Waduh, entah berapa tahun lagi pertanyaan tentang COVID-19 akan muncul bagi para pejuang pandemi ini. Kenapa disebut "pejuang"?Â
Karena mereka layak mendapatkan pengakuan sebagai masyarakat yang berhasil sembuh dari virus ini.Â
Namun, bagi mereka yang tidak terinfeksi, mungkin mereka hanya tertawa dianggap "pejuang" padahal aktivitas sehari-hari mereka hanya makan, tidur, main game, dan tiktokan di rumah saja.Â
Di tahun-tahun mendatang, ketika kalian sudah memiliki anak, mereka mungkin akan bertanya tentang pengalaman kita menghadapi pandemi ini. Betapa menariknya membayangkan momen itu! Siapa sangka, di masa depan, mungkin ada materi pembelajaran khusus tentang COVID-19 di sekolah-sekolah. Anak-anak kita akan belajar tentang perjuangan, keberanian, dan pelajaran berharga yang kita alami. Ini bukan hanya sekadar sejarah, tetapi juga sebuah cerita tentang ketahanan dan harapan yang akan membentuk cara pandang mereka terhadap dunia.
Coronavirus atau lazim disebut COVID-19 merupakan virus yang menyebabkan terjadinya infeksi saluran pernapasan atas. Gejala COVID bisa berkisar ringan hingga sedang, seperti penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali dalam hidupnya. Â Penyakit ini sempat menyebabkan jutaan jiwa dari seluruh dunia menjadi korban. Infeksi COVID-19 memiliki gejala umum berupa gangguan sistem pernapasan ringan hingga berat.
Asal Mula dan Penyebaran Virus Corona dari Wuhan ke Seluruh Dunia
Sejak dua pekan terakhir Januari 2020, dunia diselimuti ketegangan akibat munculnya virus corona yang mengancam keselamatan jiwa. Dalam waktu singkat, virus ini telah merenggut ratusan nyawa, memicu kepanikan global, dan menjadi sorotan utama di berbagai media.
Dilansir dari Asian Nikkei Review, pada 20 Januari 2020, otoritas kesehatan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, mengkonfirmasi bahwa tiga orang telah meninggal akibat pneumonia yang disebabkan virus corona baru ini. Kabar ini segera menyebar dan menimbulkan keresahan di masyarakat, terutama menjelang perayaan Tahun Baru Imlek yang akan berlangsung pada 25 Januari 2020. Banyak warga Tiongkok yang berencana pulang kampung merasa cemas akan kemungkinan penularan virus ini.
Virus corona ini menimbulkan ketakutan serupa dengan pengalaman pahit yang dialami selama wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (SARS) yang terjadi pada 2002-2003, yang merenggut hampir 650 nyawa di Tiongkok dan Hong Kong. Dalam konteks ini, virus COVID-19 terasa seperti "virus zombie" yang terus mencari mangsa, sementara obat penawarnya masih belum ditemukan.
Setiap minggu, kita mendengar kabar duka tentang ratusan orang yang terinfeksi dan meninggal dunia. Rasa trauma dan kewaspadaan yang melanda masyarakat semakin mendalam, dengan banyak orang merasa terancam, bahkan di dekat orang-orang tercinta. Situasi ini tentu sangat menyedihkan dan menakutkan. Â Virus ini sangat mengkhawatirkan karena terus mencari mangsa, sementara obatnya hingga saat ini belum ditemukan. Setiap minggu, ratusan orang meninggal dunia dan ratusan lainnya terinfeksi. Banyak orang mengalami trauma dan sangat waspada terhadap virus ini. Bayangkan, setiap hari kita mendengar berita tentang meninggalnya teman-teman kita, atau bahkan anggota keluarga kita. Betapa menakutkannya situasi ini!Â
Namun, di tengah ketakutan dan kesedihan, kita juga menyaksikan kekuatan dan ketahanan manusia. Banyak yang bersatu untuk saling mendukung dan mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, cuci tangan dengan sabun, jaga jarak fisik dengan orang lain, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Inovasi dalam bidang kesehatan pun berkembang pesat, memberikan harapan baru. Setiap langkah kecil menuju pemulihan adalah bukti bahwa kita bisa melewati masa sulit ini bersama-sama.Â