Mohon tunggu...
Berhane
Berhane Mohon Tunggu... lainnya -

Jah Bless us ...d(^__*)b .. Psalm 23 \r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Catatan Seorang Saksi

23 April 2019   15:37 Diperbarui: 23 April 2019   19:00 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jam 5 kurang sedikit aku dibangunkan oleh istri. Ambil handuk dan segera mandi.

"Sarapan mie aja ya yah?"Kata istriku menawarkan.

"Gak usah lah bu, nanti disana saja" jawabku sambil menalikan sepatu. Aku mematutkan diri sebentar sambil mempersiapkan segala keperluan yang sekiranya dibutuhkan untuk tugasku nanti. Power bank, bolpen, berkas2 dll sudah masuk dalam tas kecil.

Aku meneguk secangkir kopi oleh2 dari lampung yang memang terkenal akan kopinya yang yahud. Pahit nya kentara dan cukup diberi sedikit gula saja untuk bekal agar mata ini mau melek dan tambah segar.

Hari ini memang hari besar bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena hari ini seluruh masyarakat akan memberikan suaranya memilih pemimpin dan anggota dewan. Dan aku diberikan mandat sebagai seorang saksi oleh sebuah partai. Tugas yang cukup berat menurutku. Bukan apa-apa, selain ini pengalaman pertama, juga kami merupakan ujung tombak dilapangan untuk mengawasi jalannya pemungutan suara agar berjalan dengan baik. Lagian, ini hajat besar dan moment yang ditunggu oleh mereka yang akan maju menjadi pemimpin ataupun wakil rakyat.

Sial, aku kelupaan menambal ban depan motor bututku. Semalam sebenarnya sudah terasa agak kempes. Eh ternyata beneran pagi ini habis anginnya. 

"Bodo amatlah" pikirku yang penting sampai di TPS dulu toh jam setengah enam pagi dimana tambal ban yang buka.

Agak jauh memang tempat tinggalku dengan TPS yang ku jaga. Ini karena alamat eKTP  dengan TPS sama namun tempat tinggal sekarang berbeda.

Pak RT yang merupakan ketua KPPS ternyata sudah datang di TPS bersama satu dua orang anggota KPPS sedang berbenah. Dan lalu lalang warga yang sibuk mempersiapkan konsumsi untuk para pemilih nantinya. Memang tradisi di RT kami seperti itu. Dengan biaya swadaya dari warga serta kas RT kami menyediakan sarapan. Makanan dan minuman serta snack ringan dihidangkan walau cuma sederhana khas kampung. Kali ini ibu-ibu PKK memasak nasi soto dan nasi tumpang. Dengan lauk tempe tahu goreng, karak ( sejenis kerupuk dari nasi) , pisang goreng dan tak lupa teh hangat.
Wow.. inilah pesta rakyat yang sesungguhnya.
.
Waktu menunjukkan pukul 07. Para pemilih pun mulai berdatangan. Anggota KPPS pun sudah lengkap. mereka segera mempersiapkan kotak2 suara, form pendaftaran juga dibuka. Para saksi dari partai yang lainpun hadir. Kebetulan saksi cuma ada 4 orang. Tiga dari partai  untuk caleg dan  satu untuk saksi Pilpres. Panwaslu dari kecamatan juga hadir. Bersama-sama kami mulai membuka kotak suara, yang didalamnya terdapat berkas, surat suara, dll. Kami sama-sama menghitung jatah untuk TPS kami.

Sementara kami mempersiapkan, para pemilih yang mendaftar dipersilahkan untuk sarapan. Dan tepat jam 7.30 kami melangsungkan pemilihan.
Surat suara yang diterima oleh pemilih berjumlah 5 berdasarkan DPT dan DPTb. 1 surat untuk Pilpres, 1 surat untuk DPR, 1 surat untuk DPRD prov , 1 surat untuk DPD, 1 surat untuk DPRD kab/kota.

Jumlah DPT ditempat kami hanya 192 dan ada 3 pemilih tambahan yang sudah terdaftar.

Antusias warga untuk coblosan kali ini lumayan besar. Dari 192 DPT+3 tambahan yang hadir ternyata hanya 175 ditambah 1 DPKhusus. Berarti ada 20 orang yang tidak hadir dalam pemungutan suara kali ini.
.
Sekitar jam 10 warga yang datang mulai sepi. Hanya satu dua yang tersisa. Sementara anggota KPPS sudah mulai sibuk mempersiapkan berkas. Form C1 sudah mulai dicopy untuk dibagikan dan diisi oleh kami para saksi dan panwas. Katanya " nyicil dulu" . Berkas C1 yang ada hologramnya juga bergantian ditanda tangani oleh kami. 

Memang para anggota KPPS ini sudah banyak pengalaman dalam perhelatan pemilu. Sehingga beliau- beliau ini tidak merasa kesulitan yang cukup berarti. Hanya satu dua kasus yang kami temui dilapangan. Seperti pasangan suami istri dokter yang memohon agar diberikan kesempatan mencoblos. Padahal mereka berdua berKTP di Banten. Disini mereka tinggal sementara. Yang pada akhirnya kami tidak meloloskan mereka karena terbentur oleh peraturan yaitu form A5 yang tidak dipunyai oleh mereka. 

Jika mereka berdua mau mengurus surat A5 tentu kami perkenankan. Untunglah, sebab katanya jika seandainya kami ijinkan mereka mencoblos maka pemungutan suara bakal diulang.

Ada lagi sekelompok dokter yang memang bertugas disebuah Rumah Sakit Pemerintah yang kebetulan berdekatan dengan TPS kami. Ada sekitar 5 orang dokter. Mereka membawa surat pengantar resmi dari RS. Katanya, mereka tidak bisa memilih di RS tersebut karena kehabisan surat suara. Maka diarahkan ke TPS terdekat. Sedangkan di TPS kami menyarankan agar mereka kembali ke RS agar supaya anggota TPS khusus di RS berupaya menyediakan surat suara.
.
Kami sepakat jam 13.00 sesuai peraturan tidak menerima lagi pendaftaran pemilih. Tapi tetap melayani yang sudah terdaftar sebelum jam 13. Dan akhirnya tepat jam 15.30 setelah semua berkas serta segala sesuatunya siap, dimulailah penghitungan surat suara. Kotak pertama yang dibuka adalah kotak Pilpres. Dari jumlah 175 surat yang masuk, satu surat tidak sah. 162 suara memilih 01 dan 12 suara memilih 02. 

Selesai satu kotak bukan berarti langsung hitung kotak lainnya. Sebab berkas harus ditanda tangani satu persatu oleh semua. Kami foto hasil rekab di papan lalu kami laporkan. Waktu yang dibutuhkan hampir 2jam per kotak. Sedangkan waktu menunjukkan pukul 17.30 WIB . Kami break magrib untuk sholat, mandi dll. Dan sepakat penghitungan surat suara dilanjutkan pukul 18.30
.
Proses penghitungan ke lima kotak suara akhirnya rampung pukul 22. Itupun belum semuanya berkas bisa ditanda tangani oleh semua yang berkepentingan yaitu para saksi dan anggota KPPS. 30 menitan baru kelar semua tugas kami para saksi yaitu pukul 22.30
.
16 jam aku bertugas dari mulai jam setengah 6 pagi sampai jam 11 malam. Lalu melaporkan salinan C1 ke sekretariat partai. aaahh... lega selesai juga tugas berat ini. Bersyukur bahwa jalannya pemilihan tidak ada kejadian yang cukup berarti. Para saksi walau berbeda partai namun kooperatif.

Banyak laporan yang mengatakan bahwa dibeberapa TPS proses penghitungan suara bisa sampai subuh bahkan sampai pagi. Bisa jadi karena jumlah DPT dan jumlah pemilihnya sampai 300 orang. Belum lagi karena kendala lainnya yaitu anggota KPPS yang kurang pengalaman, hitung berulang-ulang dll

Oya, ada sedikit cerita lucu saat selesai pencoblosan. Siang kira-kira jam 2-3an. Ada dua orang cewek, mungkin mahasiswi yang kost disekitaran tempat kami. Mereka meminta ijin untuk mencelupkan jarinya. Kami sempat bertanya "untuk apa mbak ?" . "Tugas dari dosen pak" jawabnya. Petugas meminta pendapat kami para saksi. Kami ijinkan toh tidak merubah jumlah surat suara atau ikut nyoblos. Cuma nyelupin jari di tinta! Selidik punya selidik, pikir punya pikir eh ternyata banyak gerai yang menyediakan diskon khusus dengan menunjukkan jari yang bertinta. Haha... dasar anak cewek millenial. Ada-ada saja kelakuannya. 

Itulah sedikit catatan ku saat Pemilu kali ini. Mungkin 5 tahun kedepan antara Pilpres dan Pileg bisa dipisah karena sangat menguras energi para penyelenggara TPS/KPPS. Menurut laporan hingga saat ini banyak yang meninggal juga menderita sakit karena kelelahan. Aku yang cuma seorang saksi yang bertugas dari pagi sampai malam saja sudah sangat lelah, apalagi mereka yang bekerja lebih dari 24 jam. Maka, sangat tidak mungkin bila sampai Pemilu di ulang. Disamping biaya yang dikeluarkan negara yang sampai bertrilliun itu, juga korban akibat bertugas juga banyak. Para anggota KPPS dan Polri banyak yang gugur.  

Akhir kata, selamat atas terselenggaranya pemilu Pilpres dan Pileg 2019 dengan baik dan sukses. Juga untuk Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih selamat bertugas di 2019-2024. Tidak lupa untuk para anggota legislatif selamat mengemban amanat rakyat.

Salam, BS april2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun