Di peraduan kala senja bersemi,
Sinar mentari menari di ufuk hati.
Dalam keriangan, di lorong mimpi,
Senyum pun bersemi, damai memeluk jiwa.
Di tengah kegelapan, jalan yang terjal,
Senyum merangkul, membelai di dada.
Seiring langkah terhenti di reruntuhan waktu,
Senyum pun bersemi, menuntun kembali.
Tak perlu kata-kata, tak perlu khayalan,
Senyum itu ajaib, pelita di perjalanan.
Biarlah ia menyapu, kesedihan pergi,
Senyum pun bersemi, harapan memancar lagi.
Dalam kehidupan yang penuh pergumulan,
Senyum adalah pelita, cahaya di gelap gulita.
Di setiap peristiwa, di setiap detik,
Senyum pun bersemi, tanda cinta terpendam.
Biarlah kita berlari di bawah langit biru,
Senyum pun bersemi, menjelma jadi alunan.
Takdir yang tak pasti, liku hidup yang berliku,
Senyum tetap bersemi, abadi dalam rasa dan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H