Mohon tunggu...
Bang Asa
Bang Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Terpopuler 2010

Tunggu beta bale, sodara!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Somasi Buat Presiden SBY

27 Agustus 2010   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:40 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="250" caption="Mukhtar Pakpahan "][/caption]

Dianggap tidak melaksanakan UUD 1945, Presiden SBY disomasi oleh Mukhtar Pakpahan, ketua Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia. Mukhtar menganggap beberapa Pasal UUD 1945 sebagai operasionalisasi tujuan nasional, belum dilaksanakan Bapak Jend. (purn) Dr.Susilo Bambang Yudhoyono selama 6 tahun menjadi Presiden, di antaranya Pasal 1 (3), Pasal 27 (2), Pasal 29 (2) & 28E (1 baris pertama),Pasal 31 (2), dan Pasal 34 (1 & 2).

Dalam somasi bernomor 105/MPO/VIII/2010 tertanggal 26 Agustus 2010 tersebut, Mukhtar mengingatkan Presiden, bahwa apabila  tidak memperlihatkan ada rencana kerja/program melaksanakan pasal-pasal di atas hingga tanggal 31 Desember 2010, maka sejak Januari 2011 Presiden akan dimintai pertanggungjawaban melalui mekanisme UUD 1945.

Somasi yang dipublish secara online di situs Mukhtar dan di akunnya di facebook tersebut,  juga ditembuskan kepada  Ketua MPR RI, Ketua DPR RI, Ketua DPD RI, serta para Ketua Fraksi di DPR.

Untuk lebih lengkapnya, silakan baca :

Itulah somasi Pakpahan buat SBY.

Salam somasi.

Bang Asa

Baca juga tulisan sebelumnya:

  1. Senjata Pemusnah Massal Raja Cikeas (HRC-06)
  2. Malaysia Takut dengan Tabung Gas Indonesia…
  3. Nasionalisme Bule Palsu
  4. Adolf Hitler Ternyata Keturunan Yahudi
  5. Klarifikasi dari Istana Presiden
  6. “Sulo-sulo” Penjual Jimat
  7. Raja Cikeas dan Kaki-tangannya
  8. Ada “Staf Khusus Presiden” Inteli Kompasiana?
  9. Pak Beye Presiden yang Berhati Mulia (di Mata Koruptor)
  10. Jangan Abadikan Pengkhianat Bangsa Sebagai Nama Jalan!

BONUS:

‎||>>“Apakah Paduka tidak mendengar ketakutan negeri jiran akan tabung gas kita yang telah banyak menelan korban? “  Mendengar pertanyaan punggawa istana, Raja menjawab dengan tenang, sambil manggut2,”Itulah senjata pamungkas kita yang akan digunakan kalau keadaan sudah darurat.” (HRC)

Kunjungi facebook: Hikayat Raja Cikeas (HRC)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun