Mohon tunggu...
Aiku Anego
Aiku Anego Mohon Tunggu... -

sebuah hari yang baik untuk angin bertiup

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dilema Memilih Partai

7 April 2014   01:57 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu legislatif tidak lama lagi akan dilaksanakan pada 9 April 2014. Ada 15 peserta partai pemilu (Gunardo, 2014: 128) yakni 12 partai nasional dan 3 partai lokal di aceh. Sebagai negara demokrasi maka Indonesia membutuhkan partai politik karena partai politik menjadi alat demokrasi yang sah (Gunardo, 2014: 117). Akan tetapi menjadi dilema tersendiri bagi para pemilih mengingat banyaknya partai yang selalu menjanjikan iming-iming kesejahteraan bagi rakyat kecil.

Dalam keseharian sehari-hari ketika masyarkat menghibur diri dengan menonton televisi, banyak sekali iklan kampanye partai politik. Semua iklannya pun berisi anjuran untuk memilih partai-partai tersebut seperti Hanura, PDI-P, Demokrat, Gerindra, dan lain sebagainya. Banyak masyarakat yang masih awam terhadap pengetahuan partai-partai yang memiliki elektabilitas bagus. ini menyebabkan masyarakat bingung untuk memilih partai yang mana saat pemilu legislatif 9 April 2014 nantinya. Bahkan, karena saking bingungnya ada segelintir masayarakat yang berencana golput.

Melihat 12 partai nasional yang sudah siap dipilih, masih banyak masyarakat yang menimbang-nimbang akan memeilih partai yang mana. Ada banyak partai lama yang masih menjadi peserta pemilu, akan tetapi jika ingin memilih salah satu dari partai tersebut terkadang masyarakat merasa takut. Takut apabila partai tersebut kinerjanya sama seperti tahun-tahun sebelumnya jika anggota legislatifnya yang berasal dari peserta tersebut melakukan banyak pelanggaran seperti korup ataupun yang lainya. Tentu masyarakat berharap bisa memilih partai yang benar dan bersih yang bisa menyuarakan suara masyarakat. Kemudian untuk memilih partai baru, Nasdem mislanya, masyarakat juga masih bimbang. Bimbang apabila ternyata nantinya partai tersebut tidak akan memiliki elektabilitas yang bagus dan bahkan seperti partai-partai sebelumnya yang banyak melakukan pelanggaran yang justru menyengsarakan masyarakat. Tentu masyarakat tak ingin menjadi pemilih yang ibarat membeli kucing di dalam karung. Tak tahu apakah partai tesebut pantas dipilih maupun tidak. Saat ini masyarkat hanya membutuhkan penyelenggara negara yang betul-betul bisa menyuarakan suara rakyat dan mampu menjadi alat atau perantara yang mensejahterakan rakyat.

Seharusnya melihat kebimbangan masyarakat, partai-partai yang tengah melakukan kampanye bisa membuktikan bahwa ia partai yang pantas dipilih dan memiliki elektabilitas yang tinggi. Tapi tidak hanya sebatas omongan saja partai-partai tersebut memiliki elektabilitas tinggi. Harusnya partai-partai juga harus memiliki elektabilitas yang tinggi dalam keseharian yang sebenar-benarnya. Masyarkat sudah lelah dipermainkan oleh segelintir oknum anggota partai-partai politik yang kerap melakukan korup ataupun kegiatan tak bermoral lainnya. Pada pemilu legislatif nanti, masyarkat hanya berharap bisa menggunakan hak pilihnya secara tepat dan tidak salah sasaran saat memilih nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun