Mohon tunggu...
Bang Asa
Bang Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Terpopuler 2010

Tunggu beta bale, sodara!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gila, 97 Persen Siswa SMP Nonton 'Bokep'!

17 Juni 2010   03:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:29 3024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

HARI ini Kompas.com menurunkan berita tentang keprihatinan Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring yang mendapatkan data dari Komisi Perlindungan Anak bahwa 97 persen siswa sekolah menengah pertama (SMP) sudah pernah menonton video porno. Gila bukan?

Jika saja data ini benar adanya, maka tentu akan meresahkan para orang tua. Betapa tidak, selain 97 persen siswa SMP pernah nonton film porno, data yang pernah dirilis KPA sebelumnya juga telah menemukan 67,2 persen siswi SMP sudah tak lagi perawan.

Menurut Pak Tif, semua ini tak lepas dari faktor mudahnya mendapat keping VCD/DVD di samping internet yang juga turut mendukung suburnya penyebaran materi porno. Sebagai menteri yang bertanggungjawab di bidang komunikasi dan informatika termasuk di dalamnya internet, tentu saja wajar jika ia prihatin.

"Coba saja kalau ketik kata SMP dan SMU di Google Search. Maka, yang keluar adalah listing situs porno, seperti SMP bugil, SMU bokep (film porno), bukan keterangan informasi seputar SMU, kegiatan ekstrakurikuler, dan lainnya," ujar Tifatul pada acara breakfast meeting, Kamis (17/6/2010) di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, seperti dikutip Kompas.com.

Atas berita tersebut, dalam artikel ini saya akan mengutipkan beberapa pandangan Ketua Komisi Perlindungan Anak Seto Mulyadi untuk mengatasi peredaran video porno, seperti dikutip di sebuah media online:

-Seharusnya guru dan orang tua lebih meningkatkan upaya pendekatan diri dengan melakukan dialog yang terbuka kepada para anak-anak dan remaja.

-Kalau memang anak-anak sudah telanjur menonton, tanyakan pendapatnya tentang apa yang sudah ditontonnya itu. Kemu­dian memberikan penjelasan bahwa itu tidak baik untuk ditiru. De­ngan cara seperti ini, posisi anak merasa dihargai tetapi tingkat pe­nasarannya tidak ter­lalu dibebani. Dan yang pasti, ke­mungkinan untuk pengu­langan yang akan terjadi di ke­mudian hari, kecil akan dila­kukan kembali. Sebab anak akan paham tentang yang baik dan tidak baik untuk di­ton­tonnya berkat dialog dan pem­belajaran yang dilakukan oleh orang tuanya.

- Jika anak sudah telanjur mengetahui dan mengkonsumsi video yang belum pantas untuknya, dalam hal ini, bukan anak yang salah meskipun akhirnya dia ikut mengkonsumsi video ini. Orang tua atau orang dewasa di sekitarnya, jangan terlalu cepat-cepat ke­bakaran jenggot untuk menyimpulkan bahwa anak yang bersalah. Kalau anak-anak selalu disalahkan, justru akan meng­gang­gu perkem­bangan dan psikologis anak ter­sebut. Anak-anak akan merasa tertekan, merasa disa­lahkan, tidak bisa tidur, tidak kon­sentrasi, menjadi pendiam dan sebagainya yang sangat tidak baik untuk anak.

Untuk itu seharusnya para orang tua di sekitarnya melakukan cara-cara seperti yang saya sampaikan sebelumnya. Dalam hal ini, posisikan anak-anak sebagai korban dalam kondisi yang tidak kondusif, bukan selalu menyalahkannya.

Demikian postingan ini. Semoga bermanfaat

Ilustrasi: www.metrogaya.com

Salam prihatin,

ANDY SYOEKRY AMAL (klikk di SINI)

Jangan Lewatkan artikel-artikel menarik Mariska Lubis di SINI

Baca juga 10 Tulisan Sebelumnya:

Roy Syur Yuk Vs Ariel Peterporn Kisah Inge: Beranak Bule Mariska Lubis: “Soal Seks…, Saya Siap Ditelanjangi!” Endah Raharjo, Gara-gara ‘Aksi Mirip Ariel-Luna di Melbourne’ Emangnya Kenapa Kalau Cut Tari Pernah Juara MTQ?! Inilah Biang 62,7 Persen SMP Tak Perawan Nonton Baring, Wakawaka! Fakta Terkini: Luna Maya Ada Main dengan Ricky!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun