Hari ke 1856, surat ke dua.
Hai mayo, apa kabar?
Maaf aku baru menulis kembali sepucuk surat untukmu.
Tahukah kamu, setelah surat pertama yang kukirimkan itu, aku mencoba untuk belajar mandiri.
Salah satunya aku mencoba menjadi dewasa tanpamu.
Mayo,
Sudah terlalu jauh jemari kecilku berkelana tanpa tuntunan tangan halusmu.
Ma' mungkin aku lelah..
Kemarin aku terjatuh saat bermain bersama teman-temanku dan paku itu menembusi jemariku, rasanya sangat sakit dan keringat halus pun muncul perlahan kala aku melihat cairan berwarna pekat itu.
Saat aku terjatuh mereka menertawakanku sambil menjulurkan lidah ke arahku.
Mereka berlari meninggalkanku.
Tapi tenanglah mayo...
Hati yang kau titipkan dalam gadis kecilmu ini teramat tegar.
Aku berusaha agar cairan dalam mataku gagal untuk membasahi pipiku, dan aku berhasil.
Tapi...
Setelah aku pulang, aku menemukan diriku yang sesungguhnya di sudut rumah kita.
Aku rapuh tanpamu, mayo..
Andai, setiap kita memiliki izin untuk meminta apapun dari Tuhan, maka yang kupinta hanyalah kehadiranmu di sisiku.
Mayo, aku lelah
Dunia begitu kejam
Mayo, tubuh kecilku lelah memeluk diriku.
Dalam lelahku, aku merindukanmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H