Masyarakat Indonesia menurut salahsatu penelitian adalah masyarakat yang memiliki tingkat stress yang cukup tinggi, tingkat stress ini tentunya bukan tanpa sebab. Kecametan, kriminalitas, polusi, pengangguran masih saja menjadi masalah yang intinya mengerucut pada tingkat kesejahteraan.
Tingkat stress ini berdampak pada kebutuhan masyarakat akan hiburan. Hiburan yang barang tentu dapat menghilangkan kepenatan akan masalah hidup walaupun sesaat. Khususnya acara-acara TV adalah merupakan salahsatu hiburan yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia karena saat ini perangkat TV bukan menjadi barang tersier yang saat ini mudah didapat walau hanya dengan uang 30 rebu(pengalaman pribadi).
Dangdut yang disajikan dalam acara D’Academy Asia merupakan salahsatu bentuk hiburan yang sangat amat merakyat dengan menyajikan kebudayaan-kebudayaan yang menjadi ciri khas Indonesia yang “kerap” kali diakui oleh negara lain. Kebudayaan yang notabene menjadi warisan bangsa dapat diperkenalkan sekaligus dikukuhkan sebagai kebudayaan asli dari bangsa Indonesia yang tak akan punah dimakan zaman.
Tujuan mulia tersebut harus diacungi jempol karena promosi ini akan sangat efektif karena dilakukan dengan media yang sangat merakyat yaitu televisi sehingga efek dominonya sangat terasa. Kebudayaan-kebudayaan dari berbagai daerah menjadi ciri khas bangsa Indonesia mampu mendapat perhatian bagi negara-negara tetangga yang menjadi peserta dalam kompetisi dangdut D’Academy Asia diantaranya Singapura, Brunei Darusalam, dan Malaysia. Sebagai sebuah promosi tentunya D’Academy dapat dijadikan diplomasi untuk menjalin kerjasama dan hubungan dalam bernegara khususnya Indonesia ke negara-negara tersebut sehingga kedepan Indonesia dapat dipercaya sebagai bangsa yang kreatif dengan keberadaan D’Academy namun tetap dengan menjunjung tinggi adat ke-timuran sebagai landasan dalam berkreasi dan berinovasi dalam sebuah pagelaran musik sebagai salahsatu alat pemersatu bangsa-bangsa yang ada di Asia.
Kalau dikaji lebih mendalam tentu hal ini merupakan salahsatu kesempatan yang harus dimaksimalisasi dengan cerdas sehingga hal tersebut dapat menjadi keuntungan bagi Indonesia agar dapat dikenal asia bahkan dunia dengan kebudayaan-kebudayaan yang menginspirasi. Menurut penulis pribadi hal ini menjadi tanggungjawab besar bagi penyelenggara acara karena kesuksesan tersebut harus ditunjang dengan konten dan packging acara yang berkualitas sehingga acara ini selain sebagai salahsatu pencitraan positif kepada negara-negara dan juga sebagai sarana mencerdaskan bangsa dengan kebudayaan-kebudayaaan tersebut.
Penyelenggara acara dalam hal ini tentu juga harus cerdas mem-packag dengan pesan-pesan moral yang membangun dan menginspirasi sehingga siapapun yang menyaksikan acara tersebut tidak hanya menjadikan tontonan namun juga tuntunan yang dapat diserap masyarakat luas pada umummnya apalagi acara tersebut diadakan setiap hari sehingga tanpa disadari hal ini dapat menjadi doktrin-doktrin pada pemirsa yang menyaksikan.
Acara yang berdurasi sampai dengan 180 menit ini sangatlah ampuh menjadi hiburan masyarakat ditambah persaingan antar peserta yang begitu ketat. Peserta dengan berbagai latar belakang negara ini berlomba untuk menjadi yang terbaik diajang yang dapat dikatakan cukup bergengsi karena diikuti oleh 4 negara sekaligus sehingga sangat amat menjadikan daya tarik tersendiri walaupun dengan tema dangdut dan melayu yang kadang diartikan menjadi lagu kalangan menengah kebawah.
Sedemikian kompleksnya acara ini sekali lagi menjadikan beban tanggungjawab yang benar-benar harus dijaga oleh pelenggara acara. Khususnya cara komunikasi yang tentu harus beretika dan bermartabat, komunikasi yang dilakukan harus “universal” dengan mengedepankan adat ketimuran yang santun dan cerdas. Komunikasi yang “universal” ini pun harus dipahami oleh mc, juri serta peserta karena tidak terlepas kemungkinan hal ini justru dapat menjadi boomerang karena kesalahpahaman persepsi yang dapat menimbulkan gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan emosi yang diantara perwakilan dari negara baik peserta maupun juri.
Gesekan ini pun apabila ditaksirkan secara extrem maka juga dapat berdampak luas pada negara-negara tetangga karena lingkup negara asia pada saat ini sudah sangat terikat pada sentimental publik mengenai pencitraan yang dilakukan oleh TV dapat diartikan secara positif maupu negatif atau bahkan tidak peduli sama sekali. Akan tetapi kemungkinan itu selalu ada dimana apabila ada suatu kejadian dimana representative salahsatu negara dipermalukan atau dibuat marah sudah tentu masyarakat di negara nya akan membela sebagai bentuk nasionalis, pembelaan bisa dalam bentuk resistensi (penolakan), pengacuhan, atau yang paling parah adalah penuntutan dan kekerasan. Dan sebaliknya representative dari negara yang mempermalukan akan menjadi subjek kemarahan tersebut, atau bahkan bisa mecakup luas secara bangsa dan negara.
Namun apapun itu harus diingat apapun itu acara ini harus tetap diapresiasi walaupun tendensi ke arah tersebut masih ada dan dapat dianalisa lebih dalam dengan berbagai indikator sehingga perlu adanya evaluasi dan supervisi yang mendalam terkait acara sehingga acara yang disajikan tidak monoton dan menjadi hiburan yang nikmat untuk dilihat.
Semoga para pelaku industri ini dapat menyadari kemungkinan-kemungkinan tersebut sehingga segala sesuatu yang tidak diharapkan tidak terjadi dan sebaliknya maksud dan tujuan dari acara ini dapat di capai sesuai harapan yang telah ditetapkan sebelumnya.