Mohon tunggu...
Angela Mau
Angela Mau Mohon Tunggu... Animator - Mahasiswa

"Hobi adalah jendela ke dalam jiwa, tempat kita menemukan kegembiraan yang tak terduga dan memperluas horison kehidupan kita." Di antara kesibukan dan berjalan, Hobi ku menjelma, tiada kian lara. Menyanyi, menulis, hingga membaca , Hobi ku raih, senyum pun bersemi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saat Ketulusan Tak Lagi Berarti di Matamu

30 Oktober 2024   16:22 Diperbarui: 30 Oktober 2024   16:29 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber : (Foto saya saat di pelabuhan Bau-bau-Ambon)

Saat ketulusan tak lagi berarti di matamu,

aku berdiri di ambang waktu,

terdengar harap yang mulai pudar,
menggenggam kasih yang kau biarkan samar.

Tak ada kata yang mampu mengikat,
tak ada tatap yang mampu melekat,
ketulusan yang pernah menyala terang,
kini redup, hilang tertelan siang hari.

Di setiap langkahku ada bekas luka,
dari senyum dan tawa yang tak kau jaga,
kau biarkan terhempas tanpa suara,
luruh perlahan, tak berharga.

Mungkin di suatu masa kau akan sadar,
bahwa ketulusan bukan sekedar hadir lalu pudar,
bahwa cinta yang tak dihargai,
hanya akan meninggalkan sepi yang abadi.

Jadi biarkan aku pergi tanpa kembali,
biar ketulusan ini jadi kenangan,
di matamu aku mungkin tak berarti,
tapi kelak kau akan tahu, kehilangan ini tak terperi.

Saat ketulusan tak lagi berarti di matamu,
aku hanya bayang tanpa warna,
bisikan angin yang datang dan hilang,
sekedar persinggahan, bukan tujuan.

Kata-kataku menjadi sunyi di telingamu,
langkah-langkahku tak meninggalkan jejak,
seolah semua yang kuberikan adalah hampa,
tak pernah cukup untuk kau pahami.

Kupikir ketulusan bisa menyampaikan hatimu,
menyembuhkan luka-luka yang tak kau ucapkan,
namun ternyata,
ketulusan hanyalah gema tak terdengar,
tak mampu menyentuh bentengmu yang kokoh.

Kau berjalan melintasi niat baikku,
seperti angin melewati dedaunan,
tak satu pun kau simpan,
tak satu pun kau lihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun