bentuk geometri. Disediakan kertas berwarna berbentuk lingkaran, segitiga, dan persegi yang ditempel di lantai dibuat tiga jalur secara acak. Cara bermainnya adalah dengan memberikan kertas serupa kepada setiap siswa. Satu siswa akan mendapatkan satu bentuk geometri. Mereka harus mengikuti jalur geometri dengan cara melompat dari ubin satu ke ubin lainnya yang berada di lantai dari satu sisi hingga ke sisi seberang dengan mengikuti bentuk dan warna geometri yang didapatkan. Setelah berhasil mencapai sisi seberang, siswa akan kembali mengulang jalur tersebut secara terbalik. Begitu seterusnya hingga siswa terakhir telah mencoba permainan ini.
       Selama pelaksanaan pelatihan tersebut, siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat untuk bermain sambil belajar. Dengan bantuan arahan yang diberikan selama permainan berlangsung, siswa dianggap cukup baik dalam memahami dan mengikuti instruksi bermain yang diberikan. Dengan demikian program ini dapat terlaksana dengan baik dan mendapat respon siswa yang positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H