Siapa yang sampai saat ini belum mengetahui arti dibalik film animasi? Patut untuk diketahui bahwa film animasi berbeda dari jenis-jenis film lainnya, yang membedakan ialah format produksi dari film animasi itu sendiri (Astuti, 2022, h.14).
Format produksi yang diwujudkan merupakan gabungan beberapa gambar, bisa analog maupun digital, dalam bentuk dua dimensi juga ada dalam bentuk tiga dimensi. Gabungan beberapa gambar ini membangun ilusi gambar bergerak yang akan membentuk sebuah alur cerita.
Bisa dikatakan, genre dari film animasi dominan drama, yang nantinya akan bercabang menjadi genre romantis, komedi, romcom, dan masih banyak lagi. Kini, film animasi tidak terlalu mengandalkan genre apa yang akan diaplikasikan kedalam film, melainkan nilai ataupun pesan apa yang ingin dituju oleh pembuat film kepada penontonnya.
Saya yakin para readers sudah sangat familiar dengan dua film animasi ini, Upin-Ipin dan Frozen. Yup! saking fenomenalnya, kedua film animasi tersebut memiliki dampak sosial yang sangat besar, baik dilihat dari lingkup yang paling kecil (individu) hingga lingkup yang paling besar (dunia).
Film animasi produksi Les’ Copaque asal Malaysia ini mengisahkan tentang anak kembar bernama Upin dan Ipin, memiliki karakter yang menggemaskan, lucu, dan cerdas (Septyawan, 2018).
“Atuk, oh Atuk!” jika mendengar kalimat tersebut, yang terlintas dalam pikiran adalah Upin-Ipin.Tak luput Upin dan Ipin mengundang gelak-tawa dan antusias dari para penonton karena kepolosan yang mereka miliki, dan film animasi ini akhirnya menjadi favorit banyak orang.
Tidak hanya dari sisi lucu nya saja, film Upin-Ipin mampu mempengaruhi perilaku juga gaya bahasa anak, karena target pasar dari film ini adalah anak-anak yang berumur dibawah 10 tahun.
Para readers tahu tidak, bahwa anak-anak dibawah usia 10 tahun masih sangat rentan menerima pesan dari media, karena daya pikir mereka masih sangat minim, kurangnya ilmu dan informasi menyebabkan anak dengan mudahnya menyerap pesan dari media, sehingga mudah bagi mereka terbawa pengaruh dan meniru sesuatu (Septyawan, 2018.).
Film Upin-Ipin banyak menyajikan nilai-nilai positif yang terkandung pada tiap tokohnya, seperti karakter peduli sosial yang ada pada season 5 “Ikhlas dari Hati”. Dalam season tersebut terlihat kepedulian Upin dan Ipin terhadap Ijat yang dilanda musibah, lalu Upin memberikan Meimei uang sebesar 10 sen, dan terakhir Mail, Meimei, Ehsan, Fizi, dan Jarjit datang menjenguk Upin dan Ipin yang sedang sakit.
Ketika film Upin-Ipin season 5 ditayangkan pada siswa SD, banyak dari mereka tertarik meniru dialek yang ada pada film dan ikut tumbuh rasa peduli terhadap sesama, juga saling menghargai.