Mohon tunggu...
Angel Nur Yasmin
Angel Nur Yasmin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

membace novel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pencegahan Bencana Melalui Pendidikan Lingkungan

26 Desember 2023   21:10 Diperbarui: 26 Desember 2023   21:43 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bencana alam terus terjadi di Indonesia terhitung dalam 10 tahun terakhir kurang lebih 10.000 kali bencana melanda negeri kita ini dan telah memakan ribuan korban jiwa, bencana yang paling sering terjadi di Indonesia adalah banjir dan tanah longsor. Terhitung pada tahun 2019 saja banjir yang terjadi di Indonesia mencapai 1.271 kali dan tanah longsor mencapai 1.481 kali. Banjir dan tanah longsor adalah bencana alam yang terjadinya kemungkinan besar diakibatkan oleh tindakan manusia

BENCANA LINGKUNGAN HIDUP

Bencana adalah "peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis". Bencana diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok berdasarkan asal penyebabnya. Pertama, bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh kejadian atau peristiwa yang terjadi di alam, seperti angin topan, tanah longsor, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan kekeringan. Kedua, bencana non alam, yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang tidak alamiah, seperti wabah penyakit, kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi, atau wabah penyakit. Ketiga, bencana sosial, yaitu bencana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia atau kombinasi dari aktivitas manusia, seperti teror dan perselisihan sosial di dalam masyarakat atau organisasi.

MENGHADAPI BENCANA LINGKUNGAN HIDUP

Hanya dengan menerapkan "prinsip kehati-hatian" saja tidak akan cukup. Gidens berpendapat bahwa tidak ada lagi keadaan yang pasti di mana alam tidak lagi alami di lingkungan saat ini. Karena dunia ini jelas memiliki cara untuk mengejutkan kita, ada banyak hal yang tidak diketahui terkait dengan bahaya-bahaya ini. Manajemen risiko diperlukan karena mungkin ada efek tak terduga yang tidak diharapkan oleh individu. Pemerintah tidak dapat berpura-pura bahwa manajemen risiko bukanlah tanggung jawabnya mengingat maraknya risiko palsu. Selain itu, masyarakat dan individu tidak dapat menunggu bukti ilmiah yang konklusif untuk menepis ancaman baru yang muncul. Bahkan dalam kasus-kasus di mana bukti ilmiah tidak memadai, semua pihak yang terlibat dalam mengoordinasikan tindakan kolektif harus bekerja sama untuk mengendalikan risiko yang dibuat-buat. Sebagai contoh, meskipun tidak selalu ada korelasi yang jelas antara perubahan iklim dan kejadian bencana seperti banjir bandang, upaya untuk mencegahnya (sebagai bagian dari manajemen risiko) tidak dapat diabaikan oleh pihak manapun.

KONSEP PENDIDIKAN LINGKUNGAN

Pendidikan lingkungan diartikan sebagai "proses mengembangkan penduduk yang sadar tentang lingkungan secara keseluruhan dan masalah yang terkait dengannya, dan yang memiliki pengetahuan, keahlian, sikap, semangat dan ketelatenan untuk bekerja secara individu untuk memperoleh solusi terhadap masalah yang sedang terjadi dan pencegahan terhadap masalah-masalah yang baru" Ada tiga metode pendidikan yang digunakan untuk memberikan pendidikan lingkungan karena pendidikan lingkungan perlu diberikan kepada semua orang. Pertama, organisasi seperti sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pemerintah yang berwenang menawarkan pendidikan formal. Kedua, ada pendidikan non-formal, yaitu pengajaran yang dilakukan di luar lembaga resmi atau sekolah dan di mana nilai-nilai, pengetahuan, dan keterampilan diberikan oleh anggota masyarakat, teman dekat, dan keluarga. Cara yang lumayan ampuh sebagai wadah pendidikan lingkungan adalah dengan memasang baliho atau spanduk di sekitar jalan atau di tempat strategis, namun hal ini masih begitu sulit dikarenakan minat baca warga Indonesia yang masih rendah, dilansir dari Kementrian komunikasi dan informatika minat baca masyarakat indonesia sangat memprihatinkan, yaitu hanya 0,001%  artinya dari 1000 orang di indonesia hanya 1 orang saja yang rajin membaca.

MENGHADAPI KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Pendidikan lingkungan harus berfokus pada langkah-langkah strategis berikut ini karena perilaku individu dan masyarakat dalam budaya modern dan maju hampir selalu menciptakan risiko buatan.

  • Fasilitasi untuk penyadaran kepada para warga bahwa persepsi dan sikap yang mereka miliki serta tindakan atau perlakuan yang selama ini mereka terapkan terhadap lingkungan hidup dan sumberdaya alam, baik pada level individual maupun kolektif, mungkin telah turut menyumbang kepada penciptaan kerusakan dan bencana lingkungan berskala global (Perubahan iklim, pemanasan global, dll.). Hal ini diperlukan karena tindakan-tindakan yang dilakukan sering kali memiliki dampak yang nyata terhadap lingkungan dan sumber daya alam yang berkembang dalam jangka waktu yang lama. Sebagai contoh, banyak orang yang tidak peduli dengan cara mereka membuang sampah-apakah sampah tersebut dibuang ke selokan, selokan, atau sungai, atau apakah petugas kebersihan akan mengambilnya dan membawanya pergi. Baru setelah tanah longsor di TPA memakan korban jiwa, penduduk setempat menyadari bahwa ada ancaman dari ulah manusia. Dalam hal mengembangkan pengelolaan sampah yang aman dan tahan lama, bahkan pemerintah pun sering bergerak lambat.
  • Kampanye edukasi publik (Public Campaign) yang berkelanjutan untuk membantu masyarakat menyadari bahwa dunia memang sedang berada dalam krisis dan sebagai warga harus mengembangkan sikap bijaksana di sekitarnya.
  • Pelatihan terhadap warga , warga harus dilatih dengan berbagai cara untuk mengembangkan daya reflektif, yaitu kemampuan untuk mengenali dan memahami penyebab dan dampak dari krisis lingkungan global serta mengembangkan kemampuan individu dan kelompok untuk menemukan solusi bagi berbagai masalah masa kini dan masa depan. Inisiatif semacam itu harus terus dilakukan secara berkelanjutan oleh berbagai organisasi yang peduli terhadap isu-isu lingkungan.
  • Mengubah mentalitas individu atau pola pikir yang anti lingkungan. Penting untuk mendukung masyarakat agar secara konsisten mengekspresikan dan mengorganisir kepedulian dan dukungan mereka terhadap lingkungan hidup ke dalam aksi-aksi kelompok.

KONKLUSI

Masyarakat harus selalu dibantu untuk mempelajari dan menyadari keadaan lingkungan dan sumber daya alam, yang menjadi semakin penting dan berada dalam "krisis" saat ini. Perlakuan mereka terhadap lingkungan dan alam tidak akan menjadi "business as usual" berkat pemahaman dan kesadaran ini. Mengenai sikap dan perilaku, masyarakat masih harus didorong untuk mawas diri atau mengenali masalah-masalah yang ada di lingkungan mereka dan mencari solusinya sendiri. Penulis berpendapat bahwa karena masyarakat masih kurang mawas diri dan kurang peduli, semua masalah yang disebutkan di atas pada akhirnya kembali lagi pada diri masing-masing individu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun