Di balik senyummu yang tak pernah pudar,
Ada kata yang tersimpan, tak terucap,
Kita menari di atas harapan yang samar,
Seperti embun pagi, memeluk daun yang basah.
Kau datang saat gelap membungkam rasa,
Dalam pelukan hangat, kutemukan cahaya,
Namun, dalam sunyi, terbayang tanya,
Sampai kapan kita berarti, oh kasih yang ada?
Ketika kebutuhan jiwa mengikat,
apakah cinta itu tulus, atau sekadar rasa?
Setiap detik berharga, setiap janjimu,
adalah nafas, dalam setiap mimpiku.
Namun saat waktu berlari tanpa henti,
Akan ada saatnya kita diuji,
Jika suatu hari aku tak lagi membutuhkan,
Apakah kau akan pergi, menghilang tanpa ragu?
Kau adalah bintang, di malam yang gelap,
Tetap bersinar, meski jauh di angkasa,
Sampai kapan kita bisa bertahan,
Menjalin arti dalam setiap langkah kita?
Dalam dekapan hangat ini,
Ku hargai setiap detik yang kau beri,
Semoga cinta kita tak hanya untuk kebutuhan,
Tapi menjadi kisah abadi, yang takkan pernah hilang.
Di antara bayang-bayang malam,
Kita bertemu, dalam rasa yang sama.
Saling mengisi jiwa,
Namun, seberapa lama kita bisa bertahan?
Kau datang bagai embun pagi,
Menyegarkan hati yang lelah,
Namun, saat mentari terik menyapa,
inginkah kita tetap berarti?
Kau adalah tawa di saat kelam,
Pelipur lara saat badai datang,
Tetapi, saat pelangi memudar mendekat,
Apakah kita masih saling berkomunikasi?
Bukan semata-mata tentang butuh,
Atau harap yang tak terucap,
Namun tentang jalinan rasa,
Yang tak hanya tertaut dalam keadaan.
Bila suatu hari, semua sirna,
Ketika jarak menenggelamkan kita,
Apakah kenangan ini abadi?
Ataukah hanya debu yang terlupakan?
Sampai kapan kita berharga,
Di antara dunia hitam dan putihnya?
Mari ukir makna dalam setiap pengukuran,
Sebelum semua menjadi hampa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI