Mohon tunggu...
Bang Asa
Bang Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Terpopuler 2010

Tunggu beta bale, sodara!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pansus Century, Pejuang atau Pecundang?

20 Februari 2010   00:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:50 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_77746" align="alignleft" width="300" caption="Diunduh dari Google"][/caption] PANSUS Hak Angket DPR untuk Skandal Bank Century saat ini menghadapi  ujian besar. Pada titik didih menjelang kesimpulan akhir, publik akan terus mengawal setiap langkah mereka untuk melihat sejauhmana para wakil rakyat tersebut berjuang menjalankan amanah yang diberikan. Publik ingin tahu bagaimana ending dari kisah drama ini: apakah  hasilnya sesuai dengan harapan atau tidak!? Publik ingin tahu tentu bukanlah  semata-mata karena adanya jumlah kerugian negara yang ditimbulkan. Lebih dari itu, publik ingin tahu bahwa kemana sebenarnya aliran dana tersebut mengalir, dan siapa-siapa yang terlibat di dalamnya, dari hulu ke hilir. Termasuk di dalamnya apakah proses itu dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan.  Semua ini harus dibuka seterang-terangnya...!!! Sudah saatnya Pansus menunjukkan diri yang sesungguhnya. Memperlihatkan kelasnya. Jangan keberpihakannya kepada rakyat hanya ditunjukkan untuk kepentingan wawancarai di depan layar kaca, akan tetapi di belakang layar main kongkalikong. Berhentilah bersinetron, rakyat sudah bosan! Publik bukannya tidak tahu apa yang terjadi. Mulai dari ada ancaman, intimidasi dan teror yang dialami anggota Pansus. Publik juga bukannya tidak tahu kalau ada lobi yang mengarah pada politik dagang sapi. Termasuk adanya partai yang dijanji akan diberikan jatah wapres, tambahan kursi kabinet, dll. dsb., bla-bla-bla... Semuanya telah diketahui publik secara terang-benderang.  Jadi jangan coba-coba untuk main. Bagi publik, sekarang hanya ada dua opsi, hitam atau putih! Benar atau  salah! Proses politik untuk Skandal Bank Century ini aturan mainnya jelas.  Datanya pun telah lengkap. Jadi apa lagi!!! Intinya jangan sampai  ada rekayasa, kongkalikong, simsalabim. Kalau ini terjadi, jangan salahkan bila memicu kemarahan publik. Pada dasarnya, publik tidak hanya ingin tahun apa yang menjadi rekomendasi Pansus, melainkan apa yang mendasari rekomendasi itu! Bahwa Pansus ini adalah domain politik, itu benar. Tapi demikian harus diingat bahwa anggota Pansus itu adalah wakil rakyat.  Mereka telah dipilih oleh rakyat. Rakyat yang telah memberikan mandat untuk duduk di kursi  itu sebagai perwakilan atas kepentingan rakyat. Saat ini, yakinlah publik telah mencatat adanya keberanian sejumlah fraksi untuk mengungkapkan kasus Century ini secara konsisten. Publik tahu sikap mereka yang bertahan pada data dan fakta.  Termasuk mereka tidak takut ancaman termasuk akan pecah kongsi dalam koalisi dalam pemerintahan SBY-Boediono yang ternyata dilandasi akan visi pemerintahan yang bersih.  Untuk mereka itu, mari kita angkatkan jempol. Bukankah Presiden SBY sendiri telah meminta agar kasus ini dibuka  selebar-lebarnya agar terang-benderang? Bukankah dengan dibukanya kasus ini seterang-terangnya merupakan implementasi dari pemerintahan yang bersih? Dengan alasan tersebut tersebut, maka Pansus tidak usah ragu untuk menunjuk hidung! Siapapun dia, walau mereka itu adalah orang-orang dekat Presiden SBY sendiri, termasuk nama yang dianggap bertanggungjawab tersebut adalah Boediono (Gubernur BI) dan Sri Mulyani (Ketua KSSK) seperti yang disebutkan Fraksi Partai Golkar dan PKS. Di sinilah Pansus akan diuji oleh rakyat. Pertanyaannya sekarang, apakah dalam kesimpulan akhir tersebut juga demikian adanya, sesuai data dan fakta temuan yang sesungguhnya?  Entahlah. Yang pasti ini Pansus saat ini diuji apakah mereka itu adalah pejuang bagi rakyat ataukah justru hanya pencundang semata. Wallahua'lambissawab Salam Kompasiana Jangan lewatkan tulisan menarik lainnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun