Mohon tunggu...
Aneke Kervina Rosya
Aneke Kervina Rosya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Kepemimpinan Adolf Hitler Mantan Kanselir Reich Jerman

20 April 2024   14:12 Diperbarui: 20 April 2024   14:14 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemimpin adalah individu yang memiliki keahlian dalam memimpin orang-orang, menginspirasi, dan memotivasi individu lain menuju tujuan bersama. Mereka tidak hanya memiliki keahlian dalam mengambil keputusan dan membuat strategi, tetapi juga memiliki keterampilan interpersonal yang kuat untuk mempengaruhi orang lain secara positif.

Menurut para ahli  Moejiono (2002), kepemimpinan sebenarnya adalah hasil dari pengaruh yang berlangsung dalam satu arah. Ini disebabkan oleh kemungkinan pemimpin memiliki kualitas tertentu yang membedakannya dari para pengikutnya. Teori sukarela atau compliance induction theorist meyakini bahwa kepemimpinan sering kali dianggap sebagai bentuk pemaksaan. Selanjutnya, mereka memandang bahwa kepemimpinan adalah penerapan pengaruh secara tidak langsung yang bertujuan membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin. 

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang saat menduduki posisi sebagai pemimpin dalam suatu organisasi. Kemampuan tersebut terutama berkaitan dengan pengaruh yang dapat dia berikan kepada orang lain, terutama bawahannya atau anggota organisasi, sehingga mereka dapat bertindak dan berpikir sesuai dengan arahan tertentu, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan lebih efektif.

Seorang pemimpin bukan hanya sekadar sosok yang memerintah, tetapi juga menjadi contoh yang baik bagi yang lain. Mereka perlu memperlihatkan serta memiliki integritas, kejujuran, dan komitmen yang tinggi terhadap tugas serta tanggung jawab mereka. Kemampuan untuk mendengarkan dan memahami berbagai sudut pandang menjadi sesuatu yang amat penting bagi seorang pemimpin, karena memperkuat kemampuan mereka dalam membuat keputusan yang terinformasi dan membangun hubungan yang solid dengan tim, seseorang pemimpin juga harus memiliki keterampilan untuk mengatasi tantangan dan menangani situasi yang kompleks dengan tenang. Mereka harus menjadi sumber inspirasi bagi tim mereka, mendorong inovasi, kreativitas, dan pertumbuhan pribadi.

Namun, yang paling penting, seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas tentang arah yang ingin mereka bawa, serta kemampuan untuk mengkomunikasikan visi tersebut dengan jelas kepada orang lain. Dengan memimpin dengan teladan dan memperjuangkan kepentingan bersama, seorang pemimpin mampu membawa perubahan positif dalam organisasi atau komunitas mereka.

Setiap pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang unik untuk memberikan ciri khas satu sama lain, namun dapat disesuaikan dengan kondisi tertentu saat menentukan gaya kepemimpinan manakah yang cocok untuk digunakan dalam suatu kondisi yang diperlukan, atau kita bisa dapat menilai pemimpin manakah yang memiliki gaya kepemimpinan yang cocok di terapkan dalam suatu keadaan tertentu.

Pakar Rivai (2014;42) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan mengacu pada serangkaian karakteristik yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin untuk memengaruhi bawahannya dengan tujuan mencapai tujuan organisasi. Karakteristik-karakteristik ini terhubung dengan berbagai perilaku yang digunakan untuk meyakinkan atau memengaruhi individu lain, seperti bawahan atau anggota organisasi yang berada di bawah kepemimpinannya. Sebaliknya, menurut Purwanto (2020;24), gaya kepemimpinan pada dasarnya adalah metode di mana seorang pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan bawahannya secara spesifik, sehingga mereka dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan efektif dan efisien. Dan di bawah ini merupakan tipe gaya kepemimpinan yang ada :

A. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis melibatkan kemampuan untuk mengajak orang lain bekerja bersama dalam mencapai tujuan atau kegiatan. Pendekatan ini ditetapkan bersama oleh pengikut dan pemimpin, dan sering disebut sebagai kepemimpinan yang mengutamakan pengikut, kepemimpinan egaliter, kepemimpinan partisipatif, atau kepemimpinan konsultatif. Dalam gaya ini, seorang pemimpin melakukan konsultasi dengan anggota timnya untuk mencapai keputusan bersama.

B. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian

Gaya kepemimpinan yang menyerap semua keputusan dan kebijakan sepenuhnya pada dirinya sendiri. Semua penugasan dan tanggung jawab diatur dengan cara otoriter oleh pemimpin, sementara bawahan hanya bertugas untuk melaksanakan perintah yang diberikan. Kepemimpinan otoriter lebih berfokus pada penyelesaian tugas. Ini berarti bahwa ketika suatu instansi atau organisasi diberi tugas, kebijakan organisasi tersebut harus tercermin dalam cara mengatur bawahannya, sehingga tugas tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Dalam konteks ini, bawahan dianggap sebagai alat yang hanya digerakkan sesuai keinginan pemimpin, dan inisiatif dari bawahan diabaikan sepenuhnya.

C. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya ini akan mendorong anggota untuk bertindak secara proaktif. Pemimpin memiliki keterlibatan yang terbatas dan tingkat kontrol yang lebih rendah, sehingga gaya ini hanya berhasil jika anggota memiliki tingkat kompetensi dan kepercayaan diri yang tinggi dalam mencapai tujuan dan sasaran. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin jarang menggunakan kekuasaan atau memberikan kebebasan penuh kepada bawahan untuk bertindak sesuai keinginan mereka.

D. Gaya Kepemimpinan Birokratis

Gaya kepemimpinan birokrasi ini dapat digambarkan sebagai "kepemimpinan berbasis aturan." Perilaku kepemimpinan ditandai dengan penegakan prosedur yang ketat yang berlaku baik bagi pemimpin maupun pengikutnya. Pemimpin birokrasi pada umumnya mengambil segala keputusan sesuai aturan yang ada dan tidak lagi mempunyai fleksibilitas. Semua aktivitas harus difokuskan pada pemimpin, sementara kebebasan untuk berkreasi dan bertindak bagi orang lain sangat terbatas, dan bahkan jika ada, harus sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan.

Adolf Hilter merupakan salah satu tokoh yang paling kontroversial dalam sejarah umat manusia, dikenal karena kepemimpinannya yang kuat dan kebijakan-kebijakan yang menghancurkan. Sebagai pemimpin partai Nazi, dia naik ke kekuasaan di Jerman pada tahun 1933 dan memegang kendali total atas negara itu sampai kekalahan Jerman dalam Perang Dunia II pada tahun 1945.

Salah satu sosok pemimpin dunia yang berasal dari negara Jerman yang terkenal akan gaya kepemimpinannya yang sangat otoriter yaitu Aldoft Hitler, Kepemimpinan Hitler adalah contoh yang sangat ekstrem dari bagaimana seorang individu yang karismatik dan otoriter dapat memanipulasi dan mengendalikan negara dengan cara yang merugikan dan merusak. Legasi kekejaman dan kehancuran yang ditinggalkannya adalah pengingat yang mengerikan tentang bahaya dari kekuasaan absolut dan intoleransi ekstrem.

Hitler memiliki semangat otoriter, karena perumusan strategi perang dan waktu penyerangan semuanya berada di bawah kendali Hitler. Hitler bersifat diktator. Hitler memegang kekuasaan secara tunggal dan otoriter, dia mengabaikan nasihat para pembantunya dan mengambil keputusan besar tanpa berkonsultasi dengannya dan tidak ada yang berani membantah perintahnya.

Di samping itu, dalam masa krisis ekonomi yang memengaruhi Jerman pada saat itu, selain itu ia memiliki retorika yang sangat baik dalam pidato-pidatonya, Hitler memiliki keahlian luar biasa dalam berpidato dan memanipulasi emosi massa. Dengan kharisma dan retorika yang kuat, dia mampu mempengaruhi jutaan orang Jerman untuk mengikuti visinya.

Kepemimpinan Hitler dicirikan oleh ambisinya untuk memperluas kekuasaan Jerman melalui agresi militer, penaklukan Austria, Czechoslovakia, dan invasi ke Polandia adalah bagian dari agenda ekspansionisnya yang berujung pada pecahnya Perang Dunia II. Meskipun awalnya meraih kesuksesan militer yang signifikan, kepemimpinan Hitler akhirnya mengakibatkan kehancuran Jerman. Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan Jerman dan kehancuran total atas rezim Nazi.

 Penulis : Aneke Kervina Rosya & M. Arwin Luhur

Daftar pustaka :

Kartono, K. (2020). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Press.

Mattayang, B. (2019). Tipe dan gaya kepemimpinan: suatu tinjauan teoritis. JEMMA (Journal of Economic, Management and Accounting), 2(2), 45-52.

Rivai, V. (2014). Manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

WARDANI, A. K. (2019). ADOLF HITLER: SEBUAH ANALISIS TIPE KEPEMIMPINAN. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 1(4), 631-638.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun