Mohon tunggu...
Bang Asa
Bang Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Terpopuler 2010

Tunggu beta bale, sodara!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika "Seribu Tangan Cinta" Kehilangan Cinta

24 Mei 2010   07:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:00 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_148713" align="alignleft" width="300" caption="illustrasi: http://2.bp.blogspot.com"][/caption] SAYA sempat terhenyak membacanya. Rasanya tak percaya, tapi nyata. Perkumpulan "Seribu Tangan Cinta" (STC) yang digagas blogger Kompasiana yang selama ini mengagung-agungkan cinta,  justru telah kehilangan cintanya. Empat dari lima penggagasnya yang tergabung dalam streering committee (SC), telah mengundurkan diri. Mereka adalah Bang Risman (di SINI), Mariska Lubis (di SINI), Engkong Ragile (di SINI), dan Babeh Helmi yang otomatis mundur karena mencalonkan diri sebagai koordinator umum. Menurut hemat saya, kondisi ini telah menyebabkan perkumpulan ini telah kehilangan rohnya. Jika seribu tangan cinta sudah kehilangan satu tangan, tentu bukan seribu lagi, kan? Apalagi kalau sudah lebih dari satu yang hilang.. ha ha haa... Dan ini sangat mengerikan buat saya.

Awalnya, saya tertarik dengan perkumpulan ini karena disebutkan sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang sosial, budaya, dan lingkungan dengan anak sebagai fokus utama. Adapun tujuannya adalah mewujudkan masyarakat yang berpikir dan bertindak benar (lengkapnya di SINI).

Ketika memutuskan bergabung dengan Perkumpulan Seribu Tangan Cinta (P-STC), saya membayangkan begitu mulianya hati teman-teman yang tergabung dalam wadah yang mengatasnamakan cinta ini. Mereka rela meluangkan waktu untuk memikirkan sebuah masa depan anak yang lebih baik. Akan tetapi,  kenyataan hari ini ternyata tak seindah yang saya bayangkan.

Beberapa waktu lalu, sejumlah teman kompasianer yang menjadi penggagas P-STC mengajak saya agar mencalonkan diri sebagai koordinator. Saya sudah menjelaskan bahwa saya tidak bersedia. Ada beberapa alasan, yang tentu saja bukan lantaran orang Bugis belum saatnya memimpin (P-STC) seperti yang dialami Andi Mallarangeng di Partai Demokrat. Namun karena disebutkan bahwa keberadaan saya meramaikan pencalonan akan memacu semangat teman-teman, maka saya pun bersedia. Dengan catatan, bahwa apabila dalam proses pencalonan ini ada figur yang oleh "roh" STC dianggap mampu untuk menjalankan amanah organisasi,  maka saya akan mundur. Artinya tugas saya sudah selesai.

Akan tetapi, ketika proses ini sementara berjalan, kenyataannya satu persatu SC justru mundur. Ada apa semua ini? Adakah semua ini lantaran saya mencalonkann diri? Atau ada faktor "X" lainnya?

Untuk itulah, saya menganggap bahwa STC saat ini sudah kehilangan cinta. Dan karenanya, saya tidak ingin merana tanpa cinta. Saya merasa, tidak ada gunanya saya di sini, di tempat yang gersang tanpa cinta. Ketika saya hadir untuk memberi semangat, ternyata saya merasa tidak dibutuhkan. Jadi untuk apa? Maka dengan segala hormat, melalui postingan ini saya menyatakan mundur dari pencalonan sebagai koordinator umum P-STC. Biarlah saya mengikuti jejak Sri Mulyani, he he heee. Yang pasti, saya tidak akan menerima tawaran Bank Dunia, jadi jangan tunggu saya di Washington DC, ya. Saya akan kembali ke dunia saya, di Negeri Ngotjoleria. Di sana, saya menemukan kedamaian dan cinta, selama si kunti, Inge permaisuriku yang paling dudul, senantiasa setia mendampingi saya memimpin rakyat negeri maya yang indah di Planet Kompasiana ini.. he he hee.... Salam Kompasiana, Bang ASA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun