Mohon tunggu...
Bang Asa
Bang Asa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Terpopuler 2010

Tunggu beta bale, sodara!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bang Asmar Jaksa Agung, Beranikah Pak Beye Tidak Salah Pilih?

9 September 2009   01:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:45 2204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="200" caption="ASMAR OEMAR SALEH"][/caption] Beberapa hari terakhir ini, gerakan dukung mendukung untuk calon pembantu Pak Beye di periode keduanya sebagai presiden  sudah mulai marak di internet.  Di fesbuk, misalnya, selain ada akun Dukung Bpk Dr. H. Arief Rachman, M.Pd tuk Mendiknas 2009-2014!, juga ada akun Dukung Asmar Oemar Saleh Menjadi Jaksa Agung 2009 - 2014. Nah..., khusus untuk figur calon Jaksa Agung, saya termasuk salah satu yang mendukung figur Asmar Oemar Saleh. Dukungan ini, mungkin agak subjektif, karena beliau adalah kawan baik saya. Akan tetapi, saya tahu benar sepak terjang beliau selama ini. Rekam jejaknya jelas, tidak diragukan! Ia berani, dan tidak mengenal istilah kompromi dalam soal penegakan hukum. Pendek kata, meminjam istilah Pak Lopa, biarpun langit akan runtuh hukum harus ditegakkan...! Dalam bursa calon Jaksa Agung, dari saman Gus Dur hingga Pak Beye, nama Asmar Oemar Saleh selalu masuk dalam nominasi. Sayangnya dewi fortuna belum memihak dia. Mungkin karena sosoknya yang terlalu idealis dan tidak kenal kompromi itu membuat dia belum  laku.  Visinya di bidang penegakan hukum sangat jelas. Abang (Adnan Buyung Nasution) sendiri sejak lama yang mengakui seorang Asmar Oemar Saleh. "...saya bukan memuji-muji. Oemar itu punya pemahaman, punya visi. Walaupun cara dia menyampaikannya amat sastrawan. Tapi itu menunjukkan, bagi saya, dia punya pemahaman, punya visi. Tapi, orang macam dia tidak terpakai. Hanya orang yang memahami dia dan bisa melihat adanya bibit anak bangsa yang bagus, bisa mengerti cara berpikirnya," kata Abang seperti dikutip www.indonesianlawyeronline.com. Saya sebenarnya ingin menyampaikan dukungan ini kepada Pak Beye, namun karena saya tak punya akses langsung ke beliau, maka meminjam istilah Pak Prayitno Ramelan, cukuplah melalui tulisan di Kompasiana ini. Semoga saja Pak Beye sempat membacanya.... Lalu..., siapa sih sosok Asmar Oemar Saleh? Lahir di Soppeng, Sulawesi Selatan, 28 Februari 1958, Asmar memperoleh sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta (1985). Dunia aktivisme mulai digelutinya sejak masa kuliah. Di antaranya dia pernah menjabat Ketua Umum Korkom HMI UII Yogyakarta (1979), Ketua IKAMI Sulsel Cabang Yogyakarta (1980), dan Ketua HMI Cabang Yogyakarta (1981). Riwayat pekerjaannya merentang panjang. Pada 1982 dia menjadi Ketua Lembaga Studi Nusantara (LSN) Yogyakarta, lalu menjadi Pemimpin Redaksi pada Pusat Latihan, Pendidikan, dan Pengembangan Masyarakat PLP2M Yogyakarta pada 1983. Pada 1998 menjadi Ketua Komite Pembela Aksi Pro Reformasi Sulawesi (KPAPR), dan di tahun yang sama juga menjadi Anggota Komite Pembela Kebebasan Pers Ujung Pandang. Selama 1999-2000 dia menjadi koordinator Anti Corruption Committee (ACC) Sulawesi, dan menangani sekitar 60-an kasus korupsi yang melibatkan pejabat Pemda Tingkat I dan II Sulawesi Selatan. Asmar pernah menjabat Deputi III Bidang Penanggulangan Pelanggaran HAM pada Kantor Menteri Negara Urusan HAM Republik Indonesia periode 1999-2001. Kemudian, pada 2004 mendirikan Reform Institute, Jakarta, dan menjabat sebagai wakil direktur eksekutif sampai sekarang. Kariernya sebagai advokat berawal dari Kantor Hukum Asmar Oemar Saleh and Associates (A & A) di Bone dan Makassar, dari 1986-1999. Dia banyak menangani kasus perdata, pidana, perusahaan, dan kasus-kasus yang mempunyai dimensi hak asasi manusia (HAM), antara lain dia menangani sengketa perdata antara IRIE LUMBERT Ltd. (Jepang) dengan anak perusahaan PT POLEKO di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 1999, serta beberapa kasus berskala nasional lainnya. Terakhir menangani salah satu kasus aliran dana Bank Indonesia. Pada 1997, Asmar dipilih sebagai pengacara favorit di Sulawesi Selatan oleh “Forum Studi Media Massa Indonesia” (Fosdiami). Setahun kemudian, dianugerahi penghargaan “Amanna Gappa” sebagai “Pejuang Hukum” oleh PERSAHI (Perhimpunan Sarjana Hukum Indonesia). Penghargaan dari Menteri Negara Urusan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atas Partisipasi dan Jasa-Jasanya dalam Membantu Penegakan dan Pemajuan HAM di Indonesia (2000). Asmar kerap menjadi pembicara di berbagai seminar. Di antaranya, pada Februari dan Agustus 2000, Asmar menjadi salah satu pembicara pada Seminar Internasional Asia Pasifik tentang Otonomi Daerah dan HAM di Australia, dan menjadi delegasi Indonesia pada Sidang ke-52 Sub Komisi HAM PBB di Jenewa. Pada tahun yang sama, menjadi Koordinator Pelaksana Lokakarya Nasional Kasus Orang Hilang: Pengungkapan dan Penyelesaian Masalah, serta Koordinator Pelaksana Seri Diskusi Terbatas Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi di Indonesia: Mandat, Institusionalisasi, Kendala dan Prospek. Asmar aktif menulis masalah-masalah hukum, HAM, politik dan sosial di berbagai media massa, antara lain, Kompas, Republika, Sinar Harapan, Media Indonesia, Tempo, Gatra, Panji Masyarakat, Humanis, dan lain-lain. Sejak 2007 sampai sekarang dia menjadi Managing Partner Asmar Oemar Saleh (AOS) & Partners Law Firm. Demikian sekelumit  tentang Bang Asmar. Sekarang bola sudah digelindingkan. Bang Asmar itu cocoknya jadi Jaksa Agung... Ini demi untuk Indonesia yang lebih baik! Sekarang, beranikah  Pak Beye untuk tidak salah pilih....??? Wallahua'lam bissawab. Terima kasih. Salam Blogger Kompasiana, ANDY SYOEKRY AMAL Link terkait: http://www.gatra.com/artikel.php?id=7843. http://www.madani-ri.com/2008/07/03/skenario-reformasi-kejaksaan/ http://reformasihukum.org/konten.php?nama=Pemilu&op=detail_politik_pemilu&id=753 http://indonesianlawyeronline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=189:buyung-cara-cara-kpk-sudah-melampaui-batas-&catid=87:wawancara&Itemid=288.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun