Mohon tunggu...
Andy Setyanta
Andy Setyanta Mohon Tunggu... -

pencari yang diperjalankan | pedagang merch. TRAVELERMBAHMU! >> ig: travelermbahmu | crafter & artisan | twitter: @andysetyanta | instagram: andysetyanta x andivanovsky

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ahli Waris Kebudayaan Maritim Kelas

19 Mei 2016   14:35 Diperbarui: 19 Mei 2016   14:44 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada perkembangannya produk kebudayaan maritim dengan segala nilai-nilai yang diwariskan dari zaman ke zaman masih sangat kental mewarnai dinamika kehidupan masyarakat Indonesia berhadapan dengan produk kebudayaan kontinental yang semakin hari semakin mengakar kedalam aspek-aspek kehidupan masyarakat. Laut yang hakekatnya penghubung daratan kini berubah makna bahwasannya pemisah daratan adalah laut. Sehingga dalam rencana jangka panjang dimana telah dan akan dibangunnya jembatan penghubung antar pulau kemudian reklamasi laut yang mulai marak akhir-akhir ini sangat bertentangan dengan semangat kebudayaan maritim, tentu saja dalam deal tertentu dikaitkan dengan kepentingan industri global. 

Namun, masih banyak pula pemangku kebudayaan yang tetap konsisten menjadi diri mereka di tengah gerusan global, misalnya ritual sedekah laut yang masih dilakukan oleh masyarakat pesisir di Indonesia adalah sebuah bentuk harmonisasi yang seperti dijelaskan sebelumnya bersifat cyclical; masyarakat pesisir yang notabene bermatapencaharian sebagai nelayan memiliki hubungan yang harmonis antara dirinya, alam dan Sang Pencipta. Sebuah cinta segitiga dimana dalam hal ini Sang Pencipta ditempatkan sebagai perantara nelayan yang menggantungkan kehidupannya kepada laut  dengan sarana sesaji yang dipersembahkan berupa hasil bumi yang nantinya dilarung kelautan. 

Secara logika menjadi masuk akal ketika yang dipersembahkan nantinya adalah sesuatu yang dapat menjadi daya tarik penghuni laut (ikan), sebagaimana manusia, keajegan sebuah event yang menimbulkan daya tarik sudah pasti akan membuat audiens kembali menyambangi event tersebut. Pada konteks ini terjadi sebuah hubungan atau interaksi sebab-akibat yang saling memberikan manfaat. Hal adiluhung seperti inilah yang sampai saat ini seharusnya dibanggakan, dilestarikan serta diharmonisasikan sebagai identitas kebudayaan maritim Bangsa Indonesia. 

Sebuah rahasia dimana keperkasaan Bangsa Indonesia telah terbangun sejak berabad-abad silam. Mercusuar kebudayaan maritim yang sangat bijak dalam memberikan pengakuan atas kebesaran dan kemahsyuran dirinya yang menjadikan pengakuan pihak lain atas dirinya tidaklah menjadi suatu hal yang prioritas. Bait-bait dalam lagu ‘Nenek Moyangku Seorang Pelaut ‘ buah karya Ibu Sud menyiratkan kedigdayaan yang seharusnya dimiliki oleh pewaris kebudayaan maritim yaitu memiliki pemikiran seluas samudera, berani menentukan sikap serta mampu beradaptasi dalam situasi apapun sebagaimana menerjang badai dan ombak dilautan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun