Novel “Lelaki yang Tak Bisa Dicuri” merupakan suatu novel yang ditulis oleh Riezkianty Yura. Novel yang berisi 362 halaman ini mengangkat tema mengenai realitas kehidupan dan percintaan. Mengisahkan tentang seorang anak yang menjadi andalan ketua perusahaan warisan keluarganya.
1. Sinopsis
Novel ini menceritakan seorang lelaki bernama Alexander Naraya Syailendra yang merupakan lelaki satu-satunya dalam keluarga Syailendra. Dikarenakan dialah putra satu-satunya dari keluarga Syailendra, maka dialah juga yang diharapkan dapat meneruskan perusahaan PT Syailendra Group dan menjadi CEO di masa depan.
Mengetahui bahwa hal tersebut akan terjadi, Alex menjadi sangat bimbang untuk menghadapi masa depannya. Akhirnya dia memutuskan untuk melarikan diri dari rumahnya, di mana beban untuk menjadi seorang CEO masa depan selalu diingatkan oleh sang ayah.
Dalam pelariannya, Alex menemukan seorang perempuan bernama Rania yang juga merupakan seorang single mom dengan 2 anak. Perempuan tersebut menarik perhatian Alex.
Saat ingin mendekatinya, Rania menjauh karena dirinya takut untuk jatuh cinta dengan Alex. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal. Rania takut karena adanya perbedaan dalam bidang ekonomis. Rania merupakan seorang single mom, seorang ibu rumah tangga yang mengurus keluarganya dengan sendiri tanpa campur tangan seorang pasangan.
Kehidupannya dalam aspek ekonomi juga sangat sulit dimana dia perlu memikirkan beberapa hal saat ingin membeli sesuatu, sedangkan Alex merupakan CEO masa depan dari perusahaan warisan keluarganya dan telah dimanja sejak kecil. Rania juga takut perasaannya akan disakiti, begitu juga dengan kedua anaknya jika cinta yang dimiliki mereka berdua ditolak oleh ayah dari Alex.
Saat Alex akhirnya mengungkapkan rasa cintanya pada Rania, perempuan tersebut menolak. Dengan dirinya yang menolak, Rania berharap supaya ada perasaan lega karena tidak akan diganggu lagi. Tetapi realitanya, Rania merasa dirinya telah kehilangan dan menyesal karena tidak menerima cinta Alex. Pada akhirnya, Rania berani membalas cinta lelaki tersebut dengan rasa bangga.
2. Tema
Dari sinopsis tersebut dapat kita simpulkan bahwa tema yang diambil berdasarkan realitas kehidupan dengan percintaan atau romansa. Tema ini sangat menarik karena peristiwa tersebut dapat terjadi di kehidupan sehari-hari dan pembaca dapat merasakan adanya relevansi dengan cerita yang disampaikan.
Realitas kehidupan dapat menghancurkan rasa keberanian dalam hubungan percintaan manusia. Hal tersebut dapat kita lihat dari kutipan yang disampaikan oleh Rania yaitu “Ini bukan masalah suka atau gak suka, Li. ini masalah kepantasan. Apa pantas aku jatuh cinta kepada seseorang yang segalanya jauh di atasku?”
3. Penokohan
Novel ini terdiri atas 2 tokoh utama dan 9 tokoh sampingan. 2 tokoh tersebut adalah Alex dan Rania. Sedangkan 9 tokoh sampingan yang ada dalam novel ini adalah teman dari Alex dan Rania, kedua anak Rania, dan anggota keluarga Alex. Penulis mampu menggambarkan dengan jelas sifat dari masing-masing tokoh dengan alur ceritanya.
Alex yang memiliki sifat penyayang dan pantang menyerah dapat dilihat saat ia tetap berjuang untuk mempertahankan cintanya kepada Rania walaupun harus menunggu waktu yang cukup lama.
Seperti yang terlihat di halaman 222 saat dia sedang menceritakan cintanya kepada Rania dengan serius dan mengatakan “Dengar lil. Gue sangat serius tentang dia. Gue akan pikirkan nanti masalah dengan keluarga gue”. Rania yang memiliki sifat gelisah dan cemas dapat dilihat saat ia takut menerima cinta Alex. Ditunjukan di halaman 232.
“Ini bukan masalah suka atau gak suka, Li. ini masalah kepantasan. Apa pantas aku jatuh cinta kepada seseorang yang segalanya jauh di atasku? Bahkan untuk memulainya pun aku tidak ingin. Terlalu banyak kerumitan, Li. Kamu tahu bagaimana kondisiku sekarang kan, Li? Apa kata keluarganya nanti? Apa kata orang? Dia bahkan lebih muda dariku, tidakkah sebaiknya kamu sebagai sahabatnya menyarankan padanya untuk mencari pasangan yang sepadan? Yang seumur setidaknya?”
4. Latar
Latar dalam novel ini kebanyakan mengambil tempat di Lily's Café, rumah keluarga Syailendra, dan komplek tempat tinggal Alex dan Rania. Dalam setiap pergantian latar, penulis selalu memberikan penjelasan secara detail mengenai ciri-ciri tempat dan waktu.
Contohnya saat dijelaskan ciri-ciri rumah liliput Alex yang letak dapurnya “persis di sebelah sofa ruang tamu, di lantai yang 5cm lebih rendah, ada ruang keluarga berisi meja makan dengan dua kursi”. Latar waktu yang disampaikan juga jelas. Contoh penyampaian waktu dalam novel tersebut adalah “Kalau biasanya dia hanya butuh waktu 20 menit dengan gojek dari rumah Ayah ke Lily's Café yang terletak di Jl. Gunawarman, kali ini mungkin dia butuh waktu satu setengah jam”.
5. Alur
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju mundur. Keseluruhan alur yang digunakan sebenarnya alur maju tetapi juga ada banyak flashback atau kilas balik mengenai sebuah peristiwa.
Contoh flashback yang dapat kita lihat adalah saat Alex dan sang ayah sedang membahas tentang rasa jatuh cinta dan sang ayah mengingat kembali pertemuan dengan almarhum ibu dari Alex.
“Lama Nara memikirkan pertanyaan putranya. Sudah hampir 40 tahun yang lalu dia berkenalan dengan Karina, dalam sebuah pertemuan yang tidak disengaja. Nara mengalami cedera berat pada otot bahu kanannya sehabis pertandingan karate dan Karin adalah dokter yang kebetulan merawat saat itu”.
6. Sudut pandang
Penulis menggunakan sudut pandang ketiga dalam novel ini. Dari awal pembukaan novel sampai penyelesaiannya, penulis dapat menulis cerita dengan sudut pandang yang jelas. Dengan penulisannya yang jelas, pembaca juga dapat mengerti alur dengan sangat mudah.
7. Gaya bahasa
Bahasa yang digunakan oleh penulis adalah bahasa campuran Indonesia dan Bahasa Inggris. Penulisan dalam Bahasa Inggris campur Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh penulis sangat mendukung latar kehidupan tokoh.
Hal tersebut dikarenakan keluarga Syailendra yang datang dari kehidupan dengan ekonomi elit dan sering ke luar negeri untuk melakukan kepentingan mereka masing-masing. Penulis juga menggunakan kata-kata tidak baku seperti “gue” dan “lo” sehingga kesan yang didapatkan dari novel sangat santai.
Walaupun begitu, masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal penulisannya. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah pergantian nama tempat. Pada halaman 37, nama kafe yang digunakan adalah Lily's Café tetapi dalam lanjutan ceritanya pada halaman 39, nama tersebut ganti menjadi Lily’s Kafe.
Hal tersebut dapat membingungkan para pembaca karena nama yang terus berganti. Hal kedua yang harus diperhatikan adalah penggunaan Bahasa Inggris. Dengan menggunakan campuran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia tentunya kedua bahasa yang digunakan harus diperhatikan penggunaanya. Contoh kesalahan penulisan ada pada halaman 110, dalam kutipan “Mine is just started” dimana seharusnya penulisan tersebut menjadi “Mine has just started”.
8. Amanat
Dari novel ini penulis berhasil menyampaikan amanat yang cukup mendalam kepada pembacanya. Penulis berhasil menyampaikan bahwa cinta merupakan hal yang sulit untuk didapatkan. Diperlukan usaha yang cukup besar untuk diperjuangkan. Usaha tersebut juga harus diberikan dan diperjuangkan oleh 2 pihak yang ingin saling mencintai.
9. Kesimpulan
Secara keseluruhan, novel ini adalah sebuah novel yang lumayan baik untuk dibaca. Dimulai dari tema mengenai percintaan, penokohan, latar, alur, sudut pandang dan gaya bahasa yang jelas memberikan kesan yang sangat baik untuk dibaca. Ada beberapa kekurangan dalam penyampaian gaya bahasa. Walaupun begitu, aspek lainnya tidak terpengaruhi akan hal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H