Mohon tunggu...
Angel SisiliaPane
Angel SisiliaPane Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Ngeri-Ngeri Sedap" dalam Pandangan Konstruktivisme

29 Oktober 2022   18:35 Diperbarui: 29 Oktober 2022   18:57 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Happy weekend sobat Kompasiana! Sudah punya rencana untuk menghabiskan waktu akhir pekan? Film ini bisa masuk ke salah satu to do list kamu nih! 

Film "Ngeri-Ngeri Sedap" tayang di bioskop Indonesia pada 2 Juni 2022 lalu dan berhasil menjadi perwakilan Indonesia pada ajang Academy Awards ke - 95 pada 2023 mendatang. 

Film ini mengisahkan kehidupan satu keluarga dengan latar suku Batak di Sumatera Utara. Keluarga yang memiliki 4 orang anak ini hidup terpisah karena tuntutan pekerjaan, menyisakan satu orang anak perempuan untuk tinggal dan hidup bersama kedua orang tua di tanah kelahirannya. 

Cukup unik karena film ini berhasil membuat penonton ikut tertawa dan nangis terisak - isak. Kisah yang ditampilkan sangat menggambarkan realitas keadaan beberapa kelompok keluarga di Indonesia. 

Film ini jadi lebih menarik loh ternyata sobat jika dilihat dari paradigma konstruktivisme. Yuk kita bahas! 

Paradigma konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Dapat dikatakan juga bahwa paradigma ini beranggapan bahwa sesuatu yang kita nilai merupakan jasio pemikiran kita yang berasal dari realitas sosial. 

Jika dikaitkan dengan film ini, terdapat adegan saat sang anak perempuan, yaitu Sarma, mengungkapkan apa yang dirasakannya selama ini sebagai anak perempuan satu - satunya. Realitas sosial yang terbentuk di masyarakat seakan memberi identitas kepada anak perempuan, bahwa anak perempuan tidak perlu untuk pergi jauh menuntut ilmu dan lebih baik untuk menetap bersama keluarga. 

Hal tersebut yang terjadi pada Sarma, dengan pandangan konstruktivisme tersebut maka ia mengusir rasa ego - nya dan memilih untuk merelakan cita - cita demi menetap bersama keluarga. 

Menarik ya sobat jika film yang kita tonton tak hanya dinikmati, namun juga diresapi makna tersirat di baliknya. 

Realitas yang digambarkan pada film ini menjadi alasan menarik untuk ditonton. Selain itu, alur yang tidak membosankan dengan sisipan komedi jadi perpaduan yang sangat pas di film ini. 

Walaupun sudah tidak tayang di bioskop, kamu tetap dapat menonton film ini melalui layanan streaming Netflix, sobat. 

Jangan lupa siapkan tisu yaa!

Angel Sisilia Pane - Ilmu Komunikasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun