lilin-lilin kecil berdiri,
Di atas meja,Menghitung waktu yang telah berlari,
Setiap nyalanya adalah cerita,
Tentang tawa, air mata, dan doa.
Kupandangi api yang tenang berkedip,
Seperti bisik hangat dalam sunyi yang menggigit.
Ia berkata, "Ini adalah hari istimewa,
Hari ketika dunia bersaksi tentangmu, cinta."
Pelukan syukur merayap dalam hati,
Menyentuh setiap sudut memori yang tak mati.
Dari tangan-tangan yang pernah menggenggam,
Hingga langkah-langkah yang tak pernah padam.
Doa-doa mengalir, meniti cahaya lilin,
Menyusuri waktu, menembus langit hening.
Untuk setiap berkah yang telah datang,
Dan yang menunggu di cakrawala panjang.
Hari ini, aku berdiri di tengah terang,
Diapit cinta yang tak pernah hilang.
Pelukan syukur menemaniku kini,
Mengisi ruang di hati yang abadi.
Di atas meja, lilin-lilin kecil berdiri,
Menggenggam nyala yang menari lembut,
Menyulam bayangan pada dinding sunyi,
Menceritakan waktu yang tak pernah surut.
Setiap cahaya adalah kenangan,
Bisikan lembut dari tahun-tahun lalu,
Mengabarkan kisah tentang kehilangan,
Dan kebahagiaan yang tumbuh di antara pilu.
Di balik terang, ada doa yang hangat,
Melayang pelan, menyentuh langit senja,
Mengantar rasa syukur yang tak berkarat,
Untuk setiap nafas dan segala cinta.
Tangan yang bergetar menyentuh lilin,
Menutup mata pada detik yang lirih,
Dalam keheningan, hati ini ingin,
Memeluk dunia dengan syukur yang gigih.
Hari ini bukan sekadar bertambah usia,
Namun melangkah maju dengan cinta mendalam,
Menyatu dalam pelukan semesta,
Menatap esok yang penuh harapan terpendam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H