Mohon tunggu...
Angel SisiliaPane
Angel SisiliaPane Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Book

Tarian Bumi: Mencari Kesetaraan Gender di Bali

9 Januari 2023   01:38 Diperbarui: 9 Januari 2023   01:47 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Buku berjudul Tarian Bumi ini ditulis oleh Oka Rusmini pada tahun 2000. Novel ini menceritakan kehidupan sosial dan budaya di Bali dengan mengangkat perjalanan cinta yang terhalang perbedaan kasta.

Bahasa yang digunakan cukup sederhana, pembaca dibawa hanyut oleh kisah cinta tragis hingga kesetaraan gender yang melekat pada kehidupan rakyat Bali. 

Novel ini sempat menjadi bahan diskusi beberapa pembaca dengan kisah yang ditawarkan. Hegemoni kasta serta citra perempuan Bali sangat disorot pada novel ini.

Terdapat satu dialog yang menjadi bahan perbincangan, yaitu:

"Carilah perempuan yang mandiri dan mendatangkan uang. Itu kuncinya agar hidup laki-laki bisa makmur, bisa tenang. Perempuan tidak menuntut apa-apa. Mereka cuma perlu kasih sayang, cinta, dan perhatian. Kalau itu sudah bisa kita penuhi, mereka tak akan cerewet. Puji-puji saja mereka. Lebih sering bohong lebih baik. Mereka menyukainya. Itulah ketololan perempuan. Tapi ketika berhadapan dengan mereka, mainkanlah peran pengabdian, hamba mereka. Pada saat seperti itu perem- puan akan menghargai kita, Melayani kita tanpa kita minta. Itu kata laki-laki di warung, Meme. Benarkah kata-kata itu?"

Berdasarkan dialog tersebut, terdapat beberapa kata yang mencerminkan bahwa perempuan adalah makhluk lemah dan dapat dengan mudah diberdayakan. Meskipun hanya opini dari peran pendukung, kalimat - kalimat tersebut berhasil menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

Jika dilihat dari keseluruhan cerita pada novel, budaya ini memang melekat kuat di kehidupan masyarakat Indonesia, bukan hanya di Bali. Terlebih novel ini merupakan fiksi pada tahun 2000, belum banyak yang menyadari akan kesetaraan gender pada masa itu.

Namun, seharusnya laki laki dan perempuan dapat memiliki hak yang sama termasuk pada bidang sosial budaya. Penyebab ketidaksetaraan gender pun dapat dipengaruhi oleh cara pandang patriarki yang diturunkan oleh orang yang lebih tua.

Novel ini cukup menimbulkan steorotype pada masa sekarang. Terlepas dari kisah fiksi Tarian Bumi, kesetaraan gender harus diadakan. Perempuan sering dianggap lemah dengan pola pikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja di dapur, sumur, dan pekerjaan rumah tangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun