Peringatan : Cerita ini hanyalah fiksi dan tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan penulis. Aku tidak mendukung segala perbuatan buruk yang ada pada cerita ini. Aku ingin menyampaikan pesan moral yang tersirat di balik cerita ini yang mungkin sebagian pembaca akan merasa terganggu atau tidak nyaman. Kebijakan ada di tangan pembaca.
Perkenalkan namaku Sianna Ollianna Oe. Tidak perlu kau tanya kenapa namaku aneh, dari awal aku masuk sekolah dasar, aku merasa sebal dan ingin segera ganti nama itu. Aku tinggal dengan ibuku di sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Lalu bagi yang ingin tau ayahku kemana, ayahku sedang membeli susu dan belum kunjung pulang. Yah... perumpamaan saja. Ibu dan ayah bercerai ketika aku masih kelas 3 SD. Oh iya, selain itu aku juga memiliki "Setan Kecil" bernama Lianna Chistianna Joe. Sungguh ingin bertanya-tanya aku kepada ibuku. Kenapa ia memberi nama adikku begitu bagus seperti aktris sedangkan namaku seperti alien antah berantah.
Aku memberi julukan ke adik kecilku dengan sebutan "Setan Kecil" bukan karena tanpa alasan. Jadi pada kali ini, aku ingin berkeluh kesah tentang kehidupanku bersama adik setanku "tercintah" yang kadang bikin naik darah dan merepotkan
Semuanya berawal ketika aku kelas 3 SD. Saat orang tuaku sedang perang mulut, aku dan adikku bersembunyi di kamar mandi. Adikku yang pada saat itu masih kelas 1 SD, menangis tersedu-sedu sambil memeluk erat diriku yang berusaha menahan tangis. Aku berusaha menenangkan adikku pada saat itu, meski ujungnya tidak berguna sama sekali. Waktu itu aku tidak membenci adikku, justru aku sangat menyayanginya. Tapi sejak ayah meninggalkan kita tanpa pemberitahuan dan tidak pernah pulang, ibuku menjadi wanita gila yang haus akan kasih sayang. Setiap hari ia memeluk adikku, lalu ia sering menyalahkanku akan semua kejadian yang menimpa pada dirinya.
"Ini semua salah kamu!!! Dari awal, aku tidak mau melahirkan kamu! Dasar jalang seperti bapaknya!!!" kata ibuku yang bermata merah setiap kali ia tidak sadarkan diri pada malam hari. Sejak saat itu, rasa sesak dan hampa selalu memenuhi sukmaku, seakan semuanya salahku karena sebagai kakak, aku tidak bisa memperbaiki ini semua. Mungkin karena itulah, mulai tumbuh rasa benci kepada adikku. Ibu tidak pernah melihat usahaku dan selalu pilih kasih.
Kemudian ketika aku kelas 3 SMA. Adikku masuk ke sekolah yang sama denganku. Jujur saja, adikku cantik. Ia memiliki rambut yang lembut berwarna keemasan dan mata yang lebar berwarna kecoklatan. Karena kecantikan itu, adikku menjadi populer dan sering ditaksir oleh kaum para lelaki. Yah begitulah, beda sekali denganku. Rambutku seperti sapu ijuk, bentuk badan juga tidak begitu bagus.
Rasa iri dan benci semakin memuncak dalam diriku. Sebenarnya adikku tidak jahat atau melakukan kesalahan pada diriku, tapi...aku tidak tahu! Aku sebal saja dan muak setiap kali melihat wajahnya. Wajahnya seperti setan yang selalu membuatku tidak pernah bisa tertidur lelap setiap malam. Sampai suatu ketika...
Suatu hari adikku pingsan dan jatuh di tangga sekolah tanpa alasan yang jelas. Adikku langsung dibawa ke ruang UKS dan kondisinya pun mengenaskan. Jelas, ini adalah peristiwa yang menggemparkan seluruh warga sekolah. Semua orang menyukai adikku yang cantik dan pintar, selain itu kepribadiannya baik tidak pandang bulu.
Sebagai kakak, tentu aku harus mengecek kondisinya. Aku pun pergi ke ruang UKS lalu langsung melihat wajah adikku yang sangat pucat. Entah kenapa aku merasa cemas, aku izin ke guru untuk tidak melanjutkan pelajaran lalu membawa adikku ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit dengan bantuan ojek online, aku membawa adikku ke UGD. Jangan bilang aku lebay, karena adikku memang benar-benar pucat dan terdapat luka memar di belakang kepalanya. Aku bingung kenapa ia tidak bangun dari tadi, padahal sudah setengah jam yang lalu ia terjatuh dan pingsan. Berjam-jam aku menunggu adikku di ruang tunggu, dan akhirnya dokter datang kepadaku dengan wajah sedikit iba. "Kakak, maaf membuatmu menunggu lama disini. Saya ingin mengungumumkan bahwa adikmu... meninggal dunia" kata dokter yang berdiri di depanku. Hah, meninggal dunia? Aku yang tidak percaya dan masih dengan santai melontarkan kalimat yang tidak sewajarnya kepada dokter itu. "Hahaha, dokter pasti bercanda. Tidak lucu Dok, masa' adik saya meninggal hari ini juga? Sebelumnya adik saya tidak ada penyakit serius lho Dok.." Dokter yang ada di depanku semakin memandangku iba dan tatapan serius berkata "Kak, sungguh Kak. Saya tidak bercanda. Adik kakak meninggal dunia karena kepalanya terbentur parah dan mengalami gegar otak."