Setiap hari, setiap saat kita memerlukan listrik. Ketika bangun kita menyalakan lampu, TV atau mesin pompa untuk nyedot air semua itu menggunakan listrik. Siang hari, kita beraktifitas, perangkat elaktronik selalu menyertai. Handphone, modem internet, komputer hingga perangkat olahraga menggunakan listrik sebagai penggeraknya. Tanpa listrik, secanggih apapun peralatan elektronik tidak berarti apa-apa. Mereka layaknya benda mati, tidak berguna dan tidak memberi manfaat.
Namun tahukah kita dari mana listrik itu dibangkitkan? Â Di Indonesia saat ini, kebutuhan pasokan listrik rumah tangga dan industri sebagian besar dari pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU. Listrik dihasilkan dari generator yang digerakkan oleh uap panas yang mengalir pada turbin raksasa.
Sebagai perbandingan, pembangkit listrik tenaga uap yang disalurkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencapai 14.446 MW atau sebesar 43,91%. Berikutnya, pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) mencapai 8.814 MW atau sebesar 26,79%. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebesar 3.516 MW atau 10,68% dari total elektrifikasi di Indonesia, pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) sebesar 2.973 MW atau 9,04%. Selanjutnya Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 2.599 MW ATAU 7,90% dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) hanya 548 MW atau sebesar 1,67% listrik di tanah air.
Dari data umum di atas, listrik dari PLTU merupakan pasokan terbesar yang artinya penggunaan bahan bakar fosil juga paling besar. Untuk menghasilkan uap membutuhkan bahan bakar batu bara seperti halnya diesel yang membutuhkan minyak bumi. Keduanya merupakan fosil sumber energi tak terbarukan dan akan habis seiring waktu. Sementara populasi manusia yang membutuhkan energi semakin meningkat serta penggunaan energi sekala industri semakin besar.
Sumber energi terbarukan mulai dilirik dan dibicarakan para ahli guna mengatasi keterbatasan sumber energi fosil yang sudah dieksploitasi sejak lama oleh manusia. Anugerah sumber daya alam bagi bangsa Indonesia teramat besar baik di laut, darat, udara bahkan dia angkasa berupa sinar mata hari di samping sumber daya manusianya itu sendiri. Â Sumber energi terbarukan tersebut antara lain : bio fuel, bio massa, biogas, panas bumi, angin, matahari dan gelombang laut.
Angin salah satu potensi energi terbarukan yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Indonesia memiliki panjang garis pantai 99.093 kilo meter persegi dari 13.466 pulau yang setiap saat menghembuskan angin.
Bersyukur, riset-riset pembangkit listrik tenaga angin mulai digalakan, baik peorangan atau lembaga seperti perguruan tinggi. Menyebut salah satunya, Lentara Angin Nusantara (LAN) yang berlokasi di Ciheras, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
LAN telah berdiri sejak tahun 2011. Di lokasi itu sedikitnya telah berdiri 5 kincir angin, masing-masing menghasilkan 500 VA. Bukan saja untuk keperluan riset, beberapa ruang penelitian sudah diterangi listrik tenaga ingin.
Sepanjang hari kita dapat menyaksikan para "penari langit" berputar di angkasa. Mereka terus menerus mamasok listrik pada ruang kontrol dan mengisi balok-balok batrai yang tersedia.
Tiang turbin dibangun pada ketinggian berbeda. Ada yang tinggi sekitar 10 meter, 5 meter dan 4 meteran. Salah satu tujuannya untuk mengetahui sejauh mana listrik yang dihasilkan dengan ketinggian yang berbeda itu. Secara kasat mata, kincir yang dipasang pada tiang tinggi putarannya lebih kencang ketimbang kincir pada tiang paling bawah.
Bicara Lentera Angin Nusantara (LAN) Ciheras, tak lepas dari kiprah pendirinya bernama Ricky Elson. Pria asal Padang ini membangun pusat riset listrik tenaga angin sejak tahun 2011.
Dalam obrolan santai dengan penulis di akhir Bulan Agustus 2017 di Ciheras, pria pemilik belasan hak paten teknologi motor listrik di Jepang itu tidak banyak bercerita tentang seluk beluk pendirian LAN. Ia hanya mempersilahkan untuk mengeksplorasi LAN Ciheras yang indah itu.
Sementara di beberapa video Youtube yang dibuat untuk publikasi LAN, Ricky Elson memaparkan pandangannya terkait pendirian LAN sebagai pusat riset listrik tenaga angin.
Baginya, persoalan besar di seluruh dunia saat ini tentang ketersediaan air bersih, ketersediaan pangan dan energi, mulai dari penyediaan hingga penggunaaan. "Ini menjadi latar belakang untuk mengembangkan teknologi Indonesia, saya ikut andil dalam memperjuangkan kedaulatan energi di Indonesia," ungkapnya.
Kincir angin merupakan salah satu pintu masuk, setidaknya akan mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil. Sebuah mimpi tidak bisa dikerjakan oleh satu orang, namun untuk memulainya bisa dilakukan oleh seseorang. Karena itulah LAN hadir, setidaknya ingin menerangi pelosok Nusantara meski masih dikatakan sebuah "lentera".
Mulai tahun 2015 Ricky dan kawan-kawan mulai melebarkan sayap, menggandeng masyarakat setempat. Tidak hanya riset kelistrikan tenaga angin melainkan bergerak pada bidang pertanian dan peternakan yang melibatkan masyarakat sekitar, seperti berternak sapi, ikan dan lele juga tanam jahe.Â
Sedikitnya menurut Ricky, setiap tahun mahassiwa atau guru dan peneliti yang datang ke Ciheras mencapai 1000 orang. Selama berada di Ciheras mereka bertukar pengalaman, pengetahuan dan belajar baik di bidang listrik maupun bidang yang lebih luas. "Diawali kesungguhan dan tidak menyerah. Tidaklah dijamin berhasil pada masa saya, namun 10-20 tahun mendatang harapan itu akan terwujud," ungkapnya.
Hasil riset listrik tenaga angin di Ciheras berhasil diaplikasikan pada pembangkit listrik tenaga angin di Pulau Sumba. Yakni di Desa Kalih, Â Desa Palinggi dan di Desa Tanarara yang telah menerangi 80 kepala keluarga. Pembangkit listrik tenaga angin ini terwujud atas kerjasama LAN yang dimotori Ricky Elson bareng Institute Bisnis Ekonomi Kerakyatan (IBEKA) disponsori PT. Pertamina di tahun 2013.
Di samping itu, Rcky Elson juga berhasil menciptakan motor listrik pada protitype mobil listrik asli karya anak bangsa yang dinamai Selo dan Gendhis. Kedua riset tersebut disponsori Dahlan Iskan yang kala itu menjabat Menteri BUMN yang juga terkenal sebagai bos media ternama di tanah air.
Inkubator Riset
Ada beberapa bidang yang menjadi riset dan kajian yang mereka lakukan. Antara lain, desain generator listrik, listrik kontroler, bilah atau baling-baling dan data logger. Mereka menjalankan bimbingan dengan jadwal yang ditentukan hingga mencapai dua bulan atau masa yang umumnya ditentukan oleh perguruan tinggi masing-masing dalam program Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Selain Rozak, ada Aris salah satu guru dari SMK PSM Takera Magetan, Jawa Tengah. Ia telah menghabiskan waktu 6 minggu di Ciheras untuk belajar listrik kontroler.
Di sekolah tempat ia mengajar, SMK PSM Takera, sekitar bulan April melaunching motor listrik hasil karya siswa. Hanya saja masih mengalami kekurangan. Saat tuas gas ditarik, motor mengalami loncatan karena arus listrik pada generator tiba-tiba dan motor pun loncat. Hal itu menurutnya karena belum menemukan kontrol arus listrik yang tepat pada generator sehingga bisa bekeraja sesuai keinginan.
Selama ini untuk mendapatkan peralatan bahan merakit motor listrik membeli barang yang sudah siap pakai. Seperti generator dari China, batrai dan desain strifing motor dari Institut Teknologi Surabaya (ITS). Â Ia berharap dari belajar di Ciheras itu mampu membuat listrik kontrol tersendiri dan bisa digunakan untuk motor listrik rakitannya.
Aris dan rekannya pun menunjukkan hasil rakitan listrik kontrol selama di Ciheras yang tengah diprogram pada laptopnya. Alat itu berisi lampu-lampu led dan rangkaian elektronik, baru bisa nyala sebagian dan masih tahap penyelesaian.
Penutup
Di Indonesia riset-riset pembangkit listrik tenaga angin sekala kecil sudah banyak dilakukan dan manfaatnya sudah dirasakan oleh masyarakat. Selain LAN Ciheras, ada juga  pebangkit listrik tenaga hibride di Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Bantul Yogyakarta yang memadukan pembangkit listrik tenaga angin dan sumber energi matahari.  Riset pembangkit ini dilakukan Kementerian Riset dan Teknologi, LAPAN, Kementerian dan Kelautan serta Universitas Gajah Mada sejak tahun 2013. Â
Manfaat untuk masyarakat sekitar pembangkit, mulai penerangan, menggerakan pompa air untuk pengairan pertanian, pembuatan es balok untuk pengawetan ikan nelayan dan pembuatan es kristal untuk minuman dingin. Â Â
Namun demikian, untuk diproduksi secara massal dan memenuhi kebutuhan listrik secara nasional hingga tidak hanya tergantung pada sumber energi fosil, memerlukan pilitical will dari para pemangku kepentingan, mulai dari asfek kebijakan hingga regulasi yang memadai.
Palingg penting lagi, semangat kedaulatan bangsa di bidang energi dengan terus memberdayakan putra bangsa yang memiliki skil dan komitmen di bidangnya masing-masing. Sehingga putra-putra terbaik nusantara akan mau berkiprah membangun negeri langsung dengan tangannya sendiri.
Kita berharap, hasil riset dan temuan-temuan dalam negeri tadi tidak berhenti di meja penelitian atau berhenti setelah lomba sains dan teknologi, melainkan menjadi karya yang dinikmati oleh masyarakat secara lebih luas. Sehinga kekayaan daratan, lautan dan udara serta seluruh sumber daya lainnya benar-benar menjadi anugerah. (*)Â
Â
BERIKUT INI SAYA JUGA MEMBUAT VIDEO LAN CIHERASÂ
REFERENSI :
1. Pembangkit Listrik di Indonesia DI SINI
2. Statistik Ketenagalistrikan DI SINI
3. Listrik tenaga hibride DI SINI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H