SAAT membaca tulisan tentang penyakit jiwa bernama judi di SINI, tiba-tiba saya teringat Genting Highlands, sebuah pusat hiburan di puncak bukit Ulu Kali di sebelah utara Kuala Lumpur, Malaysia. Beberapa waktu lalu saya sempat mengunjungi tempat itu. Kata orang, tidak lengkap berkunjung ke Malaysia sebelum menginjakkan kaki di kawasan perjudian yang dikenal sebagai Las Vegas-nya Malaysia tersebut.
Dari kota Kuala Lumpur perlu waktu 1 jam 15 menit jalan darat menuju Gothong Jaya, kawasan terdekat di kaki bukit Ulu Kali, melewati jalan lebar dan mulus yang berkelok-kelok membelah hutan tropis dan terus menanjak. Dari Gothong, naik ke puncak Genting Highlands dengan cable car alias gondola, menempuh jarak 3,8 km. Kereta gantung di Genting, merupakan yang terpanjang dan tercepat di Asia Tenggara.
Genting Highlands dibangun oleh pengusaha keturunan Tionghoa bernama Lim Goh Tong. Sekarang, Lim yang sudah mendapat gelar kehormatan Tan Sri dari Kerajaan Malaysia masih hidup dan berumur hampir 90 tahun. Sejak awal membangun Genting, Lim telah bertekad bahwa tempat itu bukan sekadar arena judi kasino, tetapi juga kota hiburan dan wisata keluarga.
Saya masuk ke arena judi Genting ketika suasana sedang sangat ramai. Di pintu masuk, dua orang petugas berpakaian polisi Diraja Malaysia sempat menahan dan bertanya apakah saya orang Melayu. Setelah menjelaskan bahwa saya dari Indonesia, sang petugas hanya memeriksa paspor. Setelah itu ia pun mengizinkan masuk. Menurut petugas tersebut , orang Melayu muslim yang merupakan warga negara Malaysia dilarang masuk ke arena judi kasino.
Masuk ke area kasino, ada syarat lain yang harus dipenuhi. Misalnya harus berpakaian rapi dan berkerah. Tak boleh dengan kaos oblong. Syarat ini masih lebih longgar karena dulu, katanya, malah wajib pakai batik atau jas. Karena saya pakai kaos oblong, maka saya pun membeli jaket yang berkerah sebelum masuk. Di Genting Highlands, sedikitnya ada enam tempat judi, masing-masing Circus, Show Boat, Hollywood, Keno Area, Starworld dan , Monte Carlo.
Di Casino Monte Carlo, saya sangat ingin mengabadikan suasana perjudian ini. Tetapi di dinding-dinding ruangan terpampang larangan memotret. Mengeluarkan kamera dari saku adalah perbuatan bodoh. Mata petugas dengan awasnya memperhatikan gerak-gerik pengunjung. Saya pun terpaksa mengurungkan niat untuk itu.
Di sini, banyak varian permainan judi yang bisa diikuti. Mulai judi dadu, judi kartu, bola-bola sampai judi bermesin dingdong. Namun yang menarik bagi saya, bukan permainannya, melainkan pemainnya. Mereka yang asyik bermain judi di sini kebanyakan manula. Nenek-nenek dan kakek-kakek kira-kira seusia Mbah Joko Sembung di Negeri Ngotjoleria. Genting. Umurnya genting. Langkahnya juga genting! Begitu gentingnya di antara mereka ada yang tertatih-tatih, pakai tongkat, dan bahkan dipapah.
Syukurlah, saya tak terpengaruh sedikit pun juga untuk bermain. Selain tak pernah punya pengalaman berjudi, saya sendiri tak mengerti satu pun jenis permainannya. He he heee.... Namun demikian menyaksikan para penjudi genting berjudi di Genting Highlands ini saja sudah cukup seru....!
Berikut ini beberapa foto koleksi pribadi yang sempat terekam saat berkunjung ke Genting Highlands:
Genting Resor dari kejauhan Jalan masuk ke kawasan Genting
[caption id="attachment_39879" align="aligncenter" width="300" caption="Menuju Genting dengan Gondola "][/caption]
[caption id="attachment_39882" align="aligncenter" width="300" caption="Berbagai sarana hiburan keluarga di dalamnya"][/caption] [caption id="attachment_39883" align="aligncenter" width="300" caption="Haus? Ada tuh es krim goreng"][/caption]
Inilah para penjudi rata-rata sudah berusia genting [caption id="attachment_39761" align="aligncenter" width="300" caption="Narsis dikit di depan kasino Monte Carlo. Tuh, di belakang saya salah seorang penjudi wanita yang umurnya termasuk "genting", he he he"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H