Seperti kita ketahui bersama akhir-akhir ini di media cetak, televisi maupun media elektronik lainnya  kasus UU ITE  santer terdengar. Pro-Kontra datang dari berbagai lapisan dan strata masyarakat dan tentunya sempat menjadi topik perbincangan hangat para pengguna sosial media. Dari deretan yang cukup panjang yang berkaitan dengan kicauan di sosial media berujung Bui mungkin bisa kita mulai dari kasus Florence yang menghina kota Jogja dari akun Path pribadinya dengan kata-kata tidak seharusnya ditulis oleh seorang Mahasiswi S2 UGM tersebut.
Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jogja menyambut tulisan Florence tersebut dengan melaporkannya ke pihak berwenang dan di proses melalui jalur hukum. Kasus menggemparkan pengguna sosial media selama hampir seminggu ini ternyata mengundang reaksi beberapa tokoh-tokoh sosial & budaya dan aktivis pergerakan Indonesia yang menilai kasus ini LEBAY jika harus diperkarakan hingga ke ranah Hukum. Namun kasus Florence ini bukan kali pertamanya di Negeri ini karena pada kasus UU ITE yang sama Pemilik akun twitter (at)Benhan pernah juga dilaporkan oleh (at)misbakhun ke pihak berwajib terkait pencemaran nama baik dan fitnah melalui twitter setahun yang lalu.
Sebelum beberapa kasus diatas tersebut, ada beberapa kasus yang menjerat pengguna sosial media lain karena kicauannya diketahui pihak yang bersangkutan dan menyebabkan kehilangan pekerjaan dan putusnya karir, kali ini datangnya dari luar negeri sendiri, seperti:
1. Octavia Nasr
CNN mempecat editor senior Octavia Nasr karna tweet-nya yang menyatakan menghormati almarhum Ayatullah Mohammad Hussein Fadlallah. Hal ini sangat mengganggu, mengingat bahwa AP menyebut Fadlallah seorang yang anti-Amerika dan terkait dengan pengeboman yang menewaskan lebih dari 260 orang Amerika.
2. Catherine Deveny
Pelawak Australia Catherine Deveny kehilangan pekerjaannya menulis untuk surat kabar The Age Melbourne ketika dia men-tweet ia berharap putri Steve Irwin akan santai.
Bosnya, Editor Paul Ramadge, mengatakan, "Kami sangat menghargai kolom Catherine yang telah menulis untuk The Age selama beberapa tahun tapi pandangan dia di Twitter yang tidak sesuai dengan standar yang kita tetapkan di The Age."
3. Justine Sacco
Justine Sacco, mantan eksekutif PRuntuk IAC, men-tweet lelucon yang cukup sensitif tepat sebelum melakukan penerbangan internasional ke Afrika. Sementara dia berada di udara dan sedang offline, lalu tweetnya menyebar seperti api dan dia dipecat dari jabatannya setelah mendarat di Afrika.
4. Gilbert Gottfried
Dipecat karena lelucon sensitif tentang Jepang
Komedian Gilbert Gottfried, membuat beberapa lelucon tentang tsunamiJepang di Twitter. Dia mengatakan,"Jepang benar-benar maju. Mereka tidak pergi ke pantai. Pantai datang kepada mereka".
Aflac adalah perusahaan asuransi terbesar di Jepang dimana Gottfriedbekerja.. dikutip dari BussinessInsider.com
Walikota Bandung Ridwan Kamil juga mendapatkan persoalan dan kasus yang sama tentang kicauan akun (at)kemalsept yang menghina kota Bandung dan tentunya menghina dengan me-mention langsung Walikota Bandung tersebut. Hal tersebut tidak di diamkan saja oleh Kang Emil yang sudah biasa disapa warga Bandung itu dan melaporkannya dengan UU ITE.
Dunia sosial media memang tidak mengenal ruang, waktu dan tempat akan tetapi sudah selayaknya kita memantaskan etika bersosial media dimana tempat kita berada dan juga dengan menggunakan Sosial media atau istilah sohornya Sosmed sudah sepantasnya Bijak jangan sampai merugikan oranglain atau pengguna sosial media lainnya. Masih bisa posting, tweet hal-hal bermanfaat seperti memberikan Informasi yang bermanfaat dan berguna untuk orang lain di dunia maya kan?
Semoga postingan ini dapat berguna pagi pengguna sosial media lain. Trims.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H