Mohon tunggu...
Bang Asa
Bang Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Terpopuler 2010

Tunggu beta bale, sodara!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Endah Raharjo, Gara-gara 'Aksi Mirip Ariel-Luna di Melbourne'

14 Juni 2010   23:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:32 2053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DI PROFIL akunnya di Kompasiana, hanya tercantum "Ibu rumah tangga dan relawan LSM yang sedang belajar menulis. Tinggal di Jogja." Itulah Endah Raharjo. Salah satu postingannya yang menarik bagi saya adalah "Aksi Mirip Ariel dan Luna di Melbourne", yang memuat sejumlah foto-foto kanguru sedang kawin, yang direkamnya di Melbourne, Australia, tahun 2007.

Gara-gara tulisan itu, saya penasaran untuk mengenalnya lebih jauh. Melalui japri (jalur pribadi) di Kompasiana, saya akhirnya berkenalan dengan istri dosen arsitektur (UII Jogja) yang suaminya sedang menyelesaikan S-3-nya di Melbourne ini. Kesan saya, dia seorang humoris. "Alhamdulillah, bentar lagi Bang, suami saya selesai, pulang tanggal 13 Juli. Saya jadi bisa praktek langsung dari video Ariel dan Luna, ha ha haaa.." kata ibu dari seorang putra ini.

Kalimat yang menyinggung soal "video Ariel-Luna" tersebut tentu saja hanya sekadar bercanda. Boleh jadi hanya sebagai pembuka kata dalam perbincangan mayanya dengan saya. Endah malah mengaku sangat prihatin dengan kasus yang menimpa artis cantik tersebut. "Saya bayangkan kalau saya cinta mati pada seorang lelaki, kemungkinan besar saya juga akan membiarkan dia merekam hubungan intim kami karena ingin membahagiakannya," tulis relawan LSM yang sempat aktif dalam
rekonstruksi pasca tsunami di Aceh di bawah lembaga Jerman.

Berangkat dari keprihatinan itulah, Endah mengaku tak ingin ketinggalan mengikuti perkembangan kasus Luna-Ariel melalui berbagai media, termasuk tivi. Saat Luna Maya tampil dalam acara Just Alvin (Metro TV, Minggu 13 Juni 2010) misalnya. "Sungguh, melihat sosoknya di program tersebut, rasa solidaritas sesama perempuan menyembul begitu saja. Dengan serta merta, saya raih kamera yang kebetulan ada di dekat sofa tempat saya duduk dan mengambil beberapa fotonya." kata Endah.

Perempuan yang mengaku pernah tinggal di Canada dan Amerika serta telah mengunjungi sejumlah negara seperti Brazil, India, Australia, Jerman, Perancis, dan Jepang serta semua negara di Asia Tenggara ini pun mengabadikannya dalam sebuah postingan, Seribu Wajah Luna Maya. Postingan Endah ini cukup mendapat sambutan kompasianer. Dibaca di atas seribu, dengan jumlah komentar yang menembus angka 100, jumlah ini boleh dikata ini termasuk pencapaian yang baik untuk ukuran kompasianer baru (bergabung 20 Mei 2010) .

Sebagai seorang aktivis LSM, ada beberapa catatan Endah sampai terjun di dunia LSM. Ketika bekerja di biro konsultan dirinya banyak menangani proyek-proyek perencanaan tata ruang. Pada tahun 90-an dia mengerjakan sejumlah proyek penataan kota kecamatan dan kabupaten. Di situlah Endah sering menyelenggarakan rembug warga, semacam focus group discussion, untuk mendengarkan masukan dari masyarakat yang tinggal di lokasi proyek. Dan sejak tahun 1997, salah satu pendiri LSM yang fokus pada persoalan perumahan swadaya ini mulai bergiat di dunia community development yang digelutinya hingga kini. "Saya pernah jadi direktur 2 buah LSM di Jogja. Bener-bener ‘direktur’ alias ‘direken batur’ karena saya kerjakan semua dari bikin proposal sampai ke lapangan ke pelosok-pelosok gunung kidul pada malam hari." papar perempuan yang mengaku doyan makan coklat dan durian ini."

Aktivis LSM yang terikat kontrak jangka panjang dengan tim peneliti dari Amerika untuk kegiatan penelitian independen di kawasan Asia Tenggara itu mengaku memiliki banyak pengalaman bekerja sebagai relawan. Salah satu pengalamannya yang paling membekas adalah saat tidak didengarkan bicara dengan salah seorang mantan Panglima Sago di Aceh Tengah.

Waktu itu, cerita Endah, dirinya satu-satunya perempuan dalam rombongan yang berjumlah 11 orang. Kala itu, kisah Endah, dirinya bertugas untuk membuka setiap forum diskusi. Tapi sang mantan Panglima Sago selalu bertanya pada rekan saya setiap kali saya selesai bicara. Kira-kira beliau bilang begini ke rekan saya yang duduk di sebelah saya:”Apa yang dikatakannya? Bisa bapak ulangi untuk saya?”. Beliau juga menolak bersalaman dengan Endah.

"Akan tetapi, saya ikhlas menerima perlakukan itu karena saya sadar, sebagai tamu saya wajib menghormati aturan setempat. Tentu saya sedih luar biasa dan sempat menangis setelah selesai pertemuan itu. Bukan menangis untuk diri saya sendiri, tapi untuk para perempuan lain dimana saja di belahan dunia yang mungkin mengalami perlakuan yang jauh lebih buruk dari itu," ungkap Endah yang kini mengisi hari-harinya di Jogjakarta untuk kegiatan penelitian. "Sudah hampir 1,5 th lebih banyak kerja di rumah. Thanks to internet," pungkasnya.

Selain sebagai aktivis, Endah juga suka menulis cerpen di blog. Selain di Kompasiana, cerpennya juga pernah dimuat kompas.com, seperti "Lembayung Senja" dan "13 Perempuan". Karya-karyanya yang lain dirangkum di blog pribadinya, Serpihan Perjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun