Mohon tunggu...
andy rusdiyanto
andy rusdiyanto Mohon Tunggu... Guru - Penikmat seni

Seseorang yang belajar untuk berIMAJINASI

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kukenang Ayah yang Tiada

17 Juli 2024   07:31 Diperbarui: 17 Juli 2024   07:33 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah, bersyukur atas kesempatan yang diberikan pada saya untuk bisa berpartisipasi dalam Sebuah Lomba Menulis Puisi Pengajar Tingkat SD hingga Perguruan Tinggi Se-Nusantara yang diadakan pada tanggal 19 Mei 2024, dan merupakan suatu kehormatan besar karya tulis saya bisa disandingkan dengan karya-karya penulis lainnya yang terangkum menjadi sebuah buku antologi puisi "Yang Tiba-tiba Mekar di Taman" bersama para pengajar berbakat dari seluruh penjuru nusantara.

Keikutsertaan dalam lomba ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Selain mengasah kemampuan menulis puisi, saya juga mendapat kesempatan untuk belajar dari para pengajar lain dan memperluas jaringan pertemanan. Saya yakin bahwa antologi puisi ini akan menjadi sumber inspirasi bagi para pembaca, khususnya para pengajar dan murid.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bestari Literasi Indonesia atas penyelenggaraan lomba yang luar biasa ini. Saya juga ingin mengucapkan selamat kepada seluruh pemenang dan peserta lomba. Semoga antologi puisi ini dapat terus menginspirasi dan memotivasi kita semua untuk terus berkarya dan mencintai puisi.

Saya berharap antologi puisi ini dapat dibaca oleh banyak orang dan memberikan inspirasi bagi mereka.

Sekali lagi, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan lomba dan penerbitan antologi puisi ini.

Judul Puisi yang diikutsertakan dalam lomba:

"Kukenang Ayah Yang Tiada"

*

Di dalam mimpi, aku berkelana,

Menyusuri alam, mencari jawaban.

Namun di antara bunga-bunga yang mekar,

Terbayang wajah ayah, yang telah pergi terlebih dahulu.

*

Dalam keheningan malam, aku teringat,

Arah dan nasehat yang selalu ducapkannya.

Saat hatiku terluka, ia selalu ada,

Menyemai kekuatan, di tengah kegelapan yang ada.

*

Kini ia tiada, telah meninggalkanku sendiri.

Menjalani hidup dengan beban yang berat.

Aku bermimpi bertemu dengannya lagi,

Di dunia mimpi, di mana rindu tak lagi terasa pedih.

*

Namun dalam kenyataan, aku merasa papa,

Tanpa kehadiran ayah, yang menjadi tiang kuat.

Namun kuingat pesannya, untuk tetap berjuang,

Meski dia telah tiada, namun cintanya abadi.

*

Di dalam mimpi, aku menemukan kelegaan,

Di sana, ia hadir kembali, dalam cahaya yang abadi.

Aku bermimpi, ayah yang telah tiada.

Menyentuh hatiku, menghapus luka yang ada.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun