yang selama ini kubisikkan tanpa suara.
Bagai udara yang tak jenuh mengalir,
harapan menari di dalam batin,
meski lelah menapak dan hampir pudar,
ia tetap setia, menanti dan sabar.
Dalam hening, aku belajar memahami,
bahwa hidup bukan sekedar mimpi,
ada denting halus, perlahan membangunkan,
menguatkan hati yang pernah hampir hilang.
Maka pada pagi yang sebentar lagi tiba,
kujemput harapan dengan dada terbuka,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!