aroma angin lembut melambai,sekelompok biarawati  berani berkata,
meretas sunyi, berujar dalam bahasa.
Di antara pepohonan teh yang rimbun,
mereka merangkai kata, terkadang tertegun,
dengan logat tak sempurna, namun penuh tawa,
mereka berbincang dengan turis mancanegara.
"Apa kabarmu?" suara canggung mengalun,
menembus hening, di sela daun-daun,
saling tatap, saling angguk,
berusaha padu, tanpa malu-malu.
Gelak kecil sesekali mewarnai,
saat kalimat tersendat tak pasti,
namun semangat tak luntur, tak gentar,
berani bicara, meski dengan gamang yang samar.
Di kebun teh yang tenang dan hijau,
bahasa Inggris bergelombang, riang dan sendu,
tak lagi hanya kata, tapi langkah berani,
para biarawati, penakluk sunyi.
 Angin sepoi lembut berbisik,
Daun-daun bergoyang, riak sunyi terusik.
Datanglah para suster ALMA Â dengan langkah tak gentar,
Membawa senyum, semangat, dan niat yang besar.
Di ujung sana, dua orang bule berdiri,
menatapnya ramah, senyumnya berseri.
"Halo," sapanya lembut, memecah sunyi pagi,
Para suster terkikik, malu tapi berani.
Kata demi kata meluncur terbata,
Bahasa Inggris berkelit di antara canda.
Terkejut dan tawa menyambut setiap nada,
Meski sederhana, penuh warna dan makna.
Tertawa bersama, mengurai kecanggungan,
Di tengah kebun teh, tanpa keraguan.
Petualangan lidah di negeri asing,
Dalam ketulusan, tak ada yang tersingkir.
 Maka pulanglah mereka di senja mereka,
Dengan cerita tentang hari yang tak pernah lelah.
Bahasa menyambung, meski terbata kata,
Di kebun hijau teh, petualangan mereka tak akan pudar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H