Mohon tunggu...
Angela Cicilia
Angela Cicilia Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gaya Hidup Frugal untuk Hidup Lebih Bermakna

8 Desember 2023   22:00 Diperbarui: 8 Desember 2023   22:31 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Adopsi cepat teknologi ini membawa risiko, terutama ketika pengguna mulai tergoda untuk menggunakan dana pinjaman secara tidak bijak. Begitu masyarakat terlena dengan ketersediaan dana yang mudah diperoleh, pinjol mulai menjadi pilihan untuk membiayai gaya hidup mewah, perjalanan liburan, dan aktivitas hobi yang mahal. 

Fenomena ini menciptakan lingkaran setan, di mana masyarakat terjebak dalam siklus pinjaman dan pembayaran yang sulit diputuskan. Fenomena pinjol yang semakin marak bisa menjadi poin awal untuk merenungkan konsep frugal living. Tantangan utamanya adalah bagaimana masyarakat beralih dari pengeluaran berlebihan menjadi lebih bijaksana dalam mengelola keuangan mereka.

Bukan Sekadar Tren 

Keinginan manusia terus bertambah: gawai terbaru, pakaian bermerek, kendaraan mewah, dan liburan mahal. Tidak menampik bila konsep frugal living merupakan suatu hal yang menantang dilihat dari sisi Ilmu Komunikasi sebab setiap harinya, kita melihat iklan di media sosial mempromosikan keinginan-keinginan tersebut untuk dimiliki sesegera mungkin. 

Iklan media sosial menggunakan daya tarik visual, narasi yang merangsang emosi, dan seringkali menghadirkan gambaran kehidupan yang glamor. Hal ini bisa menjadi pemicu utama stres finansial sebab individu merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi sosial yang dihasilkan iklan tersebut yang tujuannya untuk merangsang perilaku konsumtif. Sementara itu, pemasukan yang diterima terbatas bertentangan dengan pengeluaran yang tiada batasnya.

Sedang maraknya di kalangan Gen Z dan Milenial, frugal living menjadi semacam perlawanan terhadap budaya konsumtif. Konsep frugal living menawarkan alternatif yang lebih seimbang dan bijaksana. Ini bukan sekadar tren sementara, melainkan gerakan perubahan pola pikir terhadap kebutuhan dan keinginan. 

Giovanni dalam sesi tanya jawab seminar menjelaskan bahwa konsep frugal living ini sudah muncul di Amerika sejak tahun 90-an. Di Indonesia, orang dulu menyebutnya hidup hemat. Uang saku yang diberikan orang tua setiap harinya membantu kita mengelola keuangan lebih bijak dan membuat kita merancang hari depan dengan uang yang dimiliki sekarang.

Hemat & Cermat Bukan Pelit

Fokus utama dalam mengadopsi gaya hidup frugal adalah pada nilai produk atau aktivitas, baik itu untuk kebutuhan saat ini maupun masa depan. Oleh karena itu, selain berhemat, kita juga diharapkan untuk bersikap cermat. Pelaku frugal travel akan mencari informasi tentang destinasi wisata yang menawarkan kegiatan gratis atau murah, seperti festival atau tur kota yang diselenggarakan secara cuma-cuma. 

Diana memberi contoh pada pemaparan materinya, yaitu mencari info sebanyak-banyaknya terkait liburan hemat budget dan jika memungkinkan secara free melalui kegiatan volunteer, beasiswa, dan lainnya. 

Mereka yang menjalani gaya hidup frugal akan mencari solusi cermat untuk mendapat keuntungan dibandingkan dengan mereka yang tidak menerapkan konsep hidup ini. Serangkaian pilihan tersebut juga akan membuka peluang untuk terlibat dalam sebuah komunitas yang berisikan orang-orang dengan value yang sama dan merasakan pengalaman wisata yang lebih otentik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun