Mohon tunggu...
Bang Asa
Bang Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Terpopuler 2010

Tunggu beta bale, sodara!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Raja Cikeas dan Kaki-tangannya

21 Agustus 2010   12:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:49 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

ilustrasi: Wawan Supriadi

RAJA CIKEAS sedang pusing. Pusingnya Paduka tentu saja bukan karena terlalu banyak makan makanan berlemak. Akhir-akhir ini Baginda sudah mengurangi makan yang mengandung kolesterol tinggi. Juru masak istana bahkan tidak lagi menghidangkan berbagai jenis daging dan jeroan, melainkan tahu, tempe, juga kerupuk kegemaran sang raja. Baginda pusing karena sorotan publik. Ini lantaran baru saja mengampuni hukuman seorang koruptor. Padahal sang koruptor sudah terbukti secara sah dan meyakinkan telah mengembat duit rakyat yang tidak sedikit. Jika dilihat dari jumlahnya, maka si koruptor tersebut tergolong kelas kakap. Betapa tidak pusing. Baru saja beberapa hari lalu Sang Raja dalam pidato resminya menegaskan jika pemberantasan korupsi adalah  prioritas utama pemerintahannya. Penegakan hukum tanpa ada diskriminasi atau ketimpangan keadilan, kata Baginda mutlak harus dilakukan. Lalu kemudian, ia diperhadapkan dengan kondisi yang demikian ini. Oleh karena itu, sang Raja merasa ketakutan dan tidak ingin diganggu untuk sementara waktu. Meski demikian, Baginda berpesan agar para punggawa Istana tetap melakukan pemantauan di seluruh negeri, termasuk di dalamnya di dunia maya. Salah seorang kaki-tangan Raja Cikeas yang selama ini mengurusi soal pencitraan baginda di dunia maya, adalah si Pilis. Raja Cikeas memanggil si Pilis. “Wahai si Pilis, pantaulah keadaan di dunia maya. Engkau harus meyakinkan jika kebijakan yang saya tempuh itu benar adanya. Bagaimana caramu agar citra saya di mata rakyat senantiasa tetap terjaga baik. Oleh karena itu, jika ada postingan di dunia maya yang mana engkau rasa telah mendiskreditkan saya, engkau harus segera meng-counter-nya." "Ampun yang mulia, saya akan melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Saya akan mencuci otak rakyat supaya tetap percaya dengan Baginda," kata si Pilis, lantas meninggalkan  sang raja. Raja Cikeas pun senyam-senyum. Ia kemudian menuju kebelakang istana untuk bermain dengan anjing dan 3 bebek kesayangannya.

Kunjungi di: Facebook: Hikayat Raja Cikeas (HRC)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun