Mohon tunggu...
Andaru Anfasi
Andaru Anfasi Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Always vote for principle, though you may vote alone - John Adams

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Rabia, Kudeta Ikhwanul Muslimin di Demo 4 November

1 November 2016   18:36 Diperbarui: 1 November 2016   19:40 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru dua tahun memimpin, Mohammad Morsi dipaksa turun dari bangku presiden, tepatnya pada tanggal 3 Juli 2013 lalu.

Kekhawatiran pihak oposisi muncul dari tendesinya untuk menganakemaskan Ikhwanul Muslimin (IM) di dalam pemerintahannya. Ia berikan jatah yang tidak lagi proporsional kepada pengikutnya.

Selain itu, Morsi juga menjatuhkan Dekrit Presiden 22 November 2012. Lewat dekrit ini, Morsi menghapuskan fungsi Jaksa Agung. Artinya, keputusan Morsi tidak lagi dapat dikenakan judicial review. Tindakan ini dapat berujung ke totaliterianisme bila dibiarkan.

Pendukung Morsi, yang kebanyakan berasal dari Ikhwanul Muslimin, melayangkan protes terhadap mosi kudeta tersebut lewat aksi damai di Lapangan Rabia Al-Awadiyyah. Namun, pada tanggal 14 Agustus, militer digerakkan untuk menghentikan protes yang dilayangkan oleh pengikut Ikhwanul Muslimin. Pada bulan Desember, Ikhwanul Muslim dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh pemerintah Mesir.

Ikhwanul Muslimin lalu menyebar ke berbagai negara karena telah dimatikan di negerinya sendiri. Persebaran paham Ikhwanul Muslimin kini terbentang dari Spanyol sampai dengan Indonesia. Namun, banyak juga negara yang berhati-hati terhadap kemunculan pendukung IM. Pemerintah beberapa negara seperti Bahrain, Rusia, Suriah, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab juga menganggap IM sebagai kelompok teroris.

Selain paham dan ideologi, persebaran IM juga membawa lambang yang mewakili pergerakan Ikhwanul Muslimin di bulan Agustus lalu. Lambang tersebut berupa tangan dengan empat jari mengacung. Masing-masing jari mewakili ideologi Ikhwanul Muslimin: No Arabism, No Nationalism, No Secularism, dan No Democracy. Lambang tersebut disebut dengan Rabia atau R4BIA. Nama ‘Rabia’ sendiri berarti ‘keempat’, diambil dari nama sufi wanita yang bernama Rabia al-Awadiyyah.

Kini, tahun 2016 di Indonesia, muncul lagi simbol serupa dalam pergerakan yang juga mengatasnamakan Islam. Front Pembela Islam (FPI) mengumbar wacana demo akbar yang akan diadakan pada tanggal 4 November 2016.

Tersiar kabar penggulingan RI 1 lewat demo berkedok penistaan agama ini. Mungkinkah Ikhwanul Muslimin yang telah lama bersarang di Indonesia mulai menunjukan lagi taringnya? Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang juga diusung oleh Ikhwanul Muslimin pun pernah mengaransemen kudeta palsu di bulan Juli 2016 lalu guna menjatuhkan lawan-lawan politiknya. Di berbagai negara Timur Tengah yang telah disusupi, IM sering menjadi sosok yang berada di balik kerusuhan.

Apa kah lagi-lagi angka 4 diangkat menjadi lambang pergerakan Ikhwanul Muslimin yang kali ini terjadi di Indonesia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun