Mohon tunggu...
Anep Paoji
Anep Paoji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Masih Terus Belajar dan Mncoba terus Berkarya

Anep Paoji, saya tinggal di kota kecil indah dan bersahabat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cara Sederhana Hindari Boros Pengeluaran di Bulan Ramadhan

28 Mei 2018   18:29 Diperbarui: 28 Mei 2018   18:42 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi kaum muslimin, bulan Ramadhan merupakan bulan yang sangat istimewa. Kehadirannya ditunggu-tunggu karena di dalamnya terdapat makna teologis juga eskatologis.

Makna teologis, artinya Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh harap akan berkahnya dari berbagai fasilitas transenden. Secara ideal, seorang muslim yang berpuasa, semata-mata mengikuti perintah Allah SWT bukan yang lain. Ini sebagai wujud tauhid, mengesakan Allah dalam beribadah.

Ramadhan bermakna eskatologis, karena posesi puasa merupakan "proyek amal" di dunia untuk keberuntungan di akhirat kelak. Setiap ajaran agama, di dalamnya terkandung makna eskatologis ini. Keyakinan ini sebagai bentuk ajaran bahwa di masa depan atau akhirat kelak, setiap manusia akan mendapat balasan dari apa yang diperbuat di dunia, baik ataupun jahat.

Maka tak heran jika kaum muslimin di seluruh dunia menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan suka cita. Dalam senandung doa-doa ibu-ibu pengajian di setiap masjid dan mushola selalu teruntai, "Ya Allah, berkahilah kami, di bulan Rozab dan Syaban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan".

Begitu datang Ramadhan bergam cara kaum muslimin menyambutnya. Di Indonesia memiliki tradisi yang berbeda di setiap daerah. Tradisi-tradisi ini berekses pada meningkatkan kebutuhan bahan makanan pokok. Harga sembakopun melambung hingga menyumbang terhadap angka inflasi. Berlakulah hukum pasar. Permintaan tinggi harga naik dan berlaku sebaliknya. Mulai harga cabai merah, bawang, daging ayam, daging sapi dan sayur-sayuran mengalami kenaikan harga secara drastis.

Makan-makanan di bulan puasa biasanya lebih berkualitas dai pada makanan di bulan biasa. Jika sebelumnya makan cukup dengan tempe, telor dadar, di bulan lebih dari itu. Minimal daging ayam atau menu makanan lebih fariatif. Belum lagi makanan pembuka seperti kolak dan yang manis-manis untuk ta'jil yang harus terhidang.

Banyak yang berargumen, peningkatan kualitas makanan itung-itung memanjakan diri, setelah seharian berpuasa, haus dan lapar.

Hal yang sama memasuki lebaran. 10 hari sebelum lebaran pusat-pusat perbelanjaan sudah dipenuhi pengunjung. Makanan, minuman instan hingga pakaian menjadi buruan pembeli. Bagi perantau, mudik juga merupakan rutinitas wajib jelang lebaran. Merayakan shalat iedul fitri bersama keluarga di kampung halaman, menjadi pengalaman berharga yang idak boleh terlewatkan.

Melihat tradisi sambut bulan Ramadhan, lebaran dan mudik yang gegap gempita, semua itu menguras keuangan. Banyak orang merasakan, bahkan menuding Bulan Ramadhan malah boros pengeluaran keuanga keluarg. 

Anggapan itu bisa benar, bisa jadi salah. Tergantung bagaimana menghadpi Ramadahan dan hari raya. Kalau Ramadhan sekedar mengikuti tradisi mainstream, boros keuangan tak akan terelakan. Tetapi jika menyikapi puasa sebagai bentuk ibadah dan menghayati pesan moral puasa, justeru sebaliknya. Ramadhan bisa jadi momen penghematan anggaran keuangan keluarga yang signifikan.

Pesan moral puasa disebutkan dalam al-quran Surat Al-Baqoroh Ayat 183 supaya menjadi seorang yang bertaqwa. Aplikasi takwa dalam bermasyarakat banyak sekali. Bukan saja ramah dalam tutur sapa, tetapi harus dibarengi sikap peduli. Dengan puasa semestinya kita peduli dengan penderitaan orang lain dan mulai berbagi. Dengan puasa, semestinya mampu merasakan orang-orang yang kurang beruntung yang sepanjang tahun dipaksa "puasa" karena keadaan.

Dengan ritual puasa, seorang muslim jadi rajin sedekah, di samping zakat yang sudah ditentukan ukuran kewajibannya. Kita mesti sadar bahwa harta kekayaan yang kita dapat, di dalamnya terdapat hak-hak fakir-miskin.

Puasa Ramadhan Semata-mata Ibadah

Salah satu keutamaan bulan Ramadhan bagi kaum muslimin, melimpahnya ampunan Allah SWT atas segala dosa. Melaksanakan ibadah puasa sesuai dengan aturannya, tujuan puasa niscaya akan tercapai, begitu bulan puasa selesai yang ditutup idul fitri. Tujuan puasa yakni takwa.

Idul fitri artinya kembali pada kesucian hakiki dari dosa, seperti bayi baru dilahriakn. Lantas puasa seperti apa yang pelakunya bisa mencapai derajat takwa? Sebab di pihak lain, Nabi Muhammad mewanti-wanti, bahwa banyak dari yang orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, semata-mata menyisakan haus dan lapar, pahalanya tidak didapat sama sekali.

Imam alghazali menyebutkan pembagian orang-orang yang berpuasa. Pertama, puasanya orang awan. Puasa ini sebatas menahan haus dan lapar serta menahan sahwat tidak berhubungan suami isteri. Puasa awam ini puasa yang sangat standar dan pelakunya sangat banyak.

Kedua, puasanya orang khusus (khowas). Puasa jenis ini dilakukan bukan semata-mata menahan haus dan lapar atau sekedar menahan dari yang membatalklan puasa, namun puasa sepenuh hati menjauhi dari setiap keinginan nafsu.

Puasa seperti ini puasanya tingkat orang-orang soleh. Mereka berpuasa menahan pandangan dari yang diharamkan, menjaga mulut dari perkataan kotor dan dusta serta menggunakannya untuk mengucapkan dzikir. Menjaga pendengaran dari yang haram, hatinya selalu takut dan khawatir, apakah puasanya diterima Allah atau tidak. Puasa orang soleh juga menjaga seluruh anggota badan untuk tidak melakukan hal dosa. 

Ketiga, puasanya sangat khusus (khowasil khowas). Puasa ini lebih tinggi lagi dari puasa orang solih. Selaian menjauhi yang membatalkan puasa, menjauhi hawa nafsu, yang diingat hanyalah Allah melalui dzikir dan tidak terpaut lagi dengan urusan duniawi. Puasa jenis ini puasa hati, seperti yang dilakukan khusus oleh para nabi.

Dari tiga jenis puasa di atas, kita harus introspeksi, pada tingkitan mana kita berada. Sehingga kita akan memahami dampak puasa kita.

Sediakan Kebutuhan Ramadhan dan Lebaran Seperlunya

Jika penjelasan poin pertama tadi membahas poin ideal puasa, poin kedua ini lebih pada poin praktis saat menjalankan puasa. Untuk mencapai tingkat puasa yang ideal tentu masih sedidikit yang mampu melakukannya. Setidaknya kita harus terus melakukan upaya mendekati puasa yang ideal.

Menyediakan kebutuhan selama Bulan Ramadhan dan lebaran, sebenarnya tidak salah. Apalagi kebutuhan itu dibarengi dengan berbagi. Bagi yang berkecukupan, belanja kebutuhan lebaran lebih banyak tidak jadi persoalan. Tak akan menguras ekonomi keluarga yang berbahaya di masa datang. Namun bagi yang berpenghasilan pas-pasan, rasanya harus lebih bijak dalam belanja.

Tak perlu berlebihan. Inilah kuncinya. Jika dalam ibadah harus ditingkatkan, dalam konsumsi semestinya biasa-biasa saja. Makan dan sahur secukupnya. Jika selama ini makan hanya telor dan tempe, ya itu saja gak perlu lebih. Untuk sekedar mencukupi kebutuhan gizi, ada baiknya belanja dengan makanan yang sehat dan sarat nutrisi. Dilihat bukan banyaknya namun kualitas kandungannya.

Dengan anggaran yang sama di hari-hari biasa, mestinya bisa lebih baik di bulan Ramadhan. Jika menggunkan anggaran tetap, anggaran belanja 3 kali tentu bisa lebih berkualitas jika dibelanjakan untuk dua kali dengan makanan yang lebih berkualitas.

Borosnya anggaran rumah tangga di Bulan Ramadhan juga disumbang dari anggaran persiapan lebaran. Tak bisa dihindari, Iedul Fitri merupakan hari raya, perlu dirayakan dengan suka cita. Perayaan identik dengan keterseidaan makanan lezat, pakaian dan perhiasan yang bagus.

Mensiasati bengkaknya pengeluaran ini, alangkah baiknya tidak dikeluarkan dalam satu waktu. Bisa saja membeli kue-kue kering atau makanan tahan lama dilakukan sebelum lebaran. Belanja baju keluarga pun bisa dicicil sebelum bulan puasa datang.

Terakhir dan sangat penting, kita harus mengatahui mengapa puasa itu diwajibkan setiap muslim di Bulan Ramadahan. Tujuan puasa yakni ketaqwaan dalam pengertian yang luas. Jika tujuan puasa ini benar-benar dihayati dan ingin di raih, rasanya istilah boros pegeluran selama Bulan Ramadhan tak akan terdengar lagi. Semoga...!!

 

 

 

 

     

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun